Satu perkara yang sulit dilupakan
oleh kaum muslimin bahwa Al-Qur’an turun di bulan Romadhon, tepatnya malam
Lailatul Qodar. Allah menurunkan Al-Qur’an di bulan suci ini karena keutamaan
yang tinggi baginya, dan hikmah. Allah Ta’ala berfirman,
ﺷَﻬْﺮُ
ﺭَﻣَﻀَﺎﻥَ
ﺍﻟَّﺬِﻱ
ﺃُﻧْﺰِﻝَ
ﻓِﻴﻪِ
ﺍﻟْﻘُﺮْﺁَﻥُ
ﻫُﺪًﻯ
ﻟِﻠﻨَّﺎﺱِ
ﻭَﺑَﻴِّﻨَﺎﺕٍ
ﻣِﻦَ
ﺍﻟْﻬُﺪَﻯ
ﻭَﺍﻟْﻔُﺮْﻗَﺎﻥِ
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan
Romadhon, bulan yang di dalamnya
diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai
petunjuk bagi manusia, dan penjelasan mengenai petunjuk itu, serta pembeda
(antara yang haq dengan yang batil).” (QS. Al-Baqoroh: 185)
Al-Hafizh Ibnu Katsir Ad-Dimasyqiy rahimahullah berkata,
“Allah Ta’ala memuji Bulan Puasa (Romadhon) diantara bulan-bulan lainnya dengan
memilih Romadhon diantara bulan-bulan itu untuk diturunkan Al-Qur’an yang agung
(di dalamnya); sebagaimana halnya Dia mengkhususkan Romadhon dengan hal itu, maka
sungguh ada sebuah hadits datang (menyebutkan) bahwa Romadhon adalah bulan yang
diturunkan di dalamnya Kitab-Kitab Allah kepada para nabi.“ (Lihat Tafsir Ibnu
Katsir, 1/292)
Sebagai penguat bagi ucapan Ibnu Katsir rahimahullah,
Nabi Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
ﺃُﻧْﺰِﻟَﺖْ
ﺻُﺤُﻒُ
ﺇِﺑْﺮَﺍﻫِﻴْﻢَ
ﺃَﻭَّﻝَ
ﻟَﻴْﻠَﺔٍ
ﻣِﻦْ
ﺭَﻣَﻀَﺎﻥَ
ﻭَﺃُﻧْﺰِﻟَﺖِ
ﺍﻟﺘَّﻮْﺭَﺍﺓُ
ﻟِﺴِﺖٍ
ﻣَﻀَﻴْﻦَ
ﻣِﻦْ
ﺭَﻣَﻀَﺎﻥَ
ﻭَﺃُﻧْﺰِﻝَ
ﺍﻟْﺈِﻧْﺠِﻴْﻞُ
ﻟِﺜَﻠَﺎﺙَ
ﻋَﺸْﺮَﺓَ
ﻟَﻴْﻠَﺔً
ﺧَﻠَﺖْ
ﻣِﻦْ
ﺭَﻣَﻀَﺎﻥَ
ﻭَﺃُﻧْﺰِﻝَ
ﺍﻟﺰَّﺑُﻮْﺭُ
ﻟِﺜَﻤَﺎﻥِ
ﻋَﺸْﺮَﺓَ
ﺧَﻠَﺖْ
ﻣِﻦْ
ﺭَﻣَﻀَﺎﻥَ
ﻭَﺃُﻧْﺰِﻝَ
ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥُ
ﻟِﺄَﺭْﺑَﻊٍ
ﻭَﻋِﺸْﺮِﻳْﻦَ
ﺧَﻠَﺖْ
ﻣِﻦْ
ﺭَﻣَﻀَﺎﻥَ
“Shuhuf Ibrahim diturunkan di malam pertama Romadhon;
Taurat diturunkan pada 7 Ramadhan; Injil diturunkan pada 14 Ramadhan; Zabur
diturunkan pada tanggal 19 Ramadhan; Al-Qur’an diturunkan pada 25 Ramadhan.”
(HR. Ahmad dalam Al-Musnad (4/107), Abdul Ghoniy Al-Maqdisiy dalam Fadho’il
Romadhon (53/1), dan Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyq (2/167/1). Dihasankan
oleh Al-Albaniy dalam Shohih As-Siroh, hal. 90)
Hadits ini merupakan bantahan -dari segi sejarah- atas
orang yang meyakini bahwa Nuzulul Qur’an pada tanggal 17 Romadhon!!!
Di dalam Al-Qur’an sendiri Allah Ta’ala telah
menerangkan kapan turunnya Al-Qur’an, yaitu melalui firman-Nya:
ﺇِ
ﻧَّﺂ
ﺃَﻧْﺰَﻟْﻨَﻪُ
ﻓِﻰ
ﻟَﻴْﻠَﺔِ
ﺍﻟْﻘَﺪْﺭِ
“Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada
malam kemuliaan (lailatul qadar).” (QS. Al-Qadr: 1)
Kapan lailatul qadar itu? Nabi shallahu’alaihi wa sallam
telah mengabarkan kepada kita tentang hal ini. Beliau bersabda:
“Carilah malam Lailatul Qadar di (malam ganjil) pada 10
hari terakhir bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari 4/225 dan Muslim 1169)
Dengan demikian telah jelas bahwa lailatul qadar terjadi
pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan yaitu pada malam-malam ganjilnya 21,
23, 25, 27 atau 29. Maka gugurlah keyakinan sebagian kaum muslimin yang
menyatakan bahwa turunya al-Quran pertama kali pada tanggal 17 Ramadhan.
Jika ada yang berargumen, “Tanggal 17 Ramadhan yang
dimaksud adalah turunnya al-Quran ayat pertama ke dunia kepada Nabi
shallallahu’alaihi wa sallam yaitu surat al-‘Alaq ayat 1-5, sedangkan Lailatul
qadar pada surat al-Qadar adalah turunnya al-Quran seluruhnya dari lauhul
mahfudz ke Baitul Izzah di langit dunia !!?”
Maka jawabnya: Benar, bahwa turunnya al-Qur’an yaitu
pada Lailatul qadar seperti yang tertuang dalam surat al-Qadar adalah turunnya
al-Qur’an dari Lauhul Mahfudz ke Baitul Izzah di langit dunia, dan setelah itu
al-Qur’an diturunkan secara bertahap selama 23 tahun. Seperti perkataan Ibnu
Abbas radliyallahu’anhu dan yang lainnya ketika menafsirkan QS. Ad-Dukhon ayat
3 [1]:
“Allah menurunkan al-Qur’an sekaligus dari Lauh Mahfudz
ke Baitul Izzah (rumah kemuliaan) di langit dunia kemudian Allah menurunkannya
secara berangsur-angsur sesuai dengan berbagai peristiwa selama 23 tahun kepada
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam.” (Tafsir Ibnu Katsir 8/441)
Tetapi apakah ini menjadikan benarnya pendapat bahwa
turunnya ayat pertama (QS. Al-‘Alaq: 1-5) kepada Nabi shallallahu’alaihi wa
sallam adalah 17 Ramadhan??
Ada pendapat bagus dari Syaikh Shafiyyurrahman
al-Mubarokfury di Kitab Sirohnya tentang kapan awal permulaan wahyu dalam kitab
siroh beliau. Beliau menjelaskan bahwa memang ada perbedaan pendapat di antara
pakar sejarah tentang kapan awal mula turunnya wahyu, yaitu turunnya surat
Al-Alaq: 1-5. Beliau menguatkan pendapat yang menyatakan pada tanggal 21.
Beliau mengatakan: “Kami menguatkan pendapat yang
menyatakan pada tanggal 21, sekalipun kami tidak melihat orang yang menguatkan
pendapat ini. Sebab semua pakar biografi atau setidak-tidaknya mayoritas di
antara mereka sepakat bahwa beliau diangkat menjadi Rasul pada hari Senin, hal
ini diperkuat oleh riwayat para imam hadits, dari Abu Qotadah
radliyallahu’anhu, bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam pernah ditanya
tentang puasa hari Senin.
Maka beliau menjawab,
“Pada hari inilah aku dilahirkan dan pada hari ini pula
turun wahyu (yang pertama) kepadaku.”
Dalam lafdz lain disebutkan, “Itulah hari aku dilahirkan
dan pada hari itu pula aku diutus sebagai rasul atau turun wahyu kepadaku.”
(Lihat shahih Muslim 1/368; Ahmad 5/299, Al-Baihaqi 4/286-300, Al-Hakim 2/602)
Hari senin dari bulan Ramadhan pada tahun itu adalah
jatuh pada tanggal 7, 14, 21, dan 28.
Beberapa riwayat yang shahih telah menunjukkan bahwa
Lailatul Qodar tidak jatuh kecuali pada malam-malam ganjil di sepuluh hari
terakhir di bulan Ramadhan. Jadi jika kami membandingkan antara firman Allah,
“Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Quran) pada
Lailatul Qodar”, dengan riwayat Abu Qotadah, bahwa diutusnya beliau sebagai
rasul jatuh pada hari Senin, serta berdasarkan penelitian ilmiah tentang
jatuhnya hari Senin dari bulan Ramadhan pada tahun itu, maka jelaslah bagi kami
bahwa diutusnya beliau sebagai rasul jatuh pada malam tanggal 21 dari Bulan
Ramadhan. (Lihat Kitab Siroh Nabawiyyah oleh Syaikh Shafiyyurrahman
al-Mubarokfury Bab Di Bawah Naungan Nubuwah, hal. 58 pustaka al-Kautsar)
Dengan demikian, peringatan Nuzulul Quran 17 Ramadhan
dengan dzikir tertentu dan bentuk pengajian khusus adalah bentuk peringatan
yang tidak pernah ada landasannya dari al-Qur’an dan Hadist Rasulullah
shallahu’alaihi wa sallam, sehingga termasuk dalam perkara bid’ah.
Begitu juga acara peringatan lailatul qadar pada malam
27 Ramadhan (atau malam ganjil lainnya) dengan suatu pengajian khusus juga
merupakan bid’ah karena Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam tidak pernah
memperingatinya melainkan beliau shallahu’alahi wa sallam menghidupkan malam
tersebut dengan qiyamul lail dan memperbanyak doa.
Wallahu a’lam bish-shawab.
Catatan kaki:
[1] Allah Ta’ala berfirman:
ﺇِﻧَّﺂ
ﺃَﻧﺰَﻟْﻨَﺎﻩُ
ﻓِﻲ
ﻟَﻴْﻠَﺔٍ
ﻣُّﺒَﺎﺭَﻛَﺔٍ
ﺇِﻧَّﺎ
ﻛُﻨَّﺎ
ﻣُﻨﺬِﺭِﻳﻦَ
“Sesungguhnya kami menurunkannya pada suatu malam yang
diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.” (QS. Ad-Dukhon:
3)
Sumber:
kaahil.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar