Dan
dari Al Auza’i dari Hasan bin Athiyah dia berkata : “Tidaklah suatu kaum itu
berbuat bid’ah kecuali akan Allah angkat satu sunnah yang serupa kemudian tidak
akan dikembalikan-Nya sampai hari kiamat.”
Dari
Ayub As Sikhtiyani dia berkata : “Tidaklah bertambahnya
semangatnya ahli bid’ah
itu kecuali akan semakin menjauhkan dia dari Allah dan ahli bid’ah ini
dinamakan Khawarij.” Dan dia berkata : “Sesungguhnya Khawarij itu
model-bentuknya berbeda-beda akan tetapi mereka sama-sama dalam mengangkat
senjata (terhadap penguasa Muslim, red.).” (Al
I’tisham karya As Syathibi 1-83)
Daftar Isi
Sambutan Dari Syaikh Abdullah Bin Shaleh Al Ubailan
Peringatan Terhadap Manhaj Khawarij
Bab I : Kewajiban Menjaga Persatuan Dan Larangan
Perpecahan
Rasulullah Menyeru Kepada Persatuan Dan Berpegang Teguh
Dengannya
Yang Menyempal Dari Al Jamaah Akan Mati Jahiliyah
Bab II : Kewajiban Mentaati Penguasa Muslim Walaupun
Tidak Berhukum Dengan Hukum Allah
Mendengar Dan Taatlah Kalian Walaupun Yang Memimpin
Kalian Adalah Bekas Budak Dari Habasyah
Larangan Taat Kepada Penguasa Dalam Bermaksiat Kepada
Allah
Wajibnya Taat Kepada Penguasa Walaupun Hartamu Dirampas
Dan Punggungmu Dipukul
Larangan Mengatur Urusan Umat Secara Sirr
(Sembunyi-Sembunyi) Pada Perkara-Perkara Yang Merupakan Hak Penguasa
Bab III : Perintah Untuk Menasihati Penguasa, Mendoakan
Mereka, Dan Larangan Membongkar Kejelekan Penguasa Di Muka Umum
Tidak Boleh Memberontak Pada Penguasa Ketika Mereka Tidak
Mau Mendengar Nasihat
Larangan Mengangkat Pemimpin Tandingan
Sambutan Dari Syaikh Abdullah Bin Shaleh Al Ubailan
Sesungguhnya segala pujian yang sempurna hanyalah milik
Allah, kita memuji-Nya, memohon pertolongan-Nya serta memohon ampun kepada-Nya
dan kita berlindung kepada-Nya dari segala kejelekan-kejelekan jiwa kita dan
dari kejelekan-kejelekan amalan kita. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh
Allah maka tidak ada yang bisa menyesatkannya dan barangsiapa yang disesatkan
oleh Allah maka tidak ada yang bisa menunjukinya.
Saya bersaksi bahwa tidak ada ilah yang haq
disembah selain Allah yang tidak ada sekutu bagi-Nya dan saya bersaksi bahwa
Muhammad itu adalah hamba dan utusan-Nya.
Adapun sesudah itu, sungguh saya telah membaca Kitab
karya saudaraku yang mulia, As Syaikh Fawaz bin Yahya Al Ghuslaan yang semoga
Allah memberinya taufiq dengan segenap kebaikan, pada permasalahan seputar Bai’at
dan Imamah. Saya berpendapat beliau telah melakukannya dengan baik,
perkataannya benar dan tepat dalam permasalahan yang sangat penting ini. Hal ini
adalah termasuk pokok agama dan tidak ada ikhtilaf dikalangan para imam
dalam permasalahan ini.
Berkata Imam Al Ajurri Rahimahullau Ta’ala dalam
Kitab As Syarii’ah hal 21 : “Ulama tidak pernah berselisih, baik
dahulu maupun sekarang bahwa kaum Khawarij adalah kaum yang jelek, mereka
bermaksiat kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya Subhanahu wa Ta'ala.
Walaupun mereka berpuasa dan shalat dan sangat bersemangat dalam beribadah akan
tetapi itu semua tidak bermanfaat bagi mereka. Walaupun mereka melakukan amar ma’ruf
dan nahi munkar tetapi hal ini tidak bermanfaat bagi mereka karena mereka
adalah kaum yang menafsirkan Al Qur’an menurut hawa nafsunya dan mereka menipu
kaum Muslimin. Sungguh Allah dan Rasul-Nya telah memperingatkan kita dari
kejelekan mereka, demikian pula para Khalifah Ar Rasyidiin dan juga para
shahabat serta para pengikut mereka Rahmatullahi ‘Alaihim.”
Dan berkata beliau (Imam Al Ajurri) pada halaman 28 :
“Hendaklah seorang itu jangan tertipu kalau melihat semangatnya mereka (kaum
Khawarij) yang telah memberontak imam yang adil ataupun dzolim kemudian mereka
mengumpulkan manusia dan mengangkat senjata dan menghalalkan darah kaum
Muslimin. Maka janganlah tertipu dengan bacaan Al Qur’an mereka, dengan
panjangnya sholat mereka, dengan kuatnya puasa mereka, dengan fasihnya retorika
mereka jika madzhabnya adalah madzhab Khawarij.” Kemudian beliau membawakan
hadits yang meriwayatkan tentang kesesatan Khawarij.
Berkata lagi beliau dalam halaman 37 : “Dan sungguh aku
telah memperingatkan dari bahaya madzhab Khawarij ini dengan penjelasan yang
jelas bagi orang yang dijaga oleh Allah ‘Azza wa Jalla Al Karim
dan tidak berpendapat seperti mereka serta bersabar atas kedzaliman dan
kejahatan penguasa, tidak keluar memberontak mereka dengan mengangkat senjata.
Meminta kepada Allah agar menghilangkan kedzaliman dari pemimpinnya dan dari
seluruh kaum Muslimin, mendoakan kebaikan bagi penguasa, berhaji bersama
penguasa, berjihad bersama mereka melawan setiap musuh, shalat Jumat dan ‘Ied
di belakang mereka. Jika penguasa memerintahkan untuk taat dan punya kemampuan
untuk mentaatinya maka ia pun mentaati mereka, jika tidak mampu maka ia pun
minta udzur kepada penguasanya. Jika memerintahnya dengan kemaksiatan ia tidak
mentaatinya. Jika terjadi fitnah di antara penguasa ia tetap berada di rumah
dan menjaga lisan dan tangannya, tidak terjerumus dalam fitnah yang menimpa
mereka serta tidak membantu siapapun dalam fitnah ini. Barangsiapa yang
sifatnya seperti ini maka dia di atas jalan kebenaran yang lurus, Insya Allah.”
Berkata Imam As Syaukani Rahimahullahu Ta’ala
dalam Kitab Sailul Jaraar jilid 4 halaman 556 : “Akan tetapi
mereka yang melihat kesalahan-kesalahan penguasa dalam beberapa masalah
hendaklah dia menasihatinya dan janganlah menampakkan cacian kepadanya dihadapan
banyak orang akan tetapi lakukanlah seperti yang dijelaskan dalam hadits yaitu
menasihatinya dengan mengambil tangannya dan menyendiri kemudian mencurahkan
nasihat kepadanya serta tidak menghinakan penguasa Allah. Dan kami telah
menerangkan di awal kitab bahwasanya tidak diperbolehkan memberontak penguasa
walaupun mereka pada puncak kedzaliman selama mereka masih shalat dan tidak
terang pada mereka kekufuran. Hadits-hadits yang berkaitan dengan hal ini mutawatir.
Wajib bagi makmum untuk mentaati imamnya dalam perkara ketaatan pada Allah. Dan
tidak mentaatinya dalam maksiat kepada Allah karena tidaklah ada ketaatan
kepada makhluk dalam perkara kemaksiatan kepada Khaliq.
Berkata Ibnul Qayyim dalam Miftah Daari As Sa’aadah
jilid 1 halaman 72 : “Perkataanya :
‘Dan menasihati penguasa Muslimin.’
Ini juga menunjukkan tidak adanya kedengkian dan
kebencian karena nasihat itu tidak akan berkumpul dengan kedengkian karena dua
hal ini saling bertentangan. Maka barangsiapa yang telah menasihati penguasa,
sungguh dia telah berlepas diri dari kedengkian. Perkataannya :
‘Dan berpegang teguh dengan jamaah
mereka.’
Hal ini adalah perkara yang membersihkan hati dari
kedengkian dan kebencian karena orang yang berpegang dengan jamaah Muslimin
tersebut akan mencintai mereka sebagaimana mereka mencintai dirinya dan benci
dengan apa-apa yang mereka benci dan senang dengan apa-apa yang menyenangkan
mereka. Berbeda dengan orang yang menyempal dari mereka dan sibuk mencela
mereka serta mencari aib-aib mereka seperti perbuatan kaum Rafidlah, Khawarij,
Mu’tazilah dan lainnya yang mana tidaklah mereka berbicara kecuali dengan
kedengkian dan kebencian. Oleh karena itu kalian dapati Rafidlah adalah orang
yang paling jauh dari keikhlasan dan paling benci kepada penguasa beserta
umatnya dan paling jauh dari Jamaatul Muslimin.” Selesai dari Imam Asy
Syaukani.
Berkata Saikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah
pada Risalah-nya (Al Ushuulus Sittah) : “Pokok yang
ketiga adalah bahwasanya termasuk dari sempurnanya persatuan adalah mendengar
dan taat kepada penguasa kita walaupun ia adalah seorang bekas budak Habasyi
(Ethiopia, pent.). Dan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam telah
menerangkan hal ini dengan penjelasan yang terang dan jelas dari segala
sisinya. Akan tetapi pokok ini tidak diketahui oleh kebanyakan orang yang
mengaku berilmu. Bagaimana bisa mereka beramal?” Selesai ucapan beliau dari
Kitab Al Jaami’ul Faarid min Kutubin wa Rasaa’ili li A’immatid Da’wati Al
Islaamiyah.
Ya Allah,
berilah petunjuk kepada kaumku dan kembalikanlah mereka ke jalan-Mu yang lurus
dan kembalikan mereka kepada jalan kekasih-Mu Al Musthafa Shallallahu
'Alaihi Wa Sallam. Yang mana Engkau telah berkata kepadanya :
Katakanlah :
“Inilah jalanKu, aku menyeru kepada Allah di atas bashirah, aku dan orang-orang
yang mengikutiku juga demikian. Maha Suci Allah dan aku bukanlah termasuk orang
musyrik.” (QS. Yusuf : 108)
Dan Engkau
telah berkata kepadanya :
“Dan
sesungguhnya ini adalah jalan-Ku yang lurus maka ikutlah ia dan janganlah
kalian mengikuti jalan-jalan selainnya karena akan memecah-belah kalian dari
jalan Allah. Demikianlah aku wasiatkan kalian agar kalian bertakwa.” (QS.
Al An’am : 157)
Yang fakir
kepada ampunan Rabbnya, Syaikh Abdullah bin Shalih Al ‘Ubailan.
BAB I
Kewajiban Menjaga Persatuan Dan Larangan Perpecahan
Bismillahirrahmaanirrahiim
Sesungguhnya
segala pujian kesempurnaan hanyalah milik Allah, kita memuji-Nya, memohon
pertolongan-Nya, memohon ampun kepada-Nya, dan kita berlindung kepada-Nya dari
segala kejelekan-kejelekan jiwa kita dan dari kejelekan-kejelekan amalan kita.
Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka dia telah mendapat petunjuk
dan barangsiapa yang disesatkan-Nya maka tiada baginya wali dan pembimbing.
Amma ba’du,
Sungguh keadaan
jahiliyah sebelum diutusnya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam,
manusia saat itu berada pada perpecahan dan permusuhan yang dahsyat, yang kuat
memangsa yang lemah. Setiap kabilah mencari kesempatan untuk menyerang
saingannya. Maka Allah mengutus Rasul-Nya Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam
untuk menyeru kepada persatuan dan berpegang teguh dengannya. Dan juga
memperingatkan dari perpecahan. Hadits-hadits dalam permasalahan ini mencapai
derajat mutawatir dari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam,
shahabatnya, dan juga para pengikutnya dari kalangan para imam Salaf yang
mudah-mudahan ridha Allah atas mereka semua.
Berfirman Allah
Ta’ala :
“Dan janganlah
kalian saling berselisih yang akan menyebabkan kalian bercerai-berai dan hilang
kekuatan kalian.” (QS. Al Anfal : 46)
Dan firman-Nya
:
“Dan janganlah
kalian seperti orang-orang yang berpecah-belah dalam agama mereka dan
berselisih setelah datang penjelasan kepada mereka. Dan bagi mereka adzab yang
pedih.” (QS. Ali Imran : 105)
1.
|
Dari Usamah bin Syuraik radliyallahu 'anhu berkata, bersabda
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam :
|
“Tangan Allah
di atas jamaah.” (HR. Ahmad dan Ibnu Abi Ashim dan Tabrani dan Al Hakim)
2.
|
Dari Ka’ab bin Ashim radliyallahu 'anhu dari Nabi Shallallahu
'Alaihi Wa Sallam berkata :
|
“Sesungguhnya
Allah Ta’ala telah melindungi umatku dari persatuan di atas kesesatan.” (HR.
Ibnu Abi Ashim dan At Tirmidzi dan yang lainnya)
3.
|
Dari Umar bin Al Khaththab radliyallahu 'anhu berkata, berkata
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam :
|
“Barangsiapa
yang menginginkan sungai-sungai Surga maka hendaklah ia berpegang teguh dengan
Al Jama’ah karena sesungguhnya syaithan itu bersama dengan orang yang sendirian
dan ia dengan orang yang berduaan itu lebih jauh.” (HR. Ibnu Abi
Ashim dan Ahmad dan At Tirmidzi dan Al Hakim dan Ibnu Hibban)
4.
|
Dari Fudhalah bin Ubaid berkata, berkata Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wa Sallam :
|
“Tiga golongan
yang tidak akan ditanya keadaan mereka (pada hari kiamat) : Seorang laki-laki
yang menyempal dari Al Jamaah dan bermaksiat kepada imamnya kemudian mati dalam
keadaan bermaksiat. Seorang budak yang melarikan diri dari tuannya dan kemudian
mati. Seorang wanita yang ditinggal suaminya dalam keadaan cukup nafkahnya
kemudian dia berdandan sesudahnya.” (HR. Ibnu Abi
Ashim dan Ibnu Hibban dan Al Hakim)
5.
|
Dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu berkata, berkata Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wa Sallam :
|
“Barangsiapa
yang menyempal dari Al Jamaah maka jika ia mati, matinya mati jahiliyah.” (HR.
Muslim dalam Shahih-nya)
6.
|
Dari An Nu’man bin Basyir radliyallahu 'anhu berkata, berkata
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam :
|
“Al Jamaah itu
adalah rahmat dan perpecahan itu adalah adzab.” (HR. Ahmad dan
Ibnu Abi Ashim)
7.
|
Dari Al Harits bin Basyir radliyallahu 'anhu berkata, berkata
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam :
|
“Aku
perintahkan dengan lima perkara : Mendengar, taat, berpegang teguh dengan Al
Jamaah, berhijrah, dan berjihad.” (HR. Ahmad dan Ibnu Abi Ashim dan
At Tirmidzi)
Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wa Sallam telah memperingatkan dari perpecahan dan menyempal dari
Al Jamaah bahkan memberikan ancaman keras terhadap hal ini. Berkata beliau Shallallahu
'Alaihi Wa Sallam :
8.
|
Dari Abdullah bin Amr radliyallahu 'anhu berkata, berkata
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam :
|
“Barangsiapa yang
tidak menyukai sunnahku maka ia bukan golonganku.” (HR.
Bukhari-Muslim)
9.
|
Dari Ibnu Umar radliyallahu 'anhu berkata, berkata Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wa Sallam :
|
“Barangsiapa
yang melepaskan tangannya dari ketaatan maka dia tidak akan memiliki hujjah di
hari kiamat nanti.” (HR. Ahmad dan Ibnu Abi Ashim)
10.
|
Dari Urfajah Al Asyja’i radliyallahu 'anhu berkata, berkata
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam :
|
“Barangsiapa
yang mendatangi kalian dan memerintahkan kalian berkumpul (untuk mengangkat
amir) kepada seseorang dan menginginkan memecah-belah barisan kalian maka
bunuhlah!” (HR. Muslim dalam Shahih-nya)
Dan kami telah
meringkas beberapa hadits dalam permasalahan ini karena terlalu panjang. Wallaahul
Muwaafiq.
BAB II
Kewajiban Mentaati Penguasa Muslim Walaupun Tidak
Berhukum Dengan Hukum Allah
Al Jamaah,
sebagaimana telah maklum tidak akan pernah tegak kecuali harus dengan imam yang
menyatukan kalimat. Dan seorang imam tidak akan kuat kepemimpinannya kecuali
kalau ia ditaati maka Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam
memerintahkan kita untuk mentaati pemimpin, bersabda beliau Shallallahu
'Alaihi Wa Sallam :
11.
|
Dari Anas radliyallahu 'anhu berkata, berkata Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wa Sallam :
|
“Mendengar dan
taatlah kalian walaupun yang memimpin kalian adalah bekas budak dari Habasyah
yang kepalanya seperti kismis, selama dia menegakkan Kitabullah di antara
kalian.” (HR. Bukhari dalam Shahih-nya)
12.
|
Dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu berkata, berkata Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wa Sallam :
|
“Barangsiapa
yang mentaati aku maka dia telah mentaati Allah, barangsiapa yang bermaksiat
kepadaku maka ia telah bermaksiat kepada Allah. Barangsiapa yang mentaati
amir/pemimpin maka ia telah mentaatiku, barangsiapa yang bermaksiat kepada
amir/pemimpin maka ia telah bermaksiat kepadaku.” (HR. Bukhari
dan Muslim)
13.
|
Dari Ibnu Umar radliyallahu 'anhu berkata, berkata Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wa Sallam :
|
“Wajib bagi
seorang Muslim untuk taat dalam hal-hal yang dia sukai ataupun yang ia benci
kecuali kalau diperintah untuk berbuat maksiat maka tidak boleh mendengar dan
taat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
14.
|
Dari Auf bin Malik radliyallahu 'anhu berkata, berkata Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wa Sallam :
|
“Ketahuilah,
barangsiapa yang di bawah seorang wali/pemimpin dan ia melihat padanya ada
kemaksiatan kepada Allah maka hendaklah ia membenci kemaksiatannya. Akan tetapi
janganlah (hal ini menyebabkan) melepaskan ketaatan kepadanya.” (HR.
Muslim dalam Shahih-nya)
15.
|
Dari Hudzaifah Ibnul Yaman radliyallahu 'anhu berkata, bersabda
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam :
|
“Akan datang
sesudahku para pemimpin, mereka tidak mengambil petunjukku dan juga tidak melaksanakan
sunnahku. Dan kelak akan ada para pemimpin yang hatinya seperti hati syaithan
dalam jasad manusia.” Maka aku berkata : “Ya Rasulullah, apa yang aku perbuat
jika aku mendapati hal ini?” Berkata beliau : “Hendaklah engkau mendengar dan
taat pada amirmu walaupun dia memukul punggungmu dan merampas hartamu.” (HR.
Muslim dalam Shahih-nya)
16.
|
Dari Ibnu Umar radliyallahu 'anhu berkata, telah bersabda Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam :
|
“Barangsiapa
yang mengacungkan senjata kepada kami maka dia bukan golongan kami.”
(Hadits shahih riwayat Bukhari-Muslim)
17.
|
Dari Irbadh bin Sariyah radliyallahu 'anhu berkata, Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wa Sallam pernah berkhutbah kepada kami, beliau berkata :
|
“Bertakwalah
kalian kepada Allah, wajib bagi kalian untuk mendengar dan taat walaupun
pemimpin kalian adalah budak dari Habasyah. Dan sesungguhnya barangsiapa yang
hidup panjang di antara kalian akan melihat perselisihan yang sangat banyak
maka wajib bagi kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah khalifah yang
lurus dan terbimbing sesudahku.” (Hadits shahih riwayat Abu Dawud,
At Tirmidzi, dan Ad Darimi)
18.
|
Dari Ubadah bin Shamit radliyallahu 'anhu berkata, bersabda
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam :
|
“Barangsiapa
yang beribadah kepada Allah, tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun,
menegakkan shalat, menunaikan zakat, mendengar dan taat (kepada amirnya, pent.)
maka akan masuk Surga dari pintu mana saja yang ia inginkan dari delapan pintu
Surga.” (Hadits shahih riwayat Ahmad dan Ibnu Abi Ashim dan At
Tabrani)
Dan dalam
hadits ini Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam memerintahkan untuk
mendengar dan taat itu terhadap penguasa yang jahat sebagaimana terhadap
pemerintah yang baik. Hadits-hadits yang telah lalu menerangkan bagaimana sikap
kita terhadap penguasa yang dikenal kejelekannya. Mereka tidak melaksanakan
petunjuk Rasul Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam dan juga tidak mengamalkan
sunnah-sunnah Rasul dan ini adalah permasalahan yang jelas. Dan ada juga
beberapa riwayat yang menguatkan hal ini :
19.
|
Dari Adi bin Hatim radliyallahu 'anhu berkata, kami berkata :
|
“Ya Rasulullah,
kami tidak bertanya padamu tentang sikap terhadap penguasa-penguasa yang
bertakwa/baik. Akan tetapi penguasa yang melakukan ini dan itu (disebutkan
kejelekankejelekan).” Maka Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda :
“Bertakwalah kalian kepada Allah, mendengar dan taatlah kalian.” (HR.
Ibnu Abi Ashim dan dishahihkan Al Albani dalam Adz Dzilal)
Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wa Sallam melarang untuk mengatur urusan umat secara sirr
(sembunyi-sembunyi) pada perkara-perkara yang merupakan hak penguasa.
20.
|
Dari Ibnu Umar radliyallahu 'anhu berkata, datang seorang
laki-laki kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam dan berkata
:
|
“Berilah aku
nasihat!” Maka beliau bersabda : “Mendengar dan taatlah kalian. Hendaklah
kalian terang-terangan dan jauhilah oleh kalian mengatur urusan umat secara
sirr (karena ini adalah tugas penguasa, pent.).” (HR. Ibnu Abi
Ashim dan dishahihkan Al Albani dalam Adz Dzilal)
Dan Rasul juga menjelaskan
bahwa memberontak kepada penguasa itu tidak boleh kecuali dalam dua keadaan,
yaitu jika telah
melakukan
kekufuran yang nyata atau mereka melarang melakukan shalat.
21.
|
Dari Ubadah bin Shamit radliyallahu 'anhu berkata :
|
“Kami membaiat
Rasul untuk mendengar dan taat dalam sirr maupun terang-terangan, untuk
menunaikan hak penguasa, baik dalam keadaan sulit maupun lapang serta ketika
mereka mementingkan pribadi mereka. Dan tidak memberontak kepada penguasa.
Kecuali ketika kita melihat kekufuran yang nyata dan ada bukti di sisi Allah.” (HR.
Bukhari-Muslim)
22.
|
Dari Ummu Salamah radliyallahu 'anha berkata, telah bersabda
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam :
|
“Akan terjadi
sesudahku para penguasa yang kalian mengenalinya dan kalian mengingkarinya.
Barangsiapa yang mengingkarinya maka sungguh ia telah berlepas diri. Akan
tetapi siapa saja yang ridha dan terus mengikutinya (dialah yang berdosa,
pent.).” Maka para shahabat berkata : “Apakah tidak kita perangi saja mereka
dengan pedang?” Beliau menjawab : “Jangan, selama mereka menegakkan shalat
bersama kalian.” (HR. Muslim dalam Shahih-nya)
BAB III
Perintah Untuk Menasihati Penguasa, Mendoakan Mereka, Dan
Larangan Membongkar Kejelekan Penguasa Di Muka Umum
Dan Rasul Shallallahu
'Alaihi Wa Sallam memerintahkan untuk menasihati penguasa kita ketika
nampak kemaksiatan-kemaksiatan mereka dan ketika terjadi apa saja yang
membutuhkan nasihat.
23.
|
Dari Tamim Ad Dari radliyallahu 'anhu berkata, bersabda Rasul Shallallahu
'Alaihi Wa Sallam :
|
“Agama itu
nasihat.” Maka kami bertanya : “Untuk siapa, ya Rasulullah?” Maka Beliau
menjawab : “Untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, dan untuk penguasa Muslimin dan
umat mereka.” (HR. Muslim dalam Shahih-nya)
24.
|
Dari Zaid bin Tsabit radliyallahu 'anhu berkata, bersabda Rasul Shallallahu
'Alaihi Wa Sallam :
|
“Tiga golongan
yang dengannya hati seorang Muslim tidak akan mendendam : Ikhlas dalam beramal
untuk Allah, menasihati penguasa, dan menetapi persatuan umat. Maka
sesungguhnya doa-doa mereka meliputi dari belakang mereka.” (HR. Ashaabus
Sunan)
Dan Nabi
melarang mencela, mencaci para penguasa, dan menyebarkan aib-aib mereka. Beliau
memerintahkan untuk menasihati mereka dan mendoakan kebaikannya. Berkata Imam
At Thahawi dalam aqidahnya yang banyak diterima oleh ummat ini :
“Kami tidak
berpendapat bolehnya memberontak kepada penguasa dan pemimpin kita walaupun ia
seorang pemimpin yang jahat. Dan tidak mendoakan kejelekan untuk mereka. Tidak
melepaskan tangan dari ketaatan kepada mereka. Karena ketaatan pada mereka
termasuk ketaatan kepada Allah dan merupakan kewajiban. Selama tidak
diperintahkan kepada yang maksiat. Kita mendoakan untuk mereka kebaikan dan
ampunan.”
25.
|
Dari Anas radliyallahu 'anhu berkata, telah melarang kami para
pembesar kami dari shahabat Rasul Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam,
mereka berkata :
|
Bersabda Rasul
Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam : “Janganlah kalian mencela pemimpin kalian dan
janganlah kalian mendengki mereka, janganlah kalian membenci mereka,
bertakwalah kepada Allah, bersabarlah karena urusan ini sudah dekat.” (HR.
Ibnu Abi Ashim dan dishahihkan Al Albani)
26.
|
Dari Abi Bakrah radliyallahu 'anhu berkata, bersabda Rasul Shallallahu
'Alaihi Wa Sallam :
|
“Penguasa adalah
naungan Allah di muka bumi maka barangsiapa yang menghinakan penguasa maka
Allah akan menghinakannya, barangsiapa yang memuliakan penguasa maka Allah akan
memuliakannya.” (HR. Ibnu Abi Ashim, Ahmad, At Thayalisi, At Tirmidzi,
dan Ibnu Hibban. Dishahihkan Al Albani dalam Adz Dzilal)
27.
|
Dari Muadz bin Jabal radliyallahu 'anhu berkata, bersabda Rasul Shallallahu
'Alaihi Wa Sallam :
|
“Lima hal yang
barangsiapa yang melakukan salah satunya maka dia akan mendapat jaminan dari
Allah : Siapa yang menjenguk orang sakit, yang mengantar jenazah, yang keluar
untuk berperang, atau masuk pada penguasanya ingin menasihatinya dan
memuliakannya atau orang yang diam di rumahnya sehingga dengannya selamatlah
manusia.” (HR. Ahmad, Ibnu Abi Ashim, Al Bazar, Al Hakim, dan At
Tabrani)
Rasul
menerangkan kepada kita bagaimana tata cara menasihati penguasa. Hendaklah
tidak dilakukan di atas mimbar, di hadapan orang banyak.
28.
|
Dari Iyadh bin Ghunaim radliyallahu 'anhu berkata, bersabda Rasul Shallallahu
'Alaihi Wa Sallam :
|
“Barangsiapa
yang ingin menasihati penguasa maka janganlah melakukannya dengan
terang-terangan di hadapan umum. Akan tetapi dengan cara mengambil tangan
penguasa tersebut dan menyendiri. Jika ia menerimanya maka inilah yang
diharapkan, jika tidak menerimanya maka ia telah melakukan kewajibannya.” (HR.
Ahmad, Ibnu Abi Ashim, Al Hakim, dan Baihaqi. Dishahihkan Al Albani dalam Adz
Dzilal)
29.
|
Dari Ubaidillah
bin Khiyar berkata :
|
“Aku mendatangi
Usamah bin Zaid radliyallahu 'anhu dan aku katakan : “Kenapa engkau tidak
menasihati Utsman bin Affan untuk menegakkan hukum had atas Al Walid?” Maka
Usamah berkata : “Apakah kamu mengira aku tidak menasihatinya kecuali harus
dihadapanmu? Demi Allah sungguh aku telah menasihatinya secara
sembunyi-sembunyi antara aku dan ia saja. Dan aku tidak ingin membuka pintu
kejelekan dan aku bukanlah orang yang pertama kali membukanya.” (Atsar
yang shahih diriwayatkan Bukhari dan Muslim)
Tidak ada
toleransi sedikitpun dalam syariat ini untuk boleh memberontak pada penguasa
ketika mereka tidak mau mendengar nasihat. Bahkan yang ada adalah perintah
untuk bersabar, sesungguhnya dosanya akan ditanggung mereka. Barangsiapa yang
telah menasihati mereka dan mengingkari kemungkarannya dengan cara yang benar
maka ia telah terlepas dari dosa.
30.
|
Dari Wail bin Hujr radliyallahu 'anhu berkata :
|
Kami bertanya :
“Ya Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika penguasa kami merampas hak-hak kami
dan meminta hak-hak mereka?” Bersabda beliau : “Mendengar dan taatlah kalian
pada mereka maka sesungguhnya bagi merekalah balasan amalan mereka dan bagi
kalianlah pahala atas kesabaran kalian.” (HR.
Muslim)
31.
|
Dari Anas radliyallahu 'anhu berkata : “Bersabda Rasul Shallallahu
'Alaihi Wa Sallam :
|
“Kalian akan
menjumpai sesudahku atsarah (pemerintah yang tidak menunaikan hak-hak rakyatnya
tapi selalu meminta hak-haknya, pent.) maka bersabarlah sampai kalian berjumpa
denganku.” (HR. Bukhari dan Muslim)
32.
|
Dari Abi Hurairah radliyallahu 'anhu berkata, bersabda Rasul Shallallahu
'Alaihi Wa Sallam :
|
“Kelak akan
terjadi para penguasa dan mereka mengumpul-ngumpulkan harta (korupsi, pent.).”
Maka kami bertanya : “Maka apa yang engkau perintahkan kepada kami?” Beliau
menjawab : “Tunaikanlah baiat yang pertama, tunaikanlah hak-hak penguasa,
sesungguhnya Allah akan bertanya pada mereka atas apa-apa yang mereka lakukan
terhadap kalian.” (HR. Bukhari-Muslim)
33.
|
Dari Mu’awiyah radliyallahu 'anhu berkata, ketika Abu Dzar radliyallahu
'anhu keluar ke Ar Rubdzah beberapa orang Iraq menemuinya dan berkata :
|
“Wahai Abu Dzar, angkatlah bendera
bersama kami maka orangorang akan mendatangi kamu dan tunduk kepadamu.” Maka
Abu Dzar berkata : “Tenang-tenang wahai Ahlul Islam, sesungguhnya aku
mendengar Rasul bersabda :
‘Kelak akan ada
sesudahku penguasa maka muliakanlah ia, barangsiapa yang menghinakannya maka ia
telah membuat kehancuran dalam Islam dan tidak akan diterima taubatnya sampai
ia mengembalikan kehancuran umat ini menjadi seperti semula.’” (HR.
Ahmad dan Ibnu Abi Ashim. Dishahihkan Al Albani dalam Adz Dzilal)
34.
|
Dari Abu Dzar radliyallahu 'anhu berkata, Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wa Sallam mendatangiku dan aku dalam keadaan tertidur dalam
masjid kemudian beliau berkata :
|
“Apa yang kamu
lakukan jika kamu diusir dari negerimu?” Aku menjawab : “Aku akan pergi ke
Syam!” Beliau bertanya lagi : “Apa yang kamu lakukan jika kamu diusir dari
Syam?” Aku menjawab : “Aku akan lawan dengan pedangku ya Rasulallah!” Maka
beliau bersabda : “Maukah aku tunjukan dengan yang lebih baik dari itu semua
dan lebih mencocoki petunjuk? Mendengar dan taatlah dan turutilah kemana pun
mereka menggiringmu.” (HR. Ahmad, Ibnu Abi Ashim, Ad Darimi, dan Ibnu Hibban.
Dishahihkan Al Albani dalam Adz Dzilal)
Demikian juga
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam telah memperingatkan dari
menyebarkan aib penguasa dan kesalahannya di atas mimbar-mimbar dan
majlis-majlis karena hal ini akan menyebabkan tersebarnya kejelekan yang
dilarang oleh Allah Ta’ala dalam Kitab-Nya :
“Sesungguhnya
orang-orang yang menginginkan tersebarnya kejelekan di antara orang-orang yang
beriman, bagi mereka adzab yang pedih di dunia dan akhirat. Dan Allah Maha
Mengetahui sedangkan kalian tidak mengetahui.” (QS. An Nur :
19)
35.
|
Dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu berkata, Rasul Shallallahu
'Alaihi Wa Sallam bersabda :
|
“Jika berkata
seorang laki-laki : ‘Manusia telah binasa.’ Maka ia orang yang paling binasa
diantara mereka.” (HR. Muslim)
Dan Rasul Shallallahu
'Alaihi Wa Sallam telah melarang menyebarkan fitnah dan melarang perbuatan
yang menyebabkan tersebarnya fitnah sekalipun fitnah tersebut telah tersebar
luas. Dan beliau Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam mengabarkan bahwa fitnah
itu tidak akan membawa kebaikan pada umat. Bahkan beliau juga melarang untuk
angkat senjata (melawan penguasa) dan melarang bergabung dengan pemberontak
lebih-lebih jika fitnahnya disebabkan masalah dunia.
36.
|
Dari Miqdad bin Aswad radliyallahu 'anhu berkata, bersabda
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam :
|
“Sesungguhnya
orang yang bahagia itu adalah yang telah menjauhi fitnah dan ketika ditimpa
musibah maka ia bersabar, alangkah bahagianya ia.” (HR. Abu Dawud.
Berkata Al Albani : “Shahih atas syarat Muslim.”)
Dalam akhir
pembahasan ini saya akhiri kumpulan hadits ini dengan perkataan Imam As
Syaukani dalam Sailul Jarar dalam judul Kitabul Baghyi,
beliau berkata : “Pemberontak adalah siapa saja yang keluar dari ketaatan
kepada pemimpin. Pelakunya tercela walaupun bertujuan untuk kemaslahatan
Muslimin tanpa dalil dan tanpa menasihatinya terlebih dahulu.” Sampai pada
ucapan beliau : “Dan tidak boleh memberontak kepada penguasa walaupun mereka
pada puncak kedzaliman selama tidak nampak pada mereka kekufuran yang nyata.
Hadits-hadits yang menerangkan hal ini mutawatir.”
Muhammad Shidiq
Hasan Khan juga menukil riwayat yang sama dalam kitab Ar Raudhatun
Nadiyah dan Beliau sebutkan juga dalam Kitabul Baghyi ‘Alas
Sulthani.
Dan yang
terakhir, aku serukan kepada segenap dai untuk merealisasikan perintah Allah
dan Rasul-Nya yaitu menasihati para penguasa secara sembunyi-sembunyi. Dan
menjauhi tasyhir (membeberkan aib-aib penguasa di hadapan umum, pent.).
Dan tidak mendahulukan pendapat siapa pun selain dari pendapat Allah dan
Rasul-Nya.
Berkata seorang
penyair :
Tinggalkanlah
semua ucapan yang meyelisihi ucapan Muhammad.
Seorang tidak
merasa aman dalam agamanya seperti yang terancam bahaya.
Saya memohon
kepada Allah Yang Maha Agung agar menjadikan kita semua bisa beramal untuk
keridhaan-Nya di atas manhaj Rasul-Nya. Dan agar menjauhkan kita dari fitnah,
baik yang nampak maupun yang tersembunyi. Sesungguhnya Ia Maha Mampu untuk
melakukan itu semua.
Dan semoga
shalawat tercurah kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam,
keluarganya, dan shahabatnya.
Catatan :
Hadits-hadits yang disebutkan di sini telah dishahihkan oleh Muhaddits Al
Albani dalam berbagai kitab beliau yang berbeda-beda, sengaja tidak dinukil
disini karena khawatir terlalu panjang.
Oleh: Syaikh Fawaz bin Yahya Al Ghuslan
Penerjemah: Al Ustadz Abdurrahman Mubarak Ata
Sumber :
Maktabah As Sunnah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar