Pergaulan adalah suatu proses interaksi makhluk dengan makhluk
lainnya, hubungan seseorang dengan yang lainnya, hubungan manusia dengan
manusia, dan lain-lain. Pergaulan islami adalah pergaulan yang sesuai dengan
ajaran Islam yang berpedoman pada Al-Quran dan sunah Rasulullah SAW. Serta
dalam tataran amal telah dicontohkan langsung oleh Rasulullah SAW, para sahabat
dan orang-orang shaleh.
Pergaulan yang diatur oleh Islam mencakup semua pergaulan
(interaksi) antar makhluk ciptaan Allah SWT., di antaranya bagaimana cara
bergaul dengan orang tua, suami isteri, saudara, tetangga, teman sejawat, bakan
Allah juga mengatur bagaimana cara bergaul dengan ciptaan Allah lainnya seperti
binatang dan tumbuh-tumbuhan. Kalau dibahas satu per satu maka masing-masing
bisa dijadikan topik pembicaraan. Dalam tulisan ini akan dibicarakan beberapa
hal tsb. secara singkat.
Allah SWT. mewajibkan kepada manusia untuk berbuat baik terhadap
sesama manusia setelah kewajiban untuk menyembah Allah dan tidak mempersekutukannya:
Sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang
ibu-bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang
dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba
sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang sombong dan
membangga-banggakan diri
(Q.S. An-Nisa: 36)
(Q.S. An-Nisa: 36)
- Pergaulan dengan ibu-bapak
Berbuat baik/berbakti kepada orang tua (birrul walidain) adalah merupakan kewajiban sebagai seorang muslim karena Allah telah menuntun seseorang bagaimana cara bergaul dengan ibu bapak. Pahala yang besar telah dijanjikan Allah kepada hamba yang berbuat baik kepada kedua orang tua, sebaliknya Allah juga mengancam dengan neraka-Nya bagi hamba yang durhaka kepada orang tua. Satu hal yang memotivasi kita untuk selalu berbuat baik kepada orang tua adalah dengan mengingat betapa besar peran orang tua dan jasanya, terutama kepada ibu, mulai saat melahirkan.
Dan
kami perintahkan kepada manusia berbuat baik kepada dua orang ibu-bapanya,
ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam 2 tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang
ibu-bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu (Q.S. Lukman: 14)
Kewajiban berbuat baik
kepada orang tua bukan semata sebagai balas budi, akan tetapi lebih kepada
melaksanakan perintah Allah SWT. Dan tataran aplikatif (amal) perlu dilakukan
upaya terus menerus untuk melatih diri berbuat baik kepada orang tua. Caranya
tentu berbeda-beda antara satu anak dengan anak yang lain. Bersikap tawadhu'
dan kasih sayang kepada orang tua merupakan sikap yang perlu dipelihara,
menghadirkan orang tua dalam setiap doa kita (Q.S. Al-Isra: 24).
Berusahalah
menjadi anak shaleh/shalehah sehingga dapat berbakti kepada orang tua melalui
dua hal:
- mengingatkan, menjaga, menjauhkan orang tua dari
hal-hal atau aktivitas yang diharamkan oleh Allah SWT. dan rasul-Nya
- mengajak dan mendukung hal-hal atau aktivitas mereka
dalam kebaikan di jalan Allah SWT.
Di dalam Q.S.
Lukman: 15 Allah mengajarkan kepada kita suatu sikap yang mulia apabila kedua
orang tua memaksa anaknya untuk menyekutukan Allah. Hal ini hendaknya dicamkan
dan dijadikan pelajaran.
- Pergaulan suami isteri
Kesuksesan pergaulan suami-isteri sangat ditentukan bagaimana merencanakan sebuah pernikahan yang termasuk di antaranya proses memilih pasangan hidup. Rasulullah dalam sebuah hadits menganjurkan kepada kita untuk memilih pasangan hidup yang baik. Empat hal yang dilihat dalam memilih pasangan hidup: wajah, keturunan, harta dan agamanya, maka yang dijadikan pertimbangan pertama adalah agamanya. Tentunya calon yang dipilih untuk dijadikan isteri/suami adalah yang pemahaman dan pengamalan agamanya lebih baik.
Pernikahan
adalah ibadah kepada Allah dan tentunya niat melaksanakannya juga untuk
beribadah pada Allah. Dengan ini akan memotivasi kita untuk mengarahkan
kehidupan berumah tangga kepada jalan yang dekat dengan Allah sehingga terwujud
Keluarga Sakinah mawaddah wa rohmah. Anjuran untuk bergaul secara baik dengan
pasangan (suami/isteri) terutama untuk suami di dalam ayat 19 surat An-Nisa:
Hai
orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan
paksa, dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali
sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka
melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut,
kemudian bila kamu tidak menyukai mereka (maka bersabarlah) karena mungkin kamu
tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.
Dalam
pengamalannya dibutuhkan saling pengertian diantara kedua pasangan. Sesuatu hal
yang wajar dalam kehidupan rumah tangga bahwa tidak selalu akan terdapat hal
yang indah-indah saja tanpa ada permasalahan. Dengan saling pengertian dan
kedewasaan dalam menata dan bergaul dengan pasangan akan menjadikan
permasaalahan itu sebagai pemicu untuk menumbuhkan kebahagiaan berikutnya.
Suatu hal yang mudah diucapkan tetapi sulit untuk dilaksanakan. Hanya dengan
melatih diri secara terus menerus dan meningkatkan kualitas iman serta
kedekatan pada Allah SWT., hal itu bisa terwujud.
- Pergaulan dengan sesama muslim
Rasulullah
SAW. adalah tauladan utama dalam mencontohkan cara bergaul dengan sesama
muslim, bahkan Rasulullah menunjukan akhlak-akhlak yang mulia bukan hanya
kepada muslim tetapi juga kepada non-muslim sehingga tidak sedikit akhirnya
seorang non-muslim menjadikan Islam sebagai jalan hidupnya dikarenakan akhlak
Rasulullah yang mulia.
Secara fitrah
manusia — siapapun dia — selalu menyenangi kebaikan. Maka tatkala kita mampu
menampilkan akhlak Islami dalam pergaulan akan semakin banyak orang bersimpati
dan mengikuti langkah kita. Pergaulan sesama muslim diatur dalam Islam
sedemikian rupa sehingga kalau interaksi ini berjalan sesuai dengan tuntunan
Islam maka itulah yang dinamakan ukhuwah Islamiyah. Secara kongkrit dalam siroh
sahabat, kita baca bagaimana ukhuwah yang bukan hanya sekedar dipahami sebagai
sesuatu yang indah tetapi juga dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari, kisah
ukhuwah antara kaum Muhajiran dan Anshor yang dipersatukan oleh Rasulullah SAW.
dengan Abdurrahman bin Auf sebagai tokoh yang terkenal. Juga kisah sahabat di
perang Yarmuk.
Di Yarmuk
darah deras mengalir. Perang besar antara kaum Muslimin dengan kaum musyrikin.
Dari fihak kaum Muslimin beberapa orang telah menemui syahid yang didamba, dan
lainnya banyak yang jatuh terluka. Tak ada gejolak lebih besar bagi Hudzaifah
Al Adawi selain menghambur ke medan
jihad melihat luka para saudara seaqidah. Sebelum mengayunkan pedang menebas
leher musuh-musuh Allah, ia lebih dahulu mengusung sebuah bejana penuh air
untuk membantu mengatasi rasa haus para jundullah yang terluka.
Pedang ia
letakkan sambil mengawasi kelebat gerak musuh, air bejana ia tegukkan untuk
mujahid yang terluka. Namun sebelum tetesan air mengalir membahasi tenggorokan
mujahid, sang mujahid menepiskan bejana serentak manakala terdengar erangan
rekannya di sebelah ujung. Sang jundullah meminta agar Hudzaifah
bersegera pergi ke arah suara erangan tadi, "Bawalah air padanya. Aku
tidak lebih mulia dari jiwa siapapun yang berjuang di jalan Allah".
Orang yang
mengerang tadi ternyata Hisyam bin Al Ash. "Semoga Allah merakhmati engkau
ya Hudzaifah", sambutnya. Hudzaifah belum sempat mengangkat bejana air
ketika tiba-tiba Hisyam menunjuk kepada saudara lain yang juga terluka.
"Bawalah air ini padanya. Ia lebih memerlukan ketimbang aku",
pintanya.
Hudzaifah
menuju orang yang terluka tadi. Tapi terlambat sang mujahid telah terlebih
dahulu syahid dan menemui Khalik dengan bersuka-ria. Hudzaifah tercenung dan
mendoakan. Dengan sigap kembali ia melompat menuju tempat Hisyam bin Al Ash.
Tapi ternyata Hisyam pun telah syahid juga. Rasa haru makin menjadi manakala ia
melompat-terbang menuju tempat orang pertama yang akan ia tolong dan ternyata
sang mujahid ini pun telah mendahului menuju keharibaan Illahi. Tak jelas siapa
yang lebih dahulu syahid, mujahid ini atau dua saudaranya yang lain. Air mata
menggenang dan wajah haru mengiringi kilau pedang Hudzaifah membabat leher para
hizbul syaithon di Yarmuk. Terbuktikah konsep manusia yang diteorikan
para pemikir jahil, bahwa manusia adalah makhluk yang ego-sentris, yang melulu
mementingkan diri dan memusatkan berbagai perilaku sosialnya demi keuntungan
pribadi? Paling tidak verifikasi perang Yarmuk berkata lain. Fitrah manusia
adalah hanif, lurus, penuh kasih-sayang, rela berkorban demi saudara. Manusia
adalah makhluk yang mulia, bukan makhluk yang melulu menumpahkan darah. Dia
rela bukan hanya harta untuk sekedar sumbangan, tenaga, atau fikiran, jiwa
sekalipun, yang hanya satu dan tak bisa diganti, dia korbankan untuk
kepentingan saudara-saudara lebih dahulu baru dirinya.
Manusia adalah
makhluk yang halus budi yang tunduk-patuh, yang tahan menderita demi kebahagiaan
saudaranya, tak suka berebut sesuatu dengan saudara demi kepentingan pribadi.
Ia adalah makhluk terbaik yang diciptakan Allah Yang Maha Tahu, Rabb Yang Maha
Pandai, Khalik Yang Maha Kuasa. Ia adalah makhluk yang diberi kepercayaan oleh
Penguasa Jagad Raya untuk menjadi khalifah di bumi dan memberikan rahmat pada
alam. Selain makhluk terbaik mustahil dapat menjalankan misi yang diembankan
Allah ini. Itulah manusia Muslim, yang berserah diri kepada dan hanya kepada
Allah, yang tunduk dan menundukkan diri, yang patuh dan taat hanya kepada Rabb
Yang Agung, manusia yang merdeka, manusia yang bebas dari jerat syahwat dan
fitnah, manusia yang pekat dengan akhlak islami, akhlaqul kharomah, yang
pancarannya melembutkan kalbu.
Inilah manusia
yang hati merahnya telah ter-sibghah (terwarnai) dengan warna islam,
manusia sempurna, manusia Muslim. Dalam pergaulan sesama muslim yang perlu
diperhatikan adalah memenuhi hal dan adab kaum muslimin. Hal ini merupakan
ibadah pada Allah SWT. dan sebagai suatu cara mendekatkan diri kepada-Nya. Hak
dan adab kaum muslimin antara lain: mengucapkan salam, mendoakannya waktu
bersin, menengoknya bila sakit, menyaksikan jenazahnya bila meninggal,
menghargai sumpahnya, memberi nasehat dalam hal yang hak, mencintainya seperti
mencintai diri sendiri, menolongnya bila dibutuhkan, tidak menimpakan keburukan
atau sesuatu yang tidak disenangi, merendahkan diri dan tidak sombong kepada
muslim, tidak memutuskan hubungan lebih dari tiga hari, tidak menggunjing,
mengejek, memanggil dengan sebutan yang buruk, tidak mencaci dan menserca tanpa
hak diwaktu hidup maupun sudah meninggal, tidak iri hati, dengki, berprasangka
buruk, membenci, mencari-cari kesalahan, tidak menipu dan mengecoh, tidak boleh
berlaku khianat, mendustakan, menangguhkan pembayaran hutang, menghormati yang
tua dan menyayangi yang muda, berlaku adil terhadap diri sendiri, memaafkan
salahnya dan menutupi aibnya dan memohonkan perlindungan serta mendoakannya.
Hadits Rasulullah yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim (hadits arbain yang ke
13):
Abu
Hamzah Anas bin Malik r.a. pelayan Rasulullah SAW berkata, "Tidak beriman
seseorang diantara kalian sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia
mencintai dirinya sendiri."
- Akhlak Islami dalam pergaulan pria wanita bukan mahram
Realitas yang
memprihatinkan di kalangan umat dimanapun adalah pergaulan bebas antara lawan
jenis mulai dari yang paling ringan sampai yang berat. Allah sangat melarang
hal ini dan ancaman dosa. Pergaulan bebas sering dilakukan oleh orang
non-muslim yang mereka sudah tahu dampak secara psikologis dan kesehatan.
Secara khusus
fenomena ini juga sudah menggejala di Indonesia terutama di kalangan
remaja. Semakin waktu berjalan semakin banyak kita dengar hasil-hasil
penelitian yang menunjukkan hubungan seks pra nikah dikalangan remaja, terutama
di kota-kota besar cendrung mengalami peningkatan. Pertanyaan besar yang
terpampang di depan kita adalah apa yang sedang terjadi di Indonesia
dengan predikat negara yang mempunyai penduduk muslim terbesar di dunia?
Bukankah Islam sudah menentukan cara pergaulan yang Islami. Aturan yang sangat
melindungi kemuliaan manusia dari berbagai aspek (kesehatan, psikologi, sosial,
dll.). Jawaban yang akan langsung kita utarakan adalah karena umat yang
demikian sudah meninggalkan aturan Islam dalam mengatur pergaulan secara khusus
dan aturan Islam lainnya secara umum. Kondisi di Indonesia demikian, kemudian
bagaimana kondisi umat Islam di negara-negara Barat yang bukan negara komunitas
muslim dan sudah melegakan pergaulan bebas dengan lawan jenis? Tantangan yang
lebih berat tentunya akan ditemukan. Untuk itu dibutuhkan sekali kemampuan
menjaga diri dan mengamalkan apa yang telah dianjurkan oleh Allah SWT. dalam
pergaulan.
Dalam proses
perkembangan manusia secara normal setelah akil baligh mempunyai rasa
ketertarikan kepada lawan jenisnya. Rasa itu tumbuh terus seiring dengan
pertumbuhan usia. Kalau sedari dini diperkenalkan bagaimana pergaulan yang baik
secara Islami kemudian dibekali keimanan yang kuat, maka perasaan menyukai itu
akan dapat dikelola dengan baik dan diatasi dengan amal-amal yang bermanfaat
dan pada masanya, rasa suka itu akan tersalurkan setelah memasuki masa
pernikahan, maka orang ini akan mampu menerapkan pergaulan Islami dalam
hidupnya. Namun kalau sebaliknya rasa itu dipupuk terus tanpa ada
batasan-batasan, maka akan berkembang menjadi pergaulan yang bebas. Tidak heran
fenomena yang terungkap di atas bias terjadi dengan mudah.
Dalam aplikasi
amal, salah satu faktor yang menentukan dalam menjaga supaya pergaulan sesuai
dengan Islam adalah merasa selalu diawasi oleh Allah (muraqabatullah)
Dengan keyakinan sepenuhnya bahwa kita selalu berada dalam pengawasan Allah
SWT., maka kita akan selalu menjaga pergaulan dengan lawan jenis. Dimanapun
kita berada bahkan tidak seorang manusiapun melihat tingkah laku kita di sana terdapat pengawasan
Allah SWT. Bukankah semut kecil yang hitam berjalan di atas batu hitam di
tengah malam buta, tidak satupun manusia bisa melihat, tapi Allah-lah membuat
semut itu berjalan. Maka dengan demikian kita akan selalu memproteksi diri
untuk tidak keluar dari bingkai pergaulan yang telah diatur oleh Islam.
Pria dan
wanita yang beriman dan telah memiliki sifat haya' (malu) akan
senantiasa menjaga kesucian dirinya dari perbuatan dosa. Dalam hal ini,
hendaklah langkah-langkah berikut diambil dengan sangat serius:
- Suci dari Syahwat
yang Tersembunyi
Di dalam hukum Islam, kecenderungan dan syahwat seorang pria terhadap wanita di luar nikah adalah sama dengan perbuatan zina. Oleh karena itu nafsu birahi ketika melihat, bercakap, serta mengunjungi wanita adalah perbuatan zina. Islam menghukumnya sebagai haram karena ini merupakan langkah-langkah awal bagi seseorang untuk menuju zina yang sebenarnya. - Suci dari
Pandangan-pandangan Birahi
Pandangan
penuh birahi antara pria dan wanita adalah merupakan pintu menuju maksiat yang
sangat berbahaya. Firman Allah: Katakanlah kepada laki-laki yang beriman:
"Hendaklah mereka menahan pandangan mereka..."
Dan
katakanlah kepada perempuan-perempuan yang beriman, "hendaklah mereka
menahan pandangan mereka, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka
menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan
hendaklah menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan
perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, dan ayah suami
mereka, atau putera-putera mereka, atau putere-putera suami mereka..."
(An-Nur: 30-31)
(An-Nur: 30-31)
- Suci dari Sembarang Tabarruj
Jahiliyah
Satu masalah
yg biasa terdapat pada wanita yg tidak memiliki sifat haya' adalah tabarruj,
yaitu kesukaan untuk memperlihatkan kecantikan dan perhiasan dirinya. Biasanya
sikap ini bisa dilihat dari pakaian-pakaian yang berwarna-warni serta
berlebih-lebihan, bersolek, hiasan rambut yang menarik, bau-bauan yang harum
semerbak, serta perbuatan-perbuatan lain yang tujuannya untuk menggoda.
Al-Quran menamakan segala perbuatan yang bertujuan untuk memikat hati serta
menarik perhatian selain dari suami sebagai tabarruj jahiliyyah.
Firman
Allah:
... dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah dahulu (Al-Ahzab: 33)
... dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah dahulu (Al-Ahzab: 33)
- Suci dari
Penampakkan Aurat
Islam
mengajarkan ummatnya untuk menjaga kesucian; satu ajaran yang tak didapati
dalam ajaran-ajaran lain. Bagi pria dan wanita yang beriman, memakai pakaian
yang menutup aurat jauh lebih penting daripada memakai pakaian-pakaian mahal.
Secara jelas, Islam telah menetapkan batas-batas aurat pria dan wanita dan
mewajibkan aurat ini tidak diperlihatkan kepada mereka yang bukan muhrim.
Sebagai
kesimpulan, dapatlah difahami bahwa sifat haya' menjadikan seseorang
terlindung dari pencemaran kesucian dirinya. Sifat haya' adalah produk
dari didikan akhlak Islami yang menjadikan seorang yang beriman bisa
menghapuskan segala kecenderungan jahat yang ada dalam dirinya. Semua tindakan
yang diambil Islam adalah ditujukan kepada perbaikan masyarakat sehingga
kelemahan-kelemahan individu tidak meluas menjadi penyakit masyarakat. Semuanya
ini bertujuan untuk menciptakan satu suasana yang menghalangi perkembangan
maksiat serta gangguan-gangguan yang disebabkan oleh syahwat.
Penulis : Elfahmi Yaman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar