Dari Syaikh al-‘Allamah ‘Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz
rahimahullahu ta’ala, ditujukan kepada setiap muslim yang membaca surat ini,
semoga Allah menjaga mereka dengan agama Islam dan menjaga kita serta mereka
dari jahatnya kedustaan orang-orang jahil lagi bodoh.
Assalamu’alikum warahmatullahi wabarakatuh.
Saya telah membaca edaran yang dinisbatkan kepada Syaik Ahmad seorang pelayan
Masjid Nabawi, Madinah, dengan judul: “Ini adalah Wasiat dari Madinah
Munawwarah dari Syaikh Ahmad, Seorang Pelayan Masjid Nabawi”.
Dalam wasiat itu Syaikh Ahmad berkata: …
“Pada suatu malam Jumat saya begadang sambil membaca al-Quran Setelah saya
membaca asma al-husna, saya bersiap-siap untuk tidur. Kemudian saya melihat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ‘alaihi wa sallam yang telah datang
membawa ayat-ayat al-Quran dan hukum-hukum yang mulia sebagai rahmat bagi
alam semesta, lalu beliau berkata: “Wahai Syaikh Ahmad!”. Saya menjawab: “Ya
wahai Rasulullah, wahai hamba Allah yang paling mulia”. Kemudian beliau
berkata: “Saya merasa malu dengan perbuatan buruk manusia, dan tidak sanggup
menghadap Tuhan dan bertemu malaikat, karena dari hari Jumat ke Jumat telah
meninggal dunia seratus enam puluh ribu (160.000) orang dalam keadaan tidak
beragama Islam”. Kemudian beliau menyebutkan berbagai maksiat yang dilakukan
manusia lalu beliau berkata: “Maka wasiat ini merupakan rahmat bagi mereka
dari Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Perkasa”. Selanjutnya beliau mnyebutkan
tanda-tanda hari kiamat dan berkata: “Maka Syaikh Ahamd! Sebarkanlah wasiat
ini karena wasiat ini dinukil dari Lauh al-Mahfuzh. Barang siapa menulisnya
dan menyebarkannya dari suatu negara ke negara lain dan dari suatu tempat ke
tempat lain, akan dibangunkan baginya sebuah istana di syurga. Dan barang
siapa tidak menulis dan tidak menyebarkannya, maka haram syafa’at baginya
pada hari kiamat kelak. Dan barang siapa menulisnya sedang ia miskin maka
Allah akan membuatnya kaya, jika ia banyak hutang Allah akan melunasi
hutangnya, atau ia berdosa maka Allah akan mengampuni dosanya dan dosa kedua
orang tuanya, semua itu berkat wasiat ini, maka akan hitamlah mukanya di
dunia dan akhirat”. Lalu dia berkata: “Demi Allah (3x), wasiat ini benar,
jika aku berdusta berarti aku mati di luar agama Islam. Barang siapa yang
membenarkan wasiat ini, niscaya ia akan selamat dari neraka, dan barang siapa
mendustakannya, maka ia telah kafir”.
Inilah ringkasan mengenai wasiat bohong yang dikabarkan dari Rasulullah itu.
Kita seringkali mendengar, bahwa wasiat bohong ini telah tersebar luas di
masyarakat dari waktu ke waktu sejak beberapa tahun yang lalu, dan cukup laku
dikalangan orang awam, dengan redaksi yang berbeda-beda. Pendusta itu
mengatakan bahwa ia bermimpi melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
memberikan wasiat ini. Sedangkan dalam selebaran terakhir yang kami sebutkan
kepada pembaca, si pendusta mengatakan dalam wasiat tersebut, bahwa ia
melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika hendak bersiap-siap untuk
tidur, bukan ketika ia tidur, berarti ia melihat beliau shallallahu ‘alaihi
wa sallam dalam keadaan terjaga. Dan dalam wasiat ini, si pendusta mengatakan
banyak hal yang sangat jelas kebohongan dan kebatilannya. Semua itu akan kami
jelaskan, Insya Allah.
Pada beberapa tahun yang lalu, telah saya peringatkan dan saya jelaskan
kepada masyarakat bahwa wasiat ini benar-benar bohong dan batil. Dan ketika
saya membaca selebaran terakhir ini saya ragu-ragu menulis sanggahannya,
karena sangat jelas kebatilannya dan si pendusta begitu berani melakukan
kebohongan. Saya menyangka bahwa kebatilannya ini tidak akan dipercaya,
sekalipun oleh orang yang ilmu pengetahuannya sangat minim. Tetapi, ternyata
banyak ikhwah yang mengabarkan bahwa wasiat bohong itu sudah tersebar di
masyarakat dan banyak orang mempercayainya. Oleh karena itu, saya memandang
perlu menulis hakikat wasiat itu guna menjelaskan kebatilannya, dan
bahwasanya itu merupakan kebohongan terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam, agar tidak ada orang yang tertipu olehnya.
Setiap orang yang berilmu dan beriman, yang berhati nurani bersih dan
berpikiran sehat yang mencermati wasiat ini, akan tahu bahwa ditinjau dari
berbagai segi, wasiat ini adalah bohong.
Saya telah menanyakan kepada keluarga Syaikh Ahmad tentang wasiat ini, dan
mereka menjawab bahwa wasiat ini merupakan kebohongan terhadap Syaikh Amad
dan bahwasanya beliau tidak pernah megatakannya. Sementara Syaikh Ahmad
sendiri telah wafat sejak lama. Kalaupun benar bahwa Syaikh Ahmad atau orang
yang lebih hebat dari beliau mengatakan, bahwa ia pernah melihat nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam baik dalam mimpi atau ketika terjaga, kemudian
mewasiatkan seperti ini, dapat kita pastikan bahwa ia berdusta, atau yang
mengatakan kepadanya adalah syaithan, bukanlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam, ditinjau dari beberapa segi, diantaranya:
Pertama: Bawa Rasulullah tidak dapat dilihat oleh seseorang dalam keadaan
terjaga setelah beliau wafat. Barang siapa mengatakan bahwa ia pernah melihat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika terjaga, atau beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam menghadiri peringatan maulid atau sejenisnya,
maka ia benar-benar telah salah, keliru dan melakukan dosa besar serta
menyalahi al-Quran, Sunnah dan kesepakatan (Ijma’) para ulama. Karena orang
yang telah meninggal dunia, baru akan dibangkitkan dari kubur pada hari
kiamat, bukan di dunia ini. Allah Ta’ala berfirman:
“Kemudian sesudah itu kamu sekalian pasti akan mati, kemudian sesungguhnya
kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat”. (Surah
al-Mu’minun ayat 15-16)
Dalam ayat ini, Alah telah mengabarkan bahwa kebangkitn mayat dari kubur akan
terjadi pada hari kiamat, bukan di dunia ini. Barang siapa mengatakan sesuatu
yang bertentangan dengan itu, berarti ia jelas-jelas berdusta atau telah
keliru, telah menyimpang dari yang haq da dari jalan para sahabat Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ulama salaf.
Kedua: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak akan mengatakan yag
bertentangan dengan yang haq, baik semasa hidupnya maupun ketika beliau sudah
wafat. Sedangkan wasiat tersebut, jelas-jelas bertentangan dengan syariatnya,
ditinjau dari beberapa segi (akan datang penjelasannya).
Benar, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kadang-kadang dapat
dilihat dalam mimpi. Barang siapa bermimpi mlihat wajah beliau yang mulia,
berarti beliau benar-benartelah melihatnya karena syaithan tidak dapat
menyerupai wajanya, sebagaimana telah dijelaskan dalam sebuah hadits shahih.
Namu kita harus tinjau dulu ingkat keimanan, kejujura, keadilan, tingkat
hafalan, konsekuennya dengan agama dan sifat amanat orang yang bermmpi
tersebut? Apakah dia benar-benar telah melihat wajah Rasulullah atau yang
lain?
Jika ada sebuah hadits yang dikatakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam semasa hidupnya kemudian diriwayatkan oleh orang yang tidak
terpercaya, tidak adil dan tidak kuat hafalannya, maka hadits tersebut tidak
dapat dijadikan dalil. Atau seandainya hadits tersebut melalui jalur para
perawi yang tsiqat, kemudian kedua riwayat tadi tidak dapat dikorelasikan,
maka yang pertama harus dinasakh (hapus) dan tidak boleh diamalkan, sedangkan
yang kedua sebagai nasikh, yang harus diamalkan. Hal itu daat dilakukan jika
terpenuhi syarat-syaratnya. Jika dengan cara nasakh-mansukh atau jama’ tidak
memungkinkan, maka riwayat yang lebih rendah tingkat hafalan perawinya dan
keadilan harus ditinggalkan, berarti kedudukan hadits tadi syadz dan tidak
boleh damalkan.
Sekarang bagaimana dengan wasiat yang tidak diketahui siapa sumbernya yang
mengatakan bawa ia menukilnya dari Rasulullah? Dan tidak diketahui sejauh
mana keadilan dan sifat amanahnya? Wasiat seperti ini memang sepantasnya
dibuang dan tidak perlu digubris, sekalipun berisi hal-hal yang tidak
menyalahi syari’at. Bagaimana halnya jika wasiat itu sarat dengan kebatilan
dan kebohongan terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beisi
syari’at yang tidak diizinkan Allah, sedangkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
“Barang siapa berbuat kebohongan terhadapku dengan sesuatu yang belum pernah
aku katakan, maka hendaklah dia mengambil tempat duduknya di neraka”.
Pembuat wasiat itu telah membuat kebohongan terhadap Rasulullah dengan
sesuatu yang tidak pernah Rasulullah katakan, dan jelas-jelas telah mendustai
Rasulullah. Alangkah pantasnya ia menerima azab yang pedih ini, jika ia tidak
segera bertaubat dan mengumumkan kepada manusia, bahwa ia telah mendustai
Rasulullah dengan wasiat ini. Karena barang siapa yang menyebarkan kebatilan
diantara manusia dan menisbatkannya kepada agama, tidak akan diterima
taubatnya kecuali dengan mengumumkannya sehingga manusia mengetahui bahwa ia
telah mengakui dan menyesali perbuatannya. Allah Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan,
berupa keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya
kepada manusia dalam al-Kitab, mereka itu dilaknat (pula) oleh semua
(makhluk) yang dapat melaknat, kecuali mereka yang telah bertaubat dan
mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebaikan), maka terhadap merekalah Aku
menerima taubatnya dan Akulah penerima taubat lagi Maha Penyayang”. (Surah
al-Baqarah ayat 159-160).
Dalam ayat ini, Allah menjelaskan bahwa barang siapa yang menyembunyikan
suatu kebenaran, tdak akan diterima taubatnya kecuali jika ia mengadakan
perbaikan terlebih dahulu serta menerangkan kebenara tersebut. Allah telah
menyempurnakan nikmat-nikmat-Nya kepada hamba-hamba-Nya dengan diutusnya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan membawa syari’at yang
sempurna yang telah diwahyukan kepada beliau. Beliau wafat setelah syari’at
Islam sempurna dan beliau telah menjelaskan seluruhnya, sebagaimana
difirmankan Allah:
“Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam sebagai agama bagimu”.
Perekayasa wasiat ini muncul di abad ke-empat belas, dengan tujuan mengelabui
umat Islam dan membuat agama baru. Yaitu menjanjikan syurga bagi orang yang
melaksanakan pesan-pesan tersebut, dan neraka bagi orang yang tidak
melaksanakannya. Dan ia ingin menjadikan wasiat yang direkayasa ini lebih
mulia dan lebih baik dari pada al-Quran, dengan membuat kebohongan: bahwa
barang siapa menulis dan menyebarkannya dari suatu negara ke negara lain,
atau dari suatu tempat ke tempat ain, akan dibangunkan untuknya istana di
syurga, dan barang siapa tidak menulis dan menyebarkannya, haram baginya syafa’at
Nabi Muhammad pada hari kiamat Ini merupakan dusta yang sangat keji dan
merupkan ukti paing gamblang atas kepalsuannya, juga menunjukkan kelancangan
bagi pembuatnya dala melakukan kebohongan tanpa punya rasa malu. Karena,
orang yang menulis al-Quran saja dan mengirimnya dari suatu negara ke negara
lain, atau dari suatu tempat ke tempat yang lain, tidak akan memperoleh
keutamaan seperti ini, jika ia tidak mengamalkan isinya. Lalu, bagaimana
mungkin penulis dan penyebar wasiat bohong ini bisa memperoleh keutamaan
tersebut? Sementara orang yang tidak menulis al-Quran dan tidak mengirimnya
dari suatu negara ke negara lain, tidaklah diharamkan atasnya syafaat Nabi
Muhammad, jika ia beriman dan mengikuti syari’atnya.
Cukuplah ungkapan ini menjadi bukti atas kebatilan wasiat tersebut,
kebohongan, kelancangan dan kedunguan pembuatnya serta jauh dari petunjuk
yang dibawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Disamping yang telah disebutkan tadi, masih banyak lagi ungkapan yang
menunjukkan kebatilan dan kebohongannya, sekalipun ia bersumpah beribu kali
atas kebenarannya dan berdoa bagi dirinya ditimpa azab yang paling pedih jika
ia berdusta, namun tetap saja ia tidak benar dan wasiat itu tidak benar,
bahka demi Allah, wasiat itu merupakan kebohongan dan kebatilan yang paling
keji.
Kami besaksi dengan nama Allah, malaikat yang berada di sekitar kami dan umat
Islam yang membaca tulisan ini bahwa wasiat ini adalah kebohongan dan peniuan
terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semoga Allah menghinakan pelakunya
dan membalasnya dengan yang setimpal serta menunjukkan kebohongan dan
kebatilannya.
Disamping yang telah disebutkan, masih banyak lagi ungkapannya yang
jelas-jelas batil, diantaranya:
Pertama: “Karena dari hari Jumat ke Jumat telah meninggal dunia sebanyak
160.000 (seratus enam puluh ribu) orang dalam keadaan tidak beragama Islam”.
Karena ini merupakan perkara ghaib sedangkan setelah Rasulullah wafat, tidak
ada lagi penurunan wahyu. Ketika masih hidup saja beliau tidak mengetahui
perkara ghaib, lalu bagaimana setelah wafatnya? Berdasarkan firman Allah:
“Katakanlah: “Aku tidak mengatakan kepadamuu, bahwa perbendaharaan Allah ada
padaku, dan tidak pula aku mengetahui yang ghaib”. (Surah al-An’am ayat 50)
“”Katakanlah: “Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetauhi
perkara yang ghaib selain Allah”. (Surah an-Naml ayat 65)
Dan dalam sebuah hadits shahih Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
“Ada sekelompok orang yang dijauhkan dari telagaku pada hari kiamat, kemudian
aku berkata: “Ya Allah, mereka pengikutku, mereka pengikutku”. Lalu dikatakan
kepadak: “Sesungguhnya engkau tidak tahu apa yang telah mereka ada-adakan
sepeninggalmu”. Kemudian aku berkata seperti yang diakatakan seorang hamba
Allah yang shaleh (Nabi ‘Isa): “Dan aku menjadi saksi bagi mereka selama aku
hidup bersama mereka, maka setelah Engkau mewafatkan aku. Engkaulah yang
menjadi penguasa bagi mereka dan sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui segala
sesuatu”. (Surah al-Ma’idah ayat 117)
Ke-dua: Diantara ungkapan yang menunjukkan kebohongan dan kebatilan wasiat
tersebu: “Barang siapa menulisnya sedang dia dalam keadaan fakir, niscaya
Allah akan membuatnya kaya, atau dia dililit hutang, maka Allah akan
melunasinya, atau dia berdosa, pasti Allah mengampuninya serta kedua orang
tuanya, bekat wasiat ini, dan seterusnya”.
Ini merupakan bukti paling gamblang atas kebohongan pelakunya tanpa puny rasa
malu kepada Alah dan hamba-hamba-Nya. Karena tiga perkara diatas tidak dapat
dicapai hanya dengan menulis al-Quran, lalu bagaimana mungkin dicapai dengan
menulis wasiat bohong ini? Tidak lain si pendusta ini hendak mengelabui umat
dan menjadkan mereka bergantung kepada wasiat ini, sehingga mereka menulisnya
dan senantiasa menanti-menanti balasan yang dijanjikan tanpa mau berusaha, dan
menjadikan wasiat tersebut sebagai sarana untuk meraih kekayaan, melunasi
hutang dan penghapus dosa. Kita berlindung kepada Allah dari keterlantaran,
mengikuti hawa nafsu dan syaithan.
Ke-tiga: Diantara bukti kebatilan wasiat ini adalah ungkapan: “Siapa saja
diantara hamba Allah yang tidak menulis wasiat ini, niscaya akan hitamlah
wajahnya di dunia dan akhirat”. Ini juga merupakan kebohongan yng paling
keji, dan bukti paling jelas atas kebatilan wasiat ini serta kebohongan
pelakunya.
Mana mungkin orang yang berpikiran sehat mau menulis wasiat yang bersumber
dari seseorangyang tidak jelas identitasnya di abad keempat belas ini, dengan
membuat kebohongan terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
berdalih, bahwa siapa saja yang tidak menulisnya akan menjadi hitam wajahnya
di dunia dan akhirat. Sedangkn yang mau menulisnya akan menjadi kaya terbebas
dari hutang dan diampuni dosa-dosanya!
Maha suci Engkau ya Allah sungguh ini adalah kebohongan yang nyata!
Bukti-bukti dan realita menunjukkan kebohongan dan kelancangan pelakunya,
benar-benar ia tidak punya rasa malu kepada Allah dan semua manusia Karena
telah banyak orang yang tidak menulis wasiat ini, namun wajah mereka tidak
menjadi hitam. Dan berapa banyak manusia yang telah menulisnya berkali-kali
namun tetap tidak sanggup membayar hutangnya dan tetap miskin.
Kita berlindung kepada Allah dari hati yang menyimpang dan kotornya dosa.
Balasan-balasan diatas tidak pernah dijanjikan agama bagi orang yang menulis
al-Quran sekalipun, kitab yang paling mulia dan agung. Bagaimana hal itu
dapat dicapai oleh orang yang hanya menulis wasiat bohong yang sarat dengan
berbagai kebatilan dan kekufuran?
Maha Suci Allah, alangkah penyantunnya Dia terhadap orang yang telah lancang
berbuat dusta kepadan-Nya.
Ke-empat: Diantara bukti yang menunjukkan kebatilan dan kebohongan wasiat
ini, adalah isinya yang berbunyi: “Barang siapa yang membenarkannya, maka dia
akan bebas dari siksa api neraka, dan barang siapa yang mendustakannya, maka
dia telah kafir”. Ini merupakan kebohongan dan kebatilan yang dahsyat, yang
mana ia telah memanggil seluruh manusia untuk membenarkan kebohongan ini dan
ia mengklaim bahwa dengan demikian mereka akan selamat dari siksa neraka, dan
orang yang mendustakannya adalah kafir. Sungguh, demi Allah ini adalah
benar-benar pembohong yang mengada-ada. Oleh sebab itu, dia mengatakan :
“Barang siapa yang mendustakannya”, karena hal ini merupakan dusta, kebatilan
dan kebohongan yang tidak punya dasar sama sekali. Kami bersaksi kepada
Allah, bahwa ini adalah bohong dan pelakunya adalah pendusta, yang ingin
mensyariatkan kepada manusia sesuatu yang tidak diizinkan oleh Allah, serta
menyusupkan kepada Islam sesuatu yang tidak disyariatkan Allah, padahal Alla
telah menyempurnakan dan melengkapi agama Islam bagi umatnya, jauh sebelum
munculnya kebohongan ini, yaitu empat belas abad yang lalu.
Maka hati-hatilah wahai saudara-saudara yang membaca wasiat tersebut!
Janganlah kamu sampai membenarkannya, dan janganlah dibiarkan beredar
diantaramu. Karena yang haq itu memiliki cahaya, tidak akan silau bagi orang
yang mencarinya. Maka carilah yang haq itu dengan dalilnya, tanyalah para
ulama dalam hal-hal yang kamu ragukan, dan janganlah kamu tergiur oleh sumpah
para pembohong, karena iblis yang dilaknat juga telah bersumpah kepada Adam
dan Hawa, bahwa ia telah benar-benar pemberi nasehat yang baik. Padahal, ia
adalah pengkhianat dan pembohong besar, sebagaimana diceritakan Allah dalam
al-Quran Surah al-A’raf ayat 21:
“Dan dia (syaithan) bersumpah kepada keduanya (Adam dan Hawa), sesungguhnya
saya adalah termasuk orang-orang yang memberi nasehat kepadamu sekalian”.
Maka waspadalah terhadap pendusta ini beserta para pengikutnya. Karena betapa
banyaknya mereka bersumpah palsu, berkhianat dan bermanis kata untuk
menyesatkan dan menjerumuskan.
Semoga Allah senantiasa memelihara sya, anda sekalian dan seluruh kaum
muslimin dari kejahatan syaithan, fitnahan orang-orang yang menyesatkan,
penyelewengan orang-orang yang menyimpang dan tipu daya musuh-musuh Allah
yang hendak memadamkan cahaya Allah dengan mulut-mulut merekadan mengaburkan
Islam di mata umatnya. Tetapi Allah pasti menyempurnakan cahaya-Nya serta
memenangkan agama-Nya, sekalipun musuh Allah berupa syaithan berikut para
pengikutnya yaitu orang-orang kafir dan atheis tidak rela.
Adapun munculnya berbagai kemungkaran yang telah disebutkan pendusta itu,
memang benar adanya. Bahkan al-Quran dan Hadits pun telah banyak
memperingatkan, dan cukuplah keduanya sebagai petunjuk dan pemberi
peringatan.
Mari kita memohon kepada Allah, agar Dia senantiasa memperbaiki kondisi umat
Islam, serta memberi karunia kepada mereka untuk mengikuti yang haq, tetap
istiqamah menjalankannya dan mau bertaubat kepada Allah dari segala dosa,
karena sesungguhnya Dia Maha Penerima Taubat, Maha Penyayang dan Maha Kuasa
atas segala sesuatu.
Adapun mengenai tanda-tanda hari kiamat yang disebutkan dalam wasiat
tersebut, telah dijlaskan dalam hadits-hadits, dan al-Quran pun telah
menjelaskan sebagiannya. Siapa saja yang ingin mengetahuinya, dapat merujuk
pada bab yang bersangkutan dalam kitab-kitab hadits atau karangan para ulama.
Oleh karena itu, umat tidak butuh lagi kepada penjelasan seorang pendusta
yang mencampur-adukkan antara yang haq dan batil seperti ini.
Cukuplah Allah sebagai penolong kita, Dialah sebaik-baik pelindung, tiada
daya dan upaya melainkan dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha
Agung.
Segala puji bagi Allah, dan semoga rahmat Allah tercurah kepada hamba dan
Rasul-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga, para sahabat dan
para pengikut beliau yang menapaki jejaknya hingga hari kiamat.
Disalin kembali dari “Benteng Tauhid, oleh Sekumpulan Ulama”, penerbit Daar
al-Qasim, Saudi Arabia, Riyadh, halaman 108. Buku ini adalah oleh-oleh dari
pemerintah Saudi Arabia untuk jamaah haji Indonesia, Dzulhijjah 1426, periode
2005-2006.
Penulis: Asy Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdullah bin Baaz
http://www.thullabul-ilmiy.or.id/blog/?p=48 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar