Ketika iman bersemi dalam hati sesuai tuntunan syariat, niscaya hati ini rindu terbang ke jannah dan takut siksa neraka

Rabu, 22 Agustus 2012

Ungkapkan Dengan Islami


Beberapa perasaan paling dalam seorang muslim kepada saudara muslim lainnya, seringkali cukup diungkapkan dalam satu dua kata saja. Saat kalimat terlalu bias, kata-kata tersebut bisa menjadi ungkapan yang lebih bermakna. Ia akan mempererat persaudaraan dan kasih sayang, menghilangkan kebencian, menghangatkan ukhuwah, dan menunjukkan kepada saudara muslim lainnya betapa anda mencintai mereka.

“Assalamu’alaikum”
(Semoga keselamatan atasmu)
Ucapkan ini ketika bertemu saudaramu untuk mempererat persaudaraan dan saling mencintai. Lebih lengkapnya ucapkanlah “assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh”, kita sangat menginginkan rahmat dan berkah dari Allah dicurahkan kepadanya. Ini adalah ucapan yang penuh hikmah, sehingga wajib bagi yang diucapkan demikian membalas dengan salam yang lebih baik dan lengkap: “wa’alaikumussalam wa rahmatullahi wa barakatuh”

Kutipan:
قَالَ : ((لاَ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوْا، وَلاَ تُؤْمِنُوْا حَتَّى تَحَابُّوْا، أَوَ لاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوْهُ تَحَابَبْتُمْ، أَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ))
Rasulullah Shallahu ‘alaihi Wasallam bersabda: “Kamu tidak akan masuk ke Surga hingga kamu beriman, kamu tidak akan beriman secara sempurna hingga kamu saling mencintai. M
aukah kamu kutunjukkan sesuatu, apabila kamu lakukan akan saling mencintai? Biasakan mengucapkan salam di antara kamu (apabila bertemu).” (HR Muslim 1/74)


Imam AnNawawi menjelaskan: Di dalam hadits tersebut terdapat hikmah yang sangat besar yaitu anjuran menyebarkan salam baik kepada yang dikenal maupun tidak.
Salam adalah sebab pertama terjadi saling kenal dan kunci saling mencintai. Selanjutnya menyebarkan salam sangat memungkinkan terjadinya persatuan. Tampaklah syiar Islam dengan salam yang menjadi ciri khasnya. Ini melatih diri berjiwa rendah hati dan menjaga kehormatan kaum muslimin (Syarah Shahih Muslim 2/36). Dalam kitab Aunul Ma’bud disebutkan, maksud anjuran ini (mengucapkan salam kepada muslim yang dikenal maupun tidak) adalah agar kaum muslimin menghidupkan sunnah.

Rasulullah Shallahu ‘alaihi Wasallam bersabda pula:
Kutipan:
ثَلاَثٌ مَنْ جَمَعَهُنَّ فَقَدْ جَمَعَ اْلإِيْمَانَ: اْلإِنْصَافُ مِنْ نَفْسِكَ، وَبَذْلُ السَّلاَمِ لِلْعَالَمِ، وَاْلإِنْفَاقُ مِنَ اْلإِقْتَارِ.
Ada tiga perkara, barangsiapa yang bisa mengerjakannya, maka sungguh telah mengumpulkan keimanan:
1.Berlaku adil terhadap diri sendiri
2.Menyebarkan salam ke seluruh penduduk dunia
3.Berinfak dalam keadaan fakir
.”
(HR Bukhari dengan Fathul Bari dari Ammar secara mauquf dan diringkas sanadnya)


وَعَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ x: أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ النَّبِيَّ n: أَيُّ اْلإِسْلاَمِ خَيْرٌ، قَالَ: ((تُطْعِمُ الطَّعَامَ، وَتَقْرَأُ السَّلاَمَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ))
Dari Abdullah bin Umar Radiyallahu ‘anhu, dia berkata: “Sesungguhnya seorang laki-laki bertanya kepada Nabi (Shallahu ‘alaihi Wasallam), manakah ajaran Islam yang lebih baik?” Rasulullah Shallahu ‘alaihi Wasallam bersabda: “Hendaklah
engkau memberi makanan, mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal dan yang tidak.”(HR Bukhari dengan Fathul Bari 1/55 dan HR Muslim 1/65)

Dalam kitab Aunul Ma’bud 14/70 dijelaskan: Ucapkanlah salam kepada orang yang dikenal maupun yang tidak dikenal, jangan mengkhususkan orang tertentu saja. akhlak ini menunjukkan sikap rendah hati, keikhlasan, dan syiar islam. Sementara kalau mengkhususkan salam hanya kepada orang yang dikenal saja adalah salah satu tanda hari kiamat sebagaimana disebut haditsnya dalam Shahihain.

جَزَاكَ اللهُ خَيْرًا. “Jazakallahu khairan”
(Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan).
Ucapkanlah ini sebagai ungkapan terimakasih yang tulus dan ikhlas. Kita mendoakan kepada seseorang yang telah berbuat baik kepada kita agar Allah membalasnya dengan kebaikan. Sesungguhnya tidaklah kita akan sanggup membalas kebaikan seseorang kecuali hanya Allah yang mampu membalasnya, dengan cara dan bentuk yang paling baik dan adil sesuai dengan kekuasaan, kehendak, dan ketetapan Allah.(lihat HR Tirmidzi no 2035, shahih al jami’ dan shahih tirmidzi 2/200)

“Uhibbuka fillah”
(Aku mencintaimu di jalan Allah)
Ungkapkan kasih sayang, kesetiaan, dan kecintaan yang ikhlas dengan kalimat ini. Dalam Shahihain, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda "seseorang bersama orang yang dicintainya". yakni orang yang mencintai seseorang dengan ikhlas karena agamanya maka dia menjadi golongannya (temannya) di hari kiamat, walaupun tidak beramal seperti yang diamalkan oleh orang yang dicintai, namun disebabkan oleh hati yang saling terkait.
Kesetiaan dan kasih sayang ini pun menjadi sebab kerjasama yang baik. Dengan demikian sangat dianjurkan mencintai orang-orang sholeh dengan berharap mendapat kebaikan sebagaimana mereka. Kepada orang yang dicintai saudaranya di jalan Allah hendaknya membalas dengan ucapan
أَحَبَّكَ الَّذِيْ أَحْبَبْتَنِي لَهُ.
“Semoga Allah mencintai kamu yang cinta kepadaku karenaNya.” (HR Abu Dawud 4/333 dan Shahih Abu Dawud syaikh al Albani )

يَرْحَمُكَ اللهُ “Yarhamakallah”
(Semoga Allah memberi rahmat kepadamu)
Ucapkan ini tatkala engkau mendengar saudaramu yang bersin mengucapkan Alhamdulillah. Bersin adalah nikmat yang Allah berikan dengan kelegaan yang dirasakan setelah bersin.
Rasulullah (Shallahu ‘alaihi Wasallam) bersabda :
Kutipan:
Apabila seseorang di antara kamu bersin, hendaklah mengucapkan: الْحَمْدُ لِلَّهِ (Segala puji bagi Allah), lantas saudara atau temannya mengucapkan: يَرْحَمُكَ اللهُ (Semoga Allah memberi rahmat kepadamu). Bila teman atau saudaranya mengucapkan demikian, bacalah: يَهْدِيْكُمُ اللهُ وَيُصْلِحُ بَالَكُمْ. (Semoga Allah memberi petunjuk kepadamu dan memperbaiki keadaanmu.)


“Ghafarallahu laka”
(Semoga Allah mengampunimu)
Ucapkan ini sebagai ungkapan kasih sayang kita yang sangat berharap kepada Allah untuk mengampuni dosa-dosanya. Kita mencintai saudara kita dengan mengharapkan ampunan dari Allah atas dosa, kesalahan, dan maksiat yang dilakukannya baik yang diketahui maupun tidak, baik yang disengaja maupun tidak, serta harapan keselamatan di dunia dan akhirat diberikan Allah kepadanya. Demikian juga sebaliknya, sehingga dalam hadits disebutkan agar orang yang dikatakan kepadanya “Ghafarallahu laka” membalas dengan ucapan
وَلَكَ. “Begitu juga kamu semoga mendapat ampunan.” (HR Ahmad 5/82, an Nasai dalam Amal yaum wal lailah hal 218 no 421 dengan tahqiq Faruq Hamadah)

“Barakallahu fiikum”
(Semoga Allah memberkahimu)
Ungkapkan rasa persaudaraan yang erat dengan ucapan ini, bahwa kita sangat menginginkan kehidupannya penuh dengan kebahagiaan, berkah, dan nikmat dari Allah. Lalu hendaknya orang yang diucapkan demikian membalas dengan ucapan yang penuh kasih sayang pula:
وَفِيْكَ بَارَكَ اللهُ. “Semoga Allah juga melimpahkan berkah kepadamu” (HR Ibnu Sunni hal.138)

“Ihrish!”
(Bersemangatlah!)
Berilah dukungan kepada saudaramu dalam kebaikan yang ia lakukan. Nasehatkan kepadanya agar bersemangat dalam hal-hal yang memang bermanfaat baginya, baik untuk dunianya apalagi akhiratnya.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam memberi semangat kepada para shahabat dengan berkata:
Kutipan:
“…Bersemangatlah dalam mengerjakan yang bermanfaat bagimu, dan selalu minta pertolongan kepada Allah, dan janganlah lemah…” (HR Muslim dari Abu Hurairah)


“Ishbir”
(Bersabarlah...)
Ingatkan saudaramu untuk menetapi kesabaran dan bertawakkal kepada Allah. Sungguh bahagia setiap keadaan seorang muslim yang pada saat baik ia mampu bersyukur kemudian pada saat sulit maka iapun mampu bersabar.
Dalam shahihain disebutkan bagaimana Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan untuk bersabar. Anas bin Malik berkata: Pada suatu hari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam berjalan melalui seorang wanita yang menangis di atas kuburan, maka Beliau bersabda: “Bertaqwalah kepada Allah, dan bersabarlah”
Kemudian sabda beliau tentang kesabaran: “Sesungguhnya kesabaran itu hanyalah pada pukulan pertama dari bala’ (musibah)”. Maksudnya bahwa letak kesabaran itu pada saat awal musibah datang, ketika itu orang yang memang tidak dapat menahan diri maka tidak akan mampu bersabar.

“Insya Allah”
(dengan kehendak Allah)
Ucapkan ini kepada saudaramu bahwa ia bisa memberi kepercayaan kepadamu.
Yakinkan dengan ucapan ini bahwa engkau akan berusaha menepati janji dan menunaikan amanat. Dengan ucapan ini, engkau dan saudaramu menjadi sungguh-sungguh berusaha dan bertawakkal, karena setiap perbuatan yang dilakukan tidaklah lepas dari proses dan hasil yang telah ditentukan oleh Allah sesuai apa yang dikehendaki-Nya.

“Allahu a’lam”
(Allah yang lebih mengetahui)
Ucapkanlah ini jika engkau menjawab saudaramu. Ungkapkan ini sebagai pengagungan Allah yang lebih mengetahui daripada apa yang engkau ketahui ketika menjelaskan sesuatu kepada saudaramu. Engkau mengakui bahwa engkau bukanlah seseorang yang paling berilmu daripada saudaramu, karena engkau pun tidak luput dari kesalahan. Ucapan inilah yang diteladankan oleh para shahabat radhiyallahu 'anhum ajma'in kepada kita, ini tercantum dalam banyak sekali hadits.

“Shadaqta”
(Engkau benar)
Akuilah kebenaran yang disampaikan saudaramu, lalu engkau mengambil ilmu dan hikmah darinya. Dengan ini engkau mencintainya dan yang disampaikannya karena engkau mencintai kebenaran.
Ketika Jibril datang kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, ia bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang Islam, iman, ihsan, hari kiamat, dan tanda-tandanya. Jibril berkata “Shadaqta”. (HR Muslim)

“Afwan”
(Maafkan..)
Ini adalah kata-kata yang sangat pantas engkau ucapkan tatkala engkau menyadari kelalaian dan kesalahan dirimu. Ungkapan ini akan meluluhkan kebencian dan dendam, melebur dosa dan kesalahan, serta merta akan menambah rasa kasih sayang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar