Paralel dengan maksud Ayat 30/30 dan 51/56, nyata sekali manusia seluruhnya
diciptakan ALLAH untuk menyembah-NYA dan mengkhususkan agama untuk-NYA, yaitu
hukum dan pengabdian khusus ditujukan untuk-NYA, langsung tanpa serikat. Agama
yang diredhai-NYA ialah Islam, baik di Bumi ini maupun di planet-planet lain,
sebagaimana doktrin hidup yang
telah disampaikan semua Rasul-NYA. Kini doktrin
hidup itu sesempurnanya sudah terkandung dalam Alquran yang disampaikan
Muhammad, Itulah agama kukuh, disusun ALLAH yang menciptakan manusia menurut fitrah
atau konsep yang terkandung dalam agama itu sendiri.فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفاً فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ
اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
30/30. Maka dirikanlah wajahmu untuk agama itu sesempurnanya yaitu agama susunan Allah
yang menyusun (naluri dan peradaban) manusia atasnya. Tiada perobahan bagi ciptaan Allah,
akan tetapi kebanyakan manusia itu tidak mengetahui.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
51/56. Dan tidaklah AKU menciptakan jin dan manusia itu kecuali untuk
menyembah AKU (utamanya di Akhirat).
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاء وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
98/5. Tidaklah mereka diperintah kecuali untuk menyembah ALLAH mengkhususkan untuk-NYA
agama sesempurnanya serta mendirikan Shalat dan memberikan zakat. Itulah agama yang kukuh.
Dinyatakan bahwa tidak akan berlaku perubahan pada ciptaan ALLAH tentang sesuatu, baik di angkasa raya maupun pada kehidupan manusia sendiri, daripada fitrah yang telah ditetapkan ALLAH, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui malah juga tidak mau memikirkan. Maka dari itu pada Ayat 51/55 dijelaskan bahwa pemikiran sungguh berguna bagi orang-orang beriman, terutama bagi mereka yang berilmu sebagai tercantum pada Ayat 41/3, bahwa Alquran itu dijelaskan Ayat-ayatnya bagi kaum yang berpengetahuan.
Memang dengan mematuhi dan melaksanakan hukum ALLAH, kehidupan dapat diarahkan kepada kemakmuran dan kesempurnaan karena hukum itu sendiri didasarkan atas ilmu tentang proses yang berlaku di sepanjang sejarah materi dan kehidupan, selaku ketentuan ALLAH tanpa ubah untuk selamanya. Kalau ciptaan ALLAH berlangsung tanpa ubah, dinyatakan pada Ayat 30/30, demikian pula Kalimat dan Ketentuan-NYA:
الَّذِينَ آمَنُواْ وَكَانُواْ يَتَّقُونَ
10/63. Orang-orang beriman dan mereka insaf.
لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَياةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ لاَ تَبْدِيلَ لِكَلِمَاتِ اللّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
10/64. Untuk mereka kegembiraan dalam kehidupan dunia dan Akhirat.
Tiada perubahan bagi Kalimat ALLAH, itulah bahagia besar.
سُنَّةَ اللَّهِ فِي الَّذِينَ خَلَوْا مِن قَبْلُ وَلَن تَجِدَ لِسُنَّةِ اللَّهِ تَبْدِيلاً
33/62. Selaku Ketentuan ALLAH pada orang-orang telah berlalu dulunya,
dan tiada engkau dapati perubahan bagi Ketentuan ALLAH.
Jika kita telah mendapat kesimpulan bahwa hukum ALLAH tidak pernah berubah di sepanjang zaman, sementara jin dan manusia dulu, kini dan nanti sengaja diciptakan ALLAH untuk menyembah-NYA, bahkan agama yang diredhai ALLAH hanyalah Islam baik di mana pun manusia berada, maka teranglah sejarah pelaksanaan Shalat sudah berlangsung semenjak dulu kala, yaitu pada manusia pertama dalam daerah Tatasurya kita, atau khususnya pada Adam dan istrinya yang menjadi nenek moyang kita bersama di Bumi ini. Kini kita ketahui pula bahwa Ayat 98/5 bukan ditujukan hanya kepada orang-orang diberi Kitab masa kini saja tetapi juga kepada seluruh manusia bahwa mereka diperintah menyembah ALLAH mengkhususkan agama untuk-NYA serta mendirikan Shalat dan memberikan zakat.
Manusia selaku makhluk berakal, berencana labarugi, telah ditentukan Alkhaliq selalu dalam rasa kekurangan bersifat lemah, dilahirkan ibunya tanpa tahu apa-apa disusukan belasan bulan, diasuh beberapa tahun. Kemudian dia mulai agak kuat, kemudian lemah lagi hingga mautnya, tetapi ada juga yang kembali kepada kedunguan tanpa tahu sesuatu ilmu yang sudah dimilikinya. Hal ini dinyatakan ALLAH pada berbagai Ayat, di antaranya Ayat 22/5.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِن كُنتُمْ فِي رَيْبٍ مِّنَ الْبَعْثِ فَإِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن تُرَابٍ ثُمَّ مِن نُّطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِن مُّضْغَةٍ
مُّخَلَّقَةٍ وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِّنُبَيِّنَ لَكُمْ وَنُقِرُّ فِي الْأَرْحَامِ مَا نَشَاء إِلَى أَجَلٍ مُّسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلاً ثُمَّ لِتَبْلُغُوا
أَشُدَّكُمْ وَمِنكُم مَّن يُتَوَفَّى وَمِنكُم مَّن يُرَدُّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلَا يَعْلَمَ مِن بَعْدِ عِلْمٍ شَيْئاً وَتَرَى
الْأَرْضَ هَامِدَةً فَإِذَا أَنزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاء اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَأَنبَتَتْ مِن كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ
22/5. Wahai manusia, jika kamu ragu tentang kebangkitan nanti, maka Kami telah menciptakan kamu dari debu tanah,
kemudian dan nutfah, kemudian dari sebentuk darah ('alaqah), kemudian dari darah busuk (mudgah) yang jadi anak dan
yang tidak jadi agar Kami terangkan untukmu. Dan Kami wujudkan dalam rahim (ibu) apa yang Kami kehendaki
sampai waktu tertentu, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian agar kamu sampai pada
kedewasaanmu. Dan dari kamu ada yang diwafatkan dan dari kamu ada dikembalikan kepada
umur dungu agar dia tidak mengetahui sesuatu sesudah berilmu. Dan engkau lihat
Bumi itu dalam keadaan tandus, maka ketika Kami turunkan atasnya air, dia
bergerak dan subur serta menumbuh setiap pasangan yang menyenangkan.
Dia lahir dengan rasa sakit, sebab itu menangis adalah kerja pertama bagi manusia dalam menyatakan kelemahannya. Rasa sakit itu dimaksudkan agar pada waktu kemudiannya dia mawas diri dan berusaha untuk keselamatan dirinya, tetapi sayangnya, manusia itu kebanyakan menjadi pencemas dan rakus malah kikir dalam hidupnya tanpa menyadari akibat yang mungkin timbul.
Tentang ini Alquran memberikan ciri-ciri khas bahwa manusia tersebut bersifat lemah 4/28, tidak tegas 20/115, mudah putus asa 11/9, kafir 17/67, zalim 16/24, sombong 11/10, pembantah 16/4, penyanggah 18/54, terburu-buru 17/11, keluh-kesah 17/100, bodoh 33/72, gelisah 70/19, kekurangan 90/4, penyangkal 100/6, kikir 57/24, kecewa 41/49, dan selalu memohonkan kebaikan atas dirinya 41/51.
Di samping sifat-sifat prinsipil demikian, manusia ditentukan memiliki kehendak lain dengan mana ciri-ciri khas berlangsung praktis dan harmonis, sebagai yang dimaksud pada Ayat:
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاء وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ
وَالأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللّهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
3/14. Dihiasi pada manusia itu mencintai syahwat dari perempuan dan anak-anak dan kekayaan
berpikul-pikul dari emas dan perak serta kuda (kendaraan) tersedia dan ternak dan ladang.
Itulah kelengkapan hidup dunia, dan ALLAH pada-NYA tempat pulang terbaik.
وَالأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللّهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
3/14. Dihiasi pada manusia itu mencintai syahwat dari perempuan dan anak-anak dan kekayaan
berpikul-pikul dari emas dan perak serta kuda (kendaraan) tersedia dan ternak dan ladang.
Itulah kelengkapan hidup dunia, dan ALLAH pada-NYA tempat pulang terbaik.
Dengan segala sifat dan kehendak itu manusia selaku makhluk berakal, berencana laba rugi, sebanding dengan kesanggupan dan tingkat peradaban yang berlaku, telah menjalani hidupnya sepanjang sejarah untuk memperoleh kesempurnaan dan kebahagiaan. Pada keadaan tertentu waktu mana pemikiran dan perencanaan tidak mampu, atau sewaktu usaha dan daya membutuhkan pertolongan, manusia itu bermohon kepada yang dianggapnya berkuasa, dia berdoa pada tenaga ghaib yang dikiranya dapat membantunya. Ketika itu berlakulah pemujaan terhadap jin, api, bintang, Surya dan sebagainya, terjadilah penyembahan terhadap benda atau wujud yang sesungguhnya adalah juga makhluk biasa. Waktu itu manusia didorong oleh sifatnya yang serba kurang, didesak oleh kebutuhan insannya, dia terpesona oleh pandangan khayal yang diharapnya, lalu tersesat dari hukum Alkhaliq yang menguasai dirinya. Dia jadi kafir terhadap ALLAH yang wajib disembahnya.
Jadi, penyembahan terhadap sesuatu telah berlangsung semenjak manusia pertama, sebab itu ALLAH mengutus Rasul-NYA untuk menjelaskan kepada manusia ramai dan mengajak mereka menyembah ALLAH sendiri-NYA tanpa serikat. Penyembahan ini dinamakan Shalat dan mengkhususkan agama untuk-NYA:
وَمَا أَرْسَلْنَا مِن رَّسُولٍ إِلاَّ بِلِسَانِ قَوْمِهِ لِيُبَيِّنَ لَهُمْ فَيُضِلُّ اللّهُ مَن يَشَاءُ وَيَهْدِي مَن يَشَاءُ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
14/4. Tiada KAMI utus seorang Rasul kecuali dengan lidah kaumnya agar dia terangkan (hukum ALLAH) bagi mereka.
Lalu ALLAH menyesatkan siapayang DIA kehendaki dan menunjuki siapa yang DIA kehendaki, dan DIA mulia bijaksana.
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُواْ اللّهَ وَاجْتَنِبُواْ الطَّاغُوتَ فَمِنْهُم مَّنْ هَدَى اللّهُ وَمِنْهُم مَّنْ
حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلالَةُ فَسِيرُواْ فِي الأَرْضِ فَانظُرُواْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ
16/36. Sesungguhnya KAMI bangkitkan Rasul pada setiap umat "sembahlah ALLAH dan tinggalkanlah thagut".
Maka dari mereka ada yang ALLAH tunjuk dan dari mereka ada yang logis kesesatan atasnya.
Berjalanlah di Bumi lalu perhatikanlah betapa akibat orang-orang yang mendustakan.
Kini sudah semakin terang bahwa Shalat
telah berlaku semenjak dulu kala, jutaan tahun yang lalu, yaitu ketika
Rasul diutus ALLAH kepada umat pertama atau masyarakat manusia pertama di jagad
raya ini. Tambahan lagi Kalimat dan Ketentuan ALLAH tanpa ubah, agama yang
diredhai-NYA hanya Islam yaitu agama yang mengandung hukum Shalat. Itulah agama
yang disampaikan setiap Rasul ALLAH, karenanya kita dilarang memisahkan atau
membedakan salah seorang dari Nabi dan Rasul itu seperti tercantum pada Ayat
2/285, 3/84 dan Ayat Suci lainnya. Siapa yang membedakan atau yang memisahkan
maka dia diancam dengan siksaan hina, termuat pada Ayat 4/150 dan 4/151.
Maka lenyaplah alasan bagi setengah orang yang menyatakan pelaksanaan Shalat baru berlaku sesudah kenabian Muhammad sekira 14 abad yang lampau, padahal sejarah manusia telah berlangsung ribuan abad di Bumi ini saja terhitung dari Nabi Adam yang bermukim di Makkah Saudi Arabia. Pada masyarakat manusia yang sudah ribuan abad itu berlaku hukum yang sama dari ALLAH tanpa ubah, bahkan mereka yang hidup sebelum topan Nabi Nuh sudah mencapai peradaban tinggi yang manusia kini belum satupersepuluhnya. Perhatikanlah maksud Ayat 30/9, 34/45, dan 40/82. Namun untuk persoalan para Rasul tadi baiklah kita kutipkan arti Ayat Suci:
Maka lenyaplah alasan bagi setengah orang yang menyatakan pelaksanaan Shalat baru berlaku sesudah kenabian Muhammad sekira 14 abad yang lampau, padahal sejarah manusia telah berlangsung ribuan abad di Bumi ini saja terhitung dari Nabi Adam yang bermukim di Makkah Saudi Arabia. Pada masyarakat manusia yang sudah ribuan abad itu berlaku hukum yang sama dari ALLAH tanpa ubah, bahkan mereka yang hidup sebelum topan Nabi Nuh sudah mencapai peradaban tinggi yang manusia kini belum satupersepuluhnya. Perhatikanlah maksud Ayat 30/9, 34/45, dan 40/82. Namun untuk persoalan para Rasul tadi baiklah kita kutipkan arti Ayat Suci:
قُولُواْ آمَنَّا بِاللّهِ وَمَا أُنزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنزِلَ إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالأسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَى
وَعِيسَى وَمَا أُوتِيَ النَّبِيُّونَ مِن رَّبِّهِمْ لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ
2/136. Katakanlah: "Kami beriman pada ALLAH serta pada yang diturunkan kepada kami dan apa yang diturunkan pada
Ibrahim dan Ismail dan Ishak dan Yakub dan orang-orang kepercayaan dan pada yang didatangkan pada Musa dan Isa dan
yang didatangkan pada Nabi-nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak memisahkan seorang pun dari mereka, dan kami Islam untuk-NYA."
آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ بِاللّهِ وَمَلآئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لاَ نُفَرِّقُ
بَيْنَ أَحَدٍ مِّن رُّسُلِهِ وَقَالُواْ سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
2/285. Telah beriman Rasul pada apa yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya begitupun orang-orang beriman.
Setiapnya beriman pada ALLAH dan malekat-NYA dan ketetapan-ketetapan-NYA dan Rasul-rasul-NYA:
"Tidak kami pisahkan antara seorang dari Rasul-rasul-NYA." Dan mereka katakan,"Kami dengar
dan kami patuhi, keampunan-MU TUHAN kami, kepada-MU tempat kembali."
Nabi Ibrahim melakukan Shalat 14/40, Ismail 19/55, Ishak dan Yakub 14/37, Nuh 71/3, Huud 11/50, Shalih 11/61, dan semua Rasul menyembah ALLAH dengan melakukan Shalat seperti yang kita lakukan setiap hari, itulah Kalimat dan Ketentuan ALLAH tanpa ubah. Isa Almasih dinyatakan melakukan Shalat pada Ayat 19/31 dan Adam juga melakukan Shalat karena dia dinyatakan bersamaan dengan Isa Almasih dalam sejarahnya, termuat pada Ayat 3/59. Cuma saja, sesudah para Nabi meninggal dunia, masyarakat manusia waktu itu disesatkan lagi oleh syahwatnya:
أُوْلَئِكَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّينَ مِن ذُرِّيَّةِ آدَمَ وَمِمَّنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ وَمِن ذُرِّيَّةِ إِبْرَاهِيمَ
وَإِسْرَائِيلَ وَمِمَّنْ هَدَيْنَا وَاجْتَبَيْنَا إِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ آيَاتُ الرَّحْمَن خَرُّوا سُجَّداً وَبُكِيّاً
19/58. Itulah orang-orang yang ALLAH beri nikmat atas mereka dari para Nabi dari keturunan Adam dan
dari yang KAMI bawa bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil (Yakub), dan dari yang KAMI tunjuki
dan KAMI pilih. Ketika dianalisakan atas mereka Ayat-ayat ARRAHMAAN, mereka rebah bersujud dan menangis.
فَخَلَفَ مِن بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيّ
19/59. Lalu menggantikan sesudah mereka generasi yang meninggalkan Shalat dan
mengikut syahwat, mereka pasti menemui kekeliruan.
Mungkin ada keheranan jika dikatakan riwayat manusia telah berlangsung jutaan tahun, dan mereka yang hidup sebelum topan Nabi Nuh lebih cerdas daripada kita yang hidup kini. Tentang ini hendaklah orang menyadari bahwa alam pikiran manusia bumi selama beratus tahun dipengaruhi oleh ajaran The Bible atau oleh penganutnya yang sampai abad ke-14 Hijriah masih berkuasa di sebagian besar daratan Bumi. Berdasarkan Genesis atau buku pertama dalam The Bible, mereka memperkirakan Bumi ini diciptakan Tuhan pada jam 09.00 tanggal 23 Oktober tahun 4004 sebelum Masehi, dipelopori oleh Arbishop Ussher di lrlandia. Tetapi pendapat ini telah ditantang habis oleh para sarjana dengan berbagai bukti jelas meyakinkan. Bahkan dari para arkeolog didapat keterangan hasil penyelidikan bahwa topan besar di zaman Nuh telah berlangsung sekira 10.000 tahun yang silam.
Seterusnya dinyatakan bahwa Bumi ini telah ada semenjak 4,5 milyar tahun lampau, dan kehidupan telah berlaku semenjak 4 milyar tahun waktu mana lautan belum tercipta, dan makhluk masih berbentuk serangga. Sementara manusia berakal telah hidup di Bumi ini selama 350 juta tahun. Bahkan lebih lama lagi apa yang dinyatakan Dr. Allan Sandage pada tahun 1960 termuat dalam supplement Encyclopedia Americana no. 41/67-866 berjudul Theories of Universe, bahwa umur benda angkasa telah berlangsung selama 20 billion tahun.
Dengan alasan demikian, karena orang dulu dan orang kini adalah sama-sama manusia berakal, sementara kita kini keturunan beberapa orang yang diselamatkan ALLAH dalam kapal Nabi Nuh 10.000 tahun dulu, telah memiliki TV dan menaiki pesawat udara, tentulah mereka yang sebelum topan besar telah mengalami peradaban tinggi, paralel dengan maksud beberapa Ayat Alquran. ALLAH tidak memberikan data tertentu mengenai lamanya sejarah manusia telah berlangsung, tetapi menjelaskan bahwa kehidupan di dunia ini terbagi dua, yaitu masa sebelum topan besar di zaman Nuh dan masa sesudahnya, atau dengan istilah lain disebut dengan manusia dulu dan manusia kini. Orang-orang dulu itu lebih banyak jumlahnya, lebih banyak meninggalkan bekas, lebih tinggi peradabannya bahkan dinyatakan lebih dari 10 kali yang dicapai manusia kini:
30/9. Tidakkah mereka berjalan di Bumi lalu memperhatikan betapa akibat orang-orang sebelum mereka? Orang-orang itu lebih sangat kuat daripada mereka dan meninggalkan bekas di Bumi serta meramaikannya lebih banyak daripada mereka meramaikannya, dan telah sampai Rasul-rasul pada orang-orang itu dengan keterangan. ALLAH tidak menzalimi mereka tetapi mereka yang menzalimi diri.
وَقَوْمَ نُوحٍ لَّمَّا كَذَّبُوا الرُّسُلَ أَغْرَقْنَاهُمْ وَجَعَلْنَاهُمْ لِلنَّاسِ آيَةً وَأَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ عَذَاباً أَلِيماً
25/37 Dan kaum Nuh setelah mendustakan Rasul-rasul, KAMI karamkan mereka dan KAMI
jadikan mereka Ayat bagi manusia, dan KAMI sediakan Siksaan pedih bagi orang-orang zalim.
وَكَذَّبَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَمَا بَلَغُوا مِعْشَارَ مَا آتَيْنَاهُمْ فَكَذَّبُوا رُسُلِي فَكَيْفَ كَانَ نَكِيرِ
34/45. Telah mendustakan orang-orang sebelum mereka, dan tidaklah mereka sampai pada satu persepuluh yang
KAMI berikan pada orang-orang itu, lalu mereka mendustakan Rasul-rasul-Ku, lalu betapa adanya yang menantang itu?
Tidak dijelaskan umur dunia dalam Alquran, bukanlah berupa kekurangan ajaran Islam, tetapi sebaliknya, bahkan menjadi tenaga dorong yang direncanakan ALLAH bagi para sarjana umumnya untuk melakukan penyelidikan lebih teliti. Pada terjemahan Ayat Suci di atas ini dapat diketahui betapa banyak Rasul-rasul yang diutus ALLAH kepada manusia antara zaman Adam selaku manusia pertama di Bumi dan Nuh yang jadi batas masyarakat manusia dulu. Memang dalam jutaan tahun mereka telah sanggup mencapai peradaban tinggi seperti pembikinan pesawat angkasa dinyatakan pada Ayat 11/38 dan 71/25, juga bangunan piramid di Mesir yang sampai kini masih mencengangkan ahli-ahli pikir.
Dalam Alquran juga tidak banyak diterangkan kejadian yang berlaku antara zaman Adam dan zaman Nuh, kecuali dalam bentuk Ayat Mutasyabihat yang mengundang pemikiran khusus. Namun yang harus diyakinkan bahwa pada setiap ummat manusia itu dikirim Rasul oleh ALLAH agar manusia mengabdi untuk-NYA, mendirikan Shalat, selaku ketentuan ALLAH tanpa rubah di seluruh zaman. Bukanlah manusia kini lebih penting daripada manusia dulu, tetapi ALLAH menilai hamba-NYA menurut maksud Ayat:
وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَابِّ وَالْأَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ كَذَلِكَ إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاء إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ
35/28. Dan dari manusia dan makhluk berjiwa serta ternak, berbeda warnanya seperti itu.
Bahwa yang takut pada ALLAH dari hamba-hamba-NYA ialah para sarjana, bahwa ALLAH mulia lagi pengampun.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوباً وَقَبَائِلَ لِ
تَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
49/13. Wahai manusia, bahwa KAMI menciptakan kamu dari lelaki dan perempuan, dan KAMI jadikan kamu
berlingkungan dan bergolongan agar kamu saling mengenal. Bahwa kamu yang lebih mulia pada ALLAH
alah kamu yang lebih insaf. ALLAH mengetahui lagi pemberi kabar.
Bahkan dalam bidang keinsafan dan takut pada ALLAH demikian,
ternyata Manusia dulu lebih berhasil daripada manusia kini, terbukti
pada Ayat 56/13 dan 56/14 bahwa golongan Sabiquun atau para pejuang
Islam pada Manusia dulu ada sepertiga sedangkan pada Manusia kini hanyalah
sedikit atau seperenam saja. Semua itu membuktikan bahwa manusia sebelum topan
besar di zaman Nuh lebih pandai, lebih banyak, lebih patuh daripada manusia
kini dalam melaksanakan Shalat dan hukum Islam satu-satunya agama yang diakui
ALLAH. Jadi, bukanlah kita lebih penting daripada orang-orang dulu, dan bukanlah
Shalat baru dilaksanakan orang semenjak 14 abad terakhir ini.
Tetapi, kenapa dikatakan orang bahwa Nabi Muhammad menjemput perintah Shalat sewaktu Mi'rajnya? Bukankah sebelum Mi'raj itu Nabi dan orang-orang beriman sudah melakukan Shalat?
Memang banyak didengar keterangan yang mengatakan bahwa Nabi Muhammad sewaktu Mi'rajnya menerima perintah Shalat langsung dari ALLAH. Ditambahkan pula dengan cerita pertemuan beliau dengan beberapa orang Nabi di langit, di antaranya Nabi Musa yang mengusulkan agar Shalat yang diperintahkan 50 kali sehari dikurangi, untuk mana Nabi Muhammad berulang kali kembali naik menemui ALLAH untuk memohon agar perintah itu diringankan, dan diringankan lagi. Akhirnya terdapatlah kata putus bahwa Shalat harus dilaksanakan lima kali dalam sehari. Dalam hal ini banyak sekali yang harus dibicarakan, tentunya berdasarkan Firman ALLAH, pengalaman dan logika karena memang Islam adalah agama logis, cocok dengan capaian pemikiran wajar.
Tetapi, kenapa dikatakan orang bahwa Nabi Muhammad menjemput perintah Shalat sewaktu Mi'rajnya? Bukankah sebelum Mi'raj itu Nabi dan orang-orang beriman sudah melakukan Shalat?
Memang banyak didengar keterangan yang mengatakan bahwa Nabi Muhammad sewaktu Mi'rajnya menerima perintah Shalat langsung dari ALLAH. Ditambahkan pula dengan cerita pertemuan beliau dengan beberapa orang Nabi di langit, di antaranya Nabi Musa yang mengusulkan agar Shalat yang diperintahkan 50 kali sehari dikurangi, untuk mana Nabi Muhammad berulang kali kembali naik menemui ALLAH untuk memohon agar perintah itu diringankan, dan diringankan lagi. Akhirnya terdapatlah kata putus bahwa Shalat harus dilaksanakan lima kali dalam sehari. Dalam hal ini banyak sekali yang harus dibicarakan, tentunya berdasarkan Firman ALLAH, pengalaman dan logika karena memang Islam adalah agama logis, cocok dengan capaian pemikiran wajar.
1. Berdasarkan Ayat 33/40, ternyata Muhammad ditentukan ALLAH sebagai Nabi terakhir, penutup para Nabi. Jika benar beliau menemui Nabi Musa di langit begitupun Nabi lainnya, maka kelirulah Ayat 33/40 tadi padahal berulang kali dinyatakan dalam Alquran bahwa Ayat-ayat Suci itu tidak pernah mengandung keraguan, kekeliruan, dan pertantangan. Pengalaman dan pemikiran membuktikan bahwa Ayat 33/40 adalah benar, tiada Nabi lain sewaktu Muhammad hidup dan pada waktu sesudahnya. Beliau tidak pernah bertemu dengan seorang Nabi manapun di dunia ini. Sebab itu jelaslah bahwa keterangan tadi palsu, salah, atau dongeng yang dipalsukan.
2. Keterangan itu menyatakan Muhammad bertemu dengan Nabi Musa dan beberapa Nabi lain yang dulunya bertugas di Bumi dan telah mati sekira ratusan atau ribuan tahun sebelumnya. Ini berarti bahwa para Nabi tersebut hidup kembali lalu berjumpa dengan Muhammad. Keterangan ini pun berlawanan dengan pengalaman dan pemikiran wajar, apalagi dengan ketentuan ALLAH pada beberapa Ayat Suci seperti misalnya Ayat 40/11, bahwa manusia hanyalah hidup dua kali dan mati dua kali. Mati pertama ialah sebelum manusia dilahirkan ibunya, mati kedua yaitu kematian yang setiap diri harus mengalaminya di dunia kini. Sementara itu hidup pertama ialah hidup di dunia kini, dan hidup kedua yaitu kebangkitan semua diri di Akhirat nanti. Itulah dua kali mati dan dua kali hidup yang pasti terlaksana, maka tiada hidup dan tiada mati selain dari itu. Karena itu teranglah keterangan tadi suatu kepalsuan yang sengaja diada-adakan.
3. Dikatakan Muhammad bertemu dengan Nabi Musa di langit begitupun dengan beberapa Nabi lain. Istilah langit sudah lama menjadi sebutan, tetapi dalam Alquran dipakai dengan istilah "samawaat." Menurut Ayat 65/12, ternyata samawaat itu planet-planet yang wujud dan keadaannya sama dengan Bumi. Memang ada tujuh planet mengorbit di atas Bumi mengelilingi Surya, planet-planet itu ialah Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, Pluto, dan Muntaha. Menurut pemikiran wajar, tidak mungkin para Nabi tersebut akan dijumpai Muhammad di planet lain karena Musa misalnya sudah lama meninggal dunia dan berkubur di Bumi. Kalau akan ditemui juga, tentulah yang mungkin ditemui adalah tulang belulangnya di Bumi, bukan di planet lain apalagi dalam keadaan hidup segar. Keadaan inipun membuktikan bahwa keterangan tadi hanyalah isapan jempol dengan maksud tertentu.
4. Dikatakan bahwa Nabi Musa telah mengusulkan kepada Muhammad agar naik kembali menemui ALLAH untuk memohon perintah Shalat dikurangi dari 50 kali menjadi 5 kali sehari. Dalam hal ini timbul pertanyaan, apakah Nabi Musa lebih cerdas daripada Muhammad? Apakah dengan itu orang-orang Yahudi bermaksud meninggikan Nabi pembawa Taurat daripada Nabi pembawa Alquran? Sebaiknya orang-orang Islam mempertimbangkan masak-masak sebelum membenarkan dongeng tak teranalisakan itu.
5. Dikatakan Muhammad naik kembali menemui ALLAH untuk memohon agar perintah Shalat 50 kali sehari dikurangi dan dikurangi hingga menjadi 5 kali sehari, yaitu sepuluh persen dari jumlah yang ditetapkan bermula. Semisalnya seorang pedagang menyatakan harga barangnya 50 rupiah kemudian sesudah tawar-menawar, barang itu dijualnya 5 rupiah, maka pada otak si pembeli akan timbul suatu anggapan bahwa pedagang itu sangat kejam atau kurang waras. Sebaliknya pedagang waras yang menghadapi penawar barangnya sepuluh persen dari harga yang ditetapkannya, tentu tidak akan meladeni penawar itu karena dianggapnya kurang waras. Dalam pada itu Ayat 6/115, 10/64, menyatakan tiada perubahan bagi Kalimat ALLAH, dan Ayat 33/62, 35/43, menyatakan tiada perubahan bagi Ketentuan ALLAH dan Ayat 30/30 menyatakan tiada perubahan bagi Ciptaan ALLAH. Jika masih berlaku tawar-menawar antara Muhammad dan ALLAH mengenai jumlah Shalat setiap hari, tentulah pernyataan ALLAH pada beberapa Ayat Suci tersebut tidak benar. Namun menurut pemikiran wajar, tidaklah mungkin berlaku tawar-menawar antara Khaliq dan makhIuk-NYA.
6. Dikatakan bahwa sewaktu Mi'raj, Nabi menjemput atau menerima perintah Shalat dari ALLAH, kemudian sesudah berjumpa dengan Musa, beliau naik kembali berulang kali menemui ALLAH untuk memohon keringanan. Hal ini menyimpulkan bahwa ALLAH tidak ada di Bumi atau di langit tempat Nabi Musa itu berada. Sungguh keadaan demikian sangat bertantangan dengan Firman ALLAH yang banyak tercantum dalam Alquran, terutama Ayat 50/16, dan 57/3, di mana dinyatakan bahwa ALLAH ada di mana saja bersama setiap diri, malah DIA lebih dekat kepada seseorang daripada urat leher orang itu sendiri. Sebab itu, nyata sekali keterangan tadi batal atau sengaja dimasukkan ke dalam masyarakat Islam oleh penganut agama lain.
7. Dalam Alquran dinyatakan bahwa para Nabi serta pengikutnya sudah melakukan Shalat sebagaimana mestinya sebelum Muhammad lahir di Makkah, begitupun Nabi ini sendiri sebelum dimi'rajkan selama 11 tahun masa kenabiannya. Hal ini telah dibicarakan. Bahkan Muhammad diperintah ALLAH untuk melaksanakan ajaran Ibrahim begitu juga kita semua seperti tersebut pada Ayat 3/95, 6/161, 16/123, dan 22/78, maka keterangan yang menyatakan Muhammad menjemput perintah Shalat sewaktu Mi'rajnya menyimpulkan bahwa Nabi ini tidak pernah Shalat selama 11 tahun kenabiannya, juga menyimpulkan bahwa doktrin Ibrahim belum sempurna dan semua Rasul selama jutaan tahun sebelum Muhammad tidak pernah melakukan Shalat. Hal ini bertantangan dengan pemikiran wajar dan berlawanan dengan Ayat 42/13 yang maksuanya:
شَرَعَ لَكُم مِّنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحاً وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ
وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا
تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَن يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَن يُنِيبُ
42/13. DIA syariatkan bagimu dari agama itu apa yang DIA wasiatkan pada Nuh dan yang KAMI wahyukan
kepadamu serta apa yang KAMI wasiatkan pada Ibrahim dan Musa dan Isa agar kamu mendirikan agama itu dan
jangan berpecah-pecah padanya. Sangat besar atas orang-orang musyrik apa yang engkau seru mereka kepadanya.
ALLAH memilih kepada-NYA siapa yang DIA kehendaki serta menunjuki kepada-NYA siapa yang kembali.
Jadi, pendapat yang menyatakan Muhammad menjemput perintah Shalat sewaktu Mi'rajnya sebagai memperlihatkan bahwa Muhammad menganut agama baru, bukan agama Ibrahim dan para Nabi lainnya. Hal ini menantang pada beberapa Ayat Suci terutama Ayat 3/19 dan 3/83.
Alquran selaku Kitab Suci Islam sudah komplit, sempurna, dan selesai untuk dijadikan pedoman dan dasar hukum tentang tiap sesuatu, terutama sekali dinyatakan pada Ayat 5/3, 6/115 dan 16/89. Namun dalam Alquran tidak pernah dinyatakan bahwa Nabi Muhammad menjemput atau menerima perintah Shalat swaktu Mi'rajnya. Beliau dimi'rajkan ALLAH dengan maksud yang utamanya untuk diperlihatkan kepadanya tanda-tanda kebesaran ALLAH tentang Tatasurya dan semesta raya sebagai termuat pada Ayat 17/1, 53/18, 81/23, dan untuk mendahului tingkat peradaban seluruh manusia yang paling tinggi hanyalah penerbangan antar planet dalam daerah Tatasurya ini, dinyatakan pada Ayat 53/17 dan 81/27.
Ayat Suci yang sehubungan dengan Mi'raj
Nabi pada garis besarnya terdiri pada empat kelompok, terjemahannya sebagai
berikut:
Nabi Ibrahim:
Nabi Ibrahim:
وَكَذَلِكَ نُرِي إِبْرَاهِيمَ مَلَكُوتَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَلِيَكُونَ مِنَ الْمُوقِنِينَ
6/75. Seperti itulah KAMI perlihatkan pada Ibrahim kerajaan-kerajaan
planet-planet dan Bumi agar dia termasuk orang-orang yakin.
قَالُوا حَرِّقُوهُ وَانصُرُوا آلِهَتَكُمْ إِن كُنتُمْ فَاعِلِينَ
21/68. Mereka berkata: "Bakarlah dia dan tolonglah tuhan-tuhanmu
jika kamu akan melakukan."
قُلْنَا يَا نَارُ كُونِي بَرْداً وَسَلَاماً عَلَى إِبْرَاهِيمَ
21/69. KAMI katakan:”Hai api, jadilah dingin dan keselamatan atas Ibrahim.”
فَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهِ إِلَّا أَن قَالُوا اقْتُلُوهُ أَوْ حَرِّقُوهُ فَأَنجَاهُ اللَّهُ مِنَ النَّارِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
29/24. Maka tiada jawaban kaumnya kecuali mengatakan: "Bunuhlah dia atau bakarlah dia.
“Lalu ALLAH menyelamatkannya dari api (dengan memi'rajkan).
Bahwa pada yang demikian ada Ayat-ayat bagi kaum beriman.
فَآمَنَ لَهُ لُوطٌ وَقَالَ إِنِّي مُهَاجِرٌ إِلَى رَبِّي إِنَّهُ هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
29/26. Maka Luth percaya padanya yang mengatakanya
“Aku hijrah kepada (planet-planet) Tuhanku, bahwa DIA mulia bijaksana.
قَالُوا ابْنُوا لَهُ بُنْيَاناً فَأَلْقُوهُ فِي الْجَحِيمِ
37/97. Mereka berkata: "Dirikanlah untuknya bangunan,
lalu tempatkan dia dalam api siksaan.”
فَأَرَادُوا بِهِ كَيْداً فَجَعَلْنَاهُمُ الْأَسْفَلِينَ
37/98. Mereka menginginkan tipu daya padanya,
lalu KAMI jadikan mereka orang-orang rendah.
وَقَالَ إِنِّي ذَاهِبٌ إِلَى رَبِّي سَيَهْدِينِ
37/99. Dan dia katakan: "Aku pergi kepada (planet-planet) TUHAN-ku.
DIA akan menunjuki aku."
Nabi Muhammad:
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا
حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ
17/1. Mahasuci DIA yang memperjalankan (memi'rajkan) hamba-NYA suatu malam dari Masjidil Haraam
ke Masjidil Aqsha (di planet Muntaha) yang KAMI berkahi kelilingnya (Muhammad) agar
KAMI perlihatkan padanya dari Ayat-ayat KAMI. Bahwa DIA mendengar lagi melihat.
وَقَالُواْ لَن نُّؤْمِنَ لَكَ حَتَّى تَفْجُرَ لَنَا مِنَ الأَرْضِ يَنبُوعاً
17/90. Mereka katakan: "Kami tidak akan percaya padamu hingga ENGKAU
pancarkan untuk kami berupa mata air dari Bumi. "
أَوْ يَكُونَ لَكَ بَيْتٌ مِّن زُخْرُفٍ أَوْ تَرْقَى فِي السَّمَاء وَلَن نُّؤْمِنَ لِرُقِيِّكَ حَتَّى تُنَزِّلَ عَلَيْنَا
كِتَاباً نَّقْرَؤُهُ قُلْ سُبْحَانَ رَبِّي هَلْ كُنتُ إَلاَّ بَشَراً رَّسُولاً
17/93. "Atau ada bagima rumah dari kemewahan, atau engkau melayang di angkasa. Dan tidaklah kami
akan percaya pada layangmu hingga engkau turunkan atas kami kitab yang kami baca.
Katakanlah:"Mahasuci Tuhanku, adakah aku ini selain seorang Rasul?"
وَلَقَدْ آتَيْنَاكَ سَبْعاً مِّنَ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنَ الْعَظِيمَ
15/87. Sesungguhnya telah KAMI datangkan padamu tujuh (planet)
yang berulang-ulang dan Alquran yang besar.
وَالنَّجْمِ إِذَا هَوَى
53/1. Demi bintang (Surya) ketika dia jatuh (di barat).
مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمْ وَمَا غَوَى
53/2. Temanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak keliru.
وَمَا يَنطِقُ عَنِ الْهَوَى
53/3. Dan dia tidak bicara tentang kejatuhan.
إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى
53/4. Bahwa dia melainkan wahyu yang diwahyukan.
عَلَّمَهُ شَدِيدُ الْقُوَى
53/5. Dia ditunjuki oleh Yang Sangat Kuat.
ذُو مِرَّةٍ فَاسْتَوَى
53/6. Pemilik pusat orbit, lalu dia sempurna.
وَهُوَ بِالْأُفُقِ الْأَعْلَى
53/7. Dan did add di ufuk (planet) yang lebih tinggi.
ثُمَّ دَنَا فَتَدَلَّى
53/8. Kemudian dia merendah lalu jadi jelas.
فَكَانَ قَابَ قَوْسَيْنِ أَوْ أَدْنَى
53/9. Maka dia berjarak dua penembakan atau lebih rendah.
فَأَوْحَى إِلَى عَبْدِهِ مَا أَوْحَى
53/10. Lalu DIA wahyukan kepada Hamba-NYA apa yang DIA wahyukan.
مَا كَذَبَ الْفُؤَادُ مَا رَأَى
53/11. Tidaklah mental mendustakan yang dia lihat.
أَفَتُمَارُونَهُ عَلَى مَا يَرَى
53/12. Apakah kamu ingkari dia akan apa yang dia lihat?
وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَى
53/13. Sesungguhnya dia (Ibrahim) telah melihatnya pada kesempatan yang lain.
عِندَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى`
53/14. Pada planet Muntaha.
عِندَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَى
53/15. Padanya ada kebun tempat tinggal.
إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَى
53/16. Ketika planet itu ditutupi oleh (banjir) yang menutupi.
مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَى
53/17. Tidaklah menyimpang pemandangan (peradaban) dan tidak melampaui.
لَقَدْ رَأَى مِنْ آيَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَى
53/18. Sungguh dia melihat di antara Ayat-ayat terbesar dari Tuhannya.
وَلَقَدْ رَآهُ بِالْأُفُقِ الْمُبِينِ
81/23. Sungguh dia telah melihatnya di planet nyata.
وَمَا هُوَ عَلَى الْغَيْبِ بِضَنِينٍ
81/24. Bukanlah dia pendongeng atas keghaiban.
وَمَا هُوَ بِقَوْلِ شَيْطَانٍ رَجِيمٍ
81/25. Juga dia bukan dengan perkataan setan yang diancam.
فَأَيْنَ تَذْهَبُونَ
81/26. Kemanapun kamu pergi (antarplanet).
إِنْ هُوَ إِلَّا ذِكْرٌ لِّلْعَالَمِينَ
81/27. Bahwa dia melainkan pemikiran untuk seluruh manusia.
Pada semua Ayat Suci yang menyangkut dengan Mi'raj, tiada satu pun yang menyatakan Muhammad menjemput atau menerima perintah Shalat, begitupun Ibrahim sewaktu Mi'rajnya. Mungkin orang mendasarkan pendapatnya pada Ayat 53/10 di mana dinyatakan bahwa ALLAH mewahyukan sesuatu kepada Muhammad, tetapi wahyu itu mungkin mengenai persoalan lain, mungkin juga wahyu yang terkandung pada Ayat 15/87, namun yang jelas bahwa tidak seorang pun yang tahu pasti tentang wahyu tersebut. Jika wahyu itu misalnya berisikan perintah Shalat, maka hal ini bahkan lebih praktis dan lebih utama disampaikan ALLAH pada Ibrahim sewaktu Mi'rajnya karena memangnya Ibrahim itu adalah IMAM bagi manusia sesudah topan di zaman Nuh, bahkan juga Muhammad dan kita semua diperintah mengikuti doktrin Ibrahim.
Dengan begitu dapatlah dijawab pertanyaan tadi, bahwa Nabi
Muhammad bukanlah menjemput perintan Shalat sewaktu Mi'rajnya tetapi untuk
diperlihatkan kepadanya susunan Tatasurya ini dan bintang-bintang lain di
angkasa raya yang semuanya tampak jelas atau lebih meyakinkan bila dipandang
dari luar lapisan ionosfir. Maka para Nabi serta pengikutnya semenjak dulu
kala, begitupun Muhammad sendiri telah lebih dulu melakukan Shalat sebelum
kenaikannya ke angkasa itu. Tentang keterangan palsu mengenai Mi'raj, hendaklah
orang-orang Islam lebih waspada terhadap siapa pun, karena persoalan Mi'raj
adalah persoalan penting terutama dalam abad penerbangan antar planet tentang
mana Muhammad sudah lebih dulu mengalaminya selaku Teladan
yang baik.
لَتَرْكَبُنَّ طَبَقاً عَن طَبَقٍ
84/19. Pastilah akan kamu naiki (planet-planet itu) dari tingkat ke tingkat.
فَمَا لَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ
84/20. Apakah bagi mereka untuk tidak beriman?
Ibadah Shalat telah berlangsung semenjak bermulanya masyarakat manusia ada di dunia ini, karena memang untuk itulah mereka diciptakan ALLAH. Walaupun sesudah kematian seseorang Nabi, para pengikutnya meninggalkan Shalat lalu mengikuti kehendak syahwat seperti dinyatakan pada Ayat 19/59, tetapi di antara masyarakat manusia itu masih ada yang beriman atau yang kemudian bertobat lalu beriman dan beramal shaleh, dijelaskan pada Ayat 19/60.
Kita sudah mengetahui bahwa syarat utama untuk menjadi penduduk Surga di Akhirat nanti ialah melakukan Shalat sewaktu hidup di dunia ini, sebagaimana tampak jelas pada maksud Ayat Suci berikut ini tentang ucapan penyesalan penduduk Neraka:
قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ
74/43. Mereka berkata "Kami tidak termasuk orang-orang yang Shalat."
Maka alangkah banyaknya manusia semenjak jutaan tahun yang nantinya akan jadi penduduk Neraka jika Shalat itu baru dilaksanakan orang sesudah Muhammad Mi'raj sekira 15 abad yang lalu. Sementara itu beberapa Ayat Alquran menyatakan adanya masyarakat manusia di planet lain, di antaranya dibuktikan oleh Ayat 3/83 dan 42/29, tetapi sampai pada akhir abad 14 Hijriah, Alquran yang disampaikan Muhammad belum dibawa orang ke planet-planet itu dengan arti bahwa manusia di sana belum Shalat jika Shalat itu baru berlaku menurut ajaran Muhammad. Jika keadaannya benar demikian, tentulah semua penduduk planet lain nantinya akan jadi penduduk neraka. Hal ini berlawanan dengan maksud Ayat 3/83 sendiri, juga dengan maksud Ayat 56/13 yang menyatakan orang-orang dulu lebih banyak menjadi penduduk Surga.
Mungkin penduduk Makkah sewaktu kenabian Muhammad sudah mencampurkan syirik ke dalam ibadah Shalat, terbukti dengan Ka'bah masih dianggap tempat paling mulia di Bumi sementara bapak Nabi bernama Abdullah berarti Hamba ALLAH dan ibunya bernama Aminah berarti Yang Beriman, namun keadaan sebenarnya dari penduduk Makkah waktu itu masih sangat kabur dan belum kita dapatkan yang pasti tentangnya, maka menghabiskan syirik itulah salah satu dari tugas Nabi. Kemudian itu berlakulah Shalat menurut yang diredhai tanpa syirik, dan ibadah ini akan tetap berlaku sampai ke akhir zaman, sementara penduduk planet lain dalam Tatasurya ini akan beriman menurut Alquran yang akan mereka terima sesudah berlakunya penerbangan antar planet, dinyatakan pada Ayat 15/15, 43/14, walaupun di antara mereka masih juga terdapat yang kafir menurut Ayat 14/4 dan 43/15.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar