Masalah hukum
mengangkat kedua tangan pada takbir-takbir tambahan dalam dua shalat ‘ied,
apakah ini termasuk perkara yang disyari’atkan? Dalam hal ini, juga terjadi
perselisihan di kalangan para ulama menjadi dua pendapat:
pertama: mengatakan bahwa tidak diangkat kedua tangan pada takbir-takbir
tersebut
kecuali pada takbiratul ihram. Ini adalah pendapat Malik, Ibnu Abi
Laila, dan Abu Yusuf.
Kedua: mengatakan dianjurkannya mengangkat kedua tangan pada setiap takbir
shalat ‘ied. Ini adalah pendapat Asy-Syafi’i, Ahmad, Al-Laits bin Sa’ad, Abu
Hanifah, dan muridnya Muhammad bin Hasan Asy-Syaibani, Atha’, Al-auza’i, Dawud,
dan Ibnul Mundzir. Pendapat ini dikuatkan oleh Ibnu Utsaimin.(20)
Pendapat yang kuat dalam masalah ini
Yang rajih di antara dua pendapat ini adalah pendapat kedua yang mengatakan
dianjurkannya mengangkat kedua tangan pada setiap takbir-takbir tambahan,
berdasarkan dalil-dalil berikut:
- Hadits Abdullah bin Umar radhiallahu anhu berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى تَكُونَ حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ ثُمَّ كَبَّرَ وَهُمَا كَذَلِكَ فَيَرْكَعُ ثُمَّ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَرْفَعَ صُلْبَهُ رَفَعَهُمَا حَتَّى تَكُونَ حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ ثُمَّ قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ وَلَا يَرْفَعُ يَدَيْهِ فِي السُّجُودِ وَيَرْفَعُهُمَا فِي كُلِّ تَكْبِيرَةٍ يُكَبِّرُهَا قَبْلَ الرُّكُوعِ حَتَّى تَنْقَضِيَ صَلَاتُهُ
“Adalah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam apabila berdiri untuk shalat,
beliau mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan kedua pundaknya, lalu
bertakbir dan kedua (tangannya) dalam keadaan demikian, lalu ruku’. Kemudian,
jika beliau hendak mengangkat punggungnya, beliau mengangkat keduanya hingga
sejajar dengan kedua pundaknya, lalu berkata: sami’allaahu liman hamidah (Allah
mendengar orang yang memberi pujian kepada-Nya), dan beliau tidak mengangkat
kedua tangannya pada waktu hendak sujud. Dan beliau mengangkat keduanya pada
setiap kali takbir yang beliau bertakbir dengannya sebelum ruku’ hingga
shalatnya selesai.”(21)
Perkataan beliau “sebelum ruku’” menunjukkan keumuman takbir sebelum ruku’,
termasuk di antaranya takbir-takbir tambahan pada shalat ‘ied. Oleh karena itu,
hadits ini disebutkan Al-Baihaqi dalam As-Sunan Al-Kubra dalam bab: “mengangkat
kedua tangan pada takbir shalat ‘ied”.
- Hadits Waa’il bin Hujr radhiallahu anhu bahwa beliau berkata:
رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ مَعَ التَّكْبِيرِ
“Aku melihat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengangkat kedua tangannya
bersamaan dengan takbir.”(22)
Ahmad bin Hambal rahimahullah berkata ketika mengomentari hadits ini: “Aku
memandang semuanya termasuk dalam hadits ini.”(23)
Faedahø
Ibnu Juraij berkata: aku bertanya kepada Atha’: apakah seorang imam mengangkat
kedua tangannya setiap kali takbir tambahan dalam shalat ‘iedul fithri? Beliau
menjawab: “Iya, dan manusia (para makmum) juga mengangkatnya.”(24)
Wabillahi At-Taufiq
Ditulis oleh Al Ustadz Abu Karimah Askari bin Jamal Al-Bugisi.
Footnote:
Kesepakatan ini disebutkan oleh Ibnul Mundzir dalam Al-Ijma’:42.
2 Dalam satu riwayat Malik mengatakan: diangkat tangan pada awal takbir dalam
shalat jenazah. Dalam riwayat lain beliau mengatakan: Aku senang agar kedua
tangan diangkat pada empat kali takbir. (Al-Mudawwanatul Kubra: 176).
3 Lihat: Al-Mughni,Ibnu Qudamah: 2/373,Jami’ At-Tirmidzi: 3/388, Al-Muhalla,
Ibnu Hazm:5/124, Nailul Authar: 4:105, Al-Majmu’, An-Nawawi: 5/136,
Al-Mudawwanatul Kubra, Imam Malik:176. Ahkamul Janaiz, Al-Albani:148. As-Sunan
Al-Kubra, Al-Baihaqi:4/44. Ma’rifatus Sunan wal Atsar, Al-Baihaqi (3/169).
Al-Umm,Asy-Syafi’i:1/271, Al-Hawi Al-Kabir (3/55).
4 (HR. At-Tirmidzi:1077,Ad-Daruquhni (2/75), Abu Umar Ibnu Abdil Bar dalam
At-Tamhid (20/79).
5 (HR. Daruquthni: (2/75), Al-Uqaili dalam kitab Adh-Dhu’afa’ (1500)
6 Al-Mughni: 2/373.
7 HR. Ad-Daruquthni dalam kitabnya “Al-Ilal”, sebagaimana yang disebutkan oleh
Al-Mubarakfuri dalam At-Tuhfah (4/163), Az-Zaila’I dalam Nasbur Rayah (2/285).
8 HR.Asy-Syafi’i dalam Al-Umm (1/271), Al-Baihaqi (4/44), dan dalam Ma’rifaus
Sunan wal Atsar (3/169), dishahihkan oleh Al-Albani dalam Ahkamul Janaiz (148).
9 HR. Asy-Syafi’i sebagaimana yang disebutkan Al-Baihaqi dalam Ma’rifatus Sunan
wal Atsar (3/170),namun dalam sanadnya terdapat dua kelemahan:
Pertama:ada perawi yang bernama Salamah bin Wardan,dia lemah,dan lebih lemah
lagi disaat dia meriwayatkan dari Anas bin Malik.
Kedua: terdapat perawi yang mubham (tidak disebut namanya).
10 Disebutkan oleh Ibnu Qudamah dan berkata: diriwayatkan oleh Al-Atsram
(Al-Mughni:2/240),juga lihat dalam Al-Mubdi’ (2/184). Dan juga diriwayatkan
Al-Baihaqi (2/293),dan beliau mengatakan: ”hadits ini munqathi’ (terputus
sanadnya).” Al-Albani juga melemahkannya dalam Al-Irwa’ (3/640).
11 Diriwayatkan oleh Sa’id bin Manshur,sebagaimana yang disebutkan oleh
Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam At-Talkhis Al-Habir (2/146-147), dan beliau
menshahihkannya.
12 Qiyas ini disebutkan oleh Asy-Syafi’i dalam Al-Umm (1/271).
13 Al-‘Ilal,Ad-Daruquthni (9/150), Nashbur Rayah (2/285) ,At-Talkhis Al-Habir
(2/146-147),Al-Badr al-Munir (5/387).
14 Nashbur rayah (2/285), At-Talkhis Al-Habir (2/146-147),Al-Badr al-Munir
(5/387).
15 At-Talkhis Al-habir (2/146-147).
16 Namun Syekh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali hafidzahullah Ta’ala lebih condong
menshahihkan hadits tersebut secara marfu’, disebabkan perawi Umar bin Syabbah
adalah perawi yang terpercaya, dan tidak ada celah untuk melemahkan
riwayatnya.Syekh Bin Baaz juga mengatakan tentang hadits ini: sanadnya jayyid
(bagus). (Majmu’ Fatawa Ibnu Baaz: 13/148)
17 Majmu’ Fatawa Bin Baaz: 13/148.
18 Fatawa Al-Lajnah no: 2514.
19 Silsilah Liqa’ al-bab al-Maftuh, kaset no:179, set kedua.
20 Al-Majmu’ (5/20), Mukhtashar ikhtilaf al-fuqaha,At-Thahawi (1/323),Al-Mughni
(2/239),hilyatul ‘ulama (2/256), Al-Hawi Al-Kabir (2/491), Silsilah Liqa’
al-bab Al-Maftuh, no:224, set kedua.
21 HR. Ahmad (2/133), Abu Dawud (722), Ibnul Jarud dalam Al-Muntaqa (178),
Ad-Daruquthni (1/288), Al-Baihaqi dalam Al-Kubra (3/292). Berkata Al-Albani:
sanadnya shahih berdasarkan syarat dua Syekh (Bukhari dan Muslim).Lihat:
Irwa’ul Ghalil (3/113).
22 HR.Ahmad (4/316), Ath-Thabarani (22/33), Dihasankan Al-albani dalam Al-Irwa’
(3/641).
23 Ar-Raudhul Murbi’ (1/308), Al-Mughni (2/119).
24 Riwayat Abdurrazzaq (3/5699), Al-Baihaqi (3/293),dengan sanad yang shahih.
Makkah 'Isha - 25th December 2024
-
*Makkah Isha *
(Surah Hashr: Ayaah 18-24) *Sheikh Baleelah*
Download 128kbps Audio
4 jam yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar