Ketika iman bersemi dalam hati sesuai tuntunan syariat, niscaya hati ini rindu terbang ke jannah dan takut siksa neraka

Jumat, 17 Agustus 2012

Do’a Lailatul Qadr yang Shahih dan Dha’if



عَنْ عَائِشَةَ ، أَنَّهَا قَالَتْ : يَا رَسُولَ اللهِ ، أَرَأَيْتَ إِنْ وَافَقْتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ مَا أَدْعُو ؟ قَالَ : تَقُولِينَ : اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي.
“Dari Aisyah radhiyallahu’anha, bahwasannya beliau berkata: Ya Rasulullah, do’a apakah yang harus aku baca jika aku mendapati lailatul qadr? Nabi shallallahu’alaihi wa sallam
bersabda: Engkau mengucapkan,
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
“Allahumma innaka ‘Afuwwun tuhibbul’afwa fa’fu anniy.”
“Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf lagi mencintai pemaafan, maka maafkanlah aku”.”
[HR. Ahmad (6/170, 182, 183, 208), At-Tirmidzi (3513), An-Nasai dalam Amalul Yaum wal Lailah (872-875) Ibnu Majah (3850), Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman (3/338-339), dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dan Asy-Syaikh Syu’aib Al-Arnauth]
Adapun lafaz yang dha’if (lemah) adalah tambahan Kariimun [كريم] setelah ‘Afuwwun [عفو] yang terdapat dalam Sunan At-Tirmidzi.
Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah menjelaskan,
(تنبيه): وقع في “سنن الترمذي ” بعد قوله: “عفو” زيادة: “كريم “! ولا أصل لها في شيء من المصادر المتقدمة، ولا في غيرها ممن نقل عنها، فالظاهر أنها مدرجة من بعض الناسخين أو الطابعين؛ فإنها لم ترد في الطبعة الهندية من ” سنن الترمذي ” التي عليها شرح “تحفة الأحوذي ” للمباركفوري (4/ 264)، ولا في غيرها. وإن مما يؤكد ذلك: أن النسائي في بعض رواياته أخرجه من الطريق التي أخرجها الترمذي، كلاهما عن شيخهما (قتيبة بن سعيد) بإسناده دون الزيادة.
Peringatan: Terdapat dalam Sunan At-Tirmidzi, setelah ucapan beliau ‘Afuwwun [عفو] tambahan Kariimun [كريم], dan ini tidak ada asalnya sama sekali pada sumber-sumber terdahulu, tidak pula dari yang menukil langsung dari sumber-sumber tersebut. Maka yang nampak bahwa lafaz tersebut mudrajah (sesuatu yang ditambahkan) oleh sebagian pencatat dan pencetak. Karena lafaz tersebut tidak terdapat dalam cetakan Sunan At-Tirmidzi India yang dijadikan acuan oleh Al-Mubaarakfuri (4/264) dan tidak pula pada selain kitab tersebut. Dan diantara yang menguatkan hal itu, bahwa An-Nasai pada sebagian riwayatnya mengeluarkan hadits ini dari jalan yang sama dengan yang dikeluarkan oleh At-Tirmidzi, keduanya dari syaikh mereka berdua, Qutaibah bin Sa’id dengan sanadnya tanpa tambahan tersebut.” [Ash-Shahihah, pada pembahasan hadits no. 3337]
Dan ini adalah taraju’ Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah yang sebelumnya menshahihkan lafaz tambahan tersebut dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi (2789).

http://nasihatonline.wordpress.com/2012/08/14/malam-ganjil-lailatul-qadr-bisa-jadi-terdapat-pada-malam-genap-bagaimana-cara-menghitungnya/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar