عَنْ
عَائِشَةَ ، أَنَّهَا قَالَتْ : يَا رَسُولَ اللهِ ، أَرَأَيْتَ إِنْ وَافَقْتُ
لَيْلَةَ الْقَدْرِ مَا أَدْعُو ؟ قَالَ : تَقُولِينَ : اللَّهُمَّ إِنَّكَ
عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي.
“Dari Aisyah radhiyallahu’anha, bahwasannya
beliau berkata: Ya Rasulullah, do’a apakah yang harus aku baca jika aku
mendapati lailatul qadr? Nabi shallallahu’alaihi wa sallam
bersabda: Engkau
mengucapkan,
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ
عَنِّي
“Allahumma innaka ‘Afuwwun tuhibbul’afwa fa’fu anniy.”
“Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf lagi
mencintai pemaafan, maka maafkanlah aku”.”
[HR. Ahmad (6/170, 182, 183, 208), At-Tirmidzi
(3513), An-Nasai dalam Amalul Yaum wal Lailah (872-875) Ibnu
Majah (3850), Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman
(3/338-339), dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dan Asy-Syaikh
Syu’aib Al-Arnauth]
Adapun lafaz yang dha’if (lemah) adalah
tambahan Kariimun [كريم] setelah ‘Afuwwun [عفو] yang terdapat
dalam Sunan At-Tirmidzi.
Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah menjelaskan,
(تنبيه): وقع
في “سنن الترمذي ” بعد قوله: “عفو” زيادة: “كريم “! ولا أصل لها في شيء من المصادر
المتقدمة، ولا في غيرها ممن نقل عنها، فالظاهر أنها مدرجة من بعض الناسخين أو
الطابعين؛ فإنها لم ترد في الطبعة الهندية من ” سنن الترمذي ” التي عليها شرح
“تحفة الأحوذي ” للمباركفوري (4/ 264)، ولا في غيرها. وإن مما يؤكد ذلك: أن
النسائي في بعض رواياته أخرجه من الطريق التي أخرجها الترمذي، كلاهما عن شيخهما
(قتيبة بن سعيد) بإسناده دون الزيادة.
“Peringatan: Terdapat dalam Sunan At-Tirmidzi,
setelah ucapan beliau ‘Afuwwun [عفو] tambahan Kariimun [كريم],
dan ini tidak ada asalnya sama sekali pada sumber-sumber terdahulu, tidak pula
dari yang menukil langsung dari sumber-sumber tersebut. Maka yang nampak bahwa
lafaz tersebut mudrajah (sesuatu yang ditambahkan) oleh sebagian
pencatat dan pencetak. Karena lafaz tersebut tidak terdapat dalam cetakan Sunan
At-Tirmidzi India yang dijadikan acuan oleh Al-Mubaarakfuri
(4/264) dan tidak pula pada selain kitab tersebut. Dan diantara yang menguatkan
hal itu, bahwa An-Nasai pada sebagian riwayatnya mengeluarkan hadits ini
dari jalan yang sama dengan yang dikeluarkan oleh At-Tirmidzi, keduanya
dari syaikh mereka berdua, Qutaibah bin Sa’id dengan sanadnya tanpa
tambahan tersebut.” [Ash-Shahihah, pada pembahasan hadits no. 3337]
Dan ini adalah taraju’ Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah
yang sebelumnya menshahihkan lafaz tambahan tersebut dalam Shahih
Sunan At-Tirmidzi (2789).
http://nasihatonline.wordpress.com/2012/08/14/malam-ganjil-lailatul-qadr-bisa-jadi-terdapat-pada-malam-genap-bagaimana-cara-menghitungnya/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar