Ketika iman bersemi dalam hati sesuai tuntunan syariat, niscaya hati ini rindu terbang ke jannah dan takut siksa neraka

Senin, 20 Agustus 2012

Menerima Apa Adanya


Kadang kita mengalami kondisi sulit : hari-hari terasa muram, masa depan 
gelap tak jelas, makin menggelisahkan. Ke sana-sini mencari kerja tak ada
kepastian, seluruh jalan terasa buntu, setiap kali memulai usaha selalu
merugi --terkadang ditipu kawan--, musibah datang silih berganti, tangisan

anak merengek biaya sekolah, sementara penghasilan tak mencukupi, dan
setimbun problema hidup.  

Bingung?
Bila kebingungan mencekam, jalan keluar akan semakin buntu. semakin tercekam
dalam kebingungan, psikologi menjadi kocar-kacir, segala program yang telah

ditata berantakan, masa depan kian gelap , dan persoalan kian menimbun.
Tak terhitung jumlah orang --utamanya orang yang tak memiliki iman-- telah
mengambil jalan pintas bunuh diri dikarenakan kebingungan mencari jalan
keluar dari kesulitan hidup. Tidak sedikit, ribuan orang menjadi gila dan
stress karena tak tahu bagaimana hendak menyikapi berbagai masalah yang
dihadapi.  

Bersedih ?. Jika perasaan sedih membebani, menjadikan perasaan kalut tak
terhindari, misalnya, karena kerugian selama ini yang harus ditanggung


apalagi jika diingat bagaimana "capeknya" berusaha, siang malam bekerja
keras hanya musibah yang datang memporak-porandakan semuanya ; perasaan
sedih karena merasa sendirian, teman-teman yang pernah dibantu ternyata
melupakan dirinya. Tak jarang, rasa menyesal dan kecewa muncul ketika itu.
Ketika rasa penyesalan demikian ini muncul, seluruh keikhlasan yang telah
dilakukan hangus. Kesedihan akan semakin menumpuk dan membebani jiwa.
Sia-sia, menyesali masa lalu, dan pada waktu yang sama, telah menggerogoti
simpanan pahala. Semakin sedikit simpanan amal baik, maka semakin terasa
sempit jiwa dan kehidupan kita.  

Mengambil jalan Pintas?
Melakukan tindakan yang merugikan orang lain demi kepentingan sesaat dan
keuntungan duniawi, seperti: menipu, mencuri, merampok, dlsb, sungguh
tindakan jahat semacam itu bukan jalan keluar. Justru, makin mempersulit
jalan hidup. Dengan tindakan jahat, kepercayaan orang lain akan hilang.
Bukankah modal utama dalam kesuksesan hidup tidak hanya terletak pada

banyaknya uang, pun bukan pada kehebatan memasarkan diri, melainkan terletak
pada sejauh mana orang lain mempercayai kita. Barang-barang haram yang kita
peroleh tidak akan pernah membuat hidup menjadi tenang, tapi membuat
semakin gelisah merasa dikejar-kejar sesuatu yang mengancam. Barang haram
niscaya akan membangun kerakusan baru : merasa haus untuk memburu lagi
barang-barang haram yang baru. Kekayaan haram tidak mendatangkan berkah sama
sekali : tak terasa kekayaan tiba-tiba habis begitu saja, sia-sia.  



Bagaimana jalan keluarnya ?
Pertama : melanjutkan usaha dengan tetap jujur, dan menghindari segala
perbuatan yang dibenci Allah. Kedua : percaya bahwa segala yang menimpa
hamba adalah karena takdir Allah. Meyakini, bahwa segala yang Allah
takdirkan adalah yang terbaik buat kita. Dengan demikian, akan datang
perasaan tenang karena dirasa yang diyakini : Allah maha Kaya, Maha Kuasa,
dan Allah yang menentukan segala nasib hambaNya.  

Selain kedekatan yang melahirkan rasa tenang, hidup akan semakin bersih ;

kepercayaan orang lain akan semakin kuat. Selanjutnya, jalan hidup akan
semakin terbuka lebar.  

Ketiga : setiap kali seorang hamba memasuki kesulitan, berarti, kemudahan
semakin dekat dan jalan keluar segera ditemukan. Janji Allah
(Q.S. Alam Nasyrah : 5-6) :
"Fainna ma'al usyri yusra, inna ma'al usyri yusra".
(Maka pada setiap kesulitan akan disertai kemudahan).

Penulis: Amir Faishol fath

Tidak ada komentar:

Posting Komentar