Sesungguhnya termasuk dari doa yang agung yang bermanfaat yang senantiasa
dijaga dan dibaca Nabi -Shalallaahu'alaihi Wasallama- disetiap pagi adalah doa
yang disebutkan di dalam Musnad Al Imam Ahmad dan Sunan Ibnu Majah dari Ummu
Salamah –Radhiyallahu'anha- : bahwasannya Nabi -Shalallaahu'alaihi Wasallama-
apabila seusai sholat subuh biasa membaca :
أَللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَ رِزْقًا طَيِّبًا وَ عَمَلاً
مُتَقًبَّلاً
"Ya Allah sesungguhnya saya memohon kepada-Mu Ilmu yang bermanfaat dan
rizki yang baik dan amalan yang (Engkau) terima" (Dishahihkan As Syaikh Al
Albani dalam Shahih Ibni Majah No. 753)
Barang siapa yang memperhatikan doa yang agung ini maka ia akan mendapati bahwa
menjadikannya sebagai bacaan atau doa diwaktu pagi setelah sholat subuh adalah
sangatlah sesuai sekali dengan waktunya. Karena subuh adalah permulaan hari dan
pembuka tiap hari. Sementara seorang muslim tidak memiliki keinginan dalam satu
harinya kecuali memperoleh target yang sangat bernilai dan tujuan yang konkrit
yang ternyata disebutkan dalam hadits ini. Yaitu berupa :
ILMU yang MANFAAT, RIZKI yang BAIK, AMAL yang DITERIMA.
Seakan ia membuka lembaran harinya dengan menyebutkan tiga perkara ini, lain
daripada itu tidak, iapun menentukan target dan tujuan perolehan dalam
seharinya. Tak diragukan lagi bahwa hal ini tentu lebih memadukan hati
seseorang dan lebih memantapkan langkah perjalanannya. Berbeda dengan orang
yang pagi harinya tidak menentukan target dan tujuan yang dia bertekad
mendapatkannya dalam seharinya.
Kita mendapati orang yang perhatian dengan tarbiyyah dan adab mereka biasa
menentukan target dan tujuan dalam setiap aktifitas yang akan dijalaninya, pada
setiap jalan yang hendak ia lalui agar lebih memotivasi dirinya untuk
teralisirnya target tersebut, lebih terselamatkan dari penyimpangan dan
penggeseran disebabkan berbelok dari target dan tujuan, dan lebih memantapkan
bagi dirinya dalam langkah perjalanannya dan aktivitas amalnya.
Dan tidak diragukan bahwa orang yang menjalaninya dengan tertatanya target yang
ditetapkan dan tujuan yang ditentukan maka lebih ssempurna dan lebih mantap dan
lebih selamat dari pada orang yang berjalan tanpa menentukan target dan
menetapkan tujuan yang hendak digapainya.
Maka seorang muslim, dirinya mengetahui bahwa dia tidak akan bisa mendapatkan
secara keseluruhannya dan kesemuanya dalam waktu satu hari. Akan tetapi bagi
dirinya ada dalam seharinya prioritas target dan keinginan kuat untuk
memperolehnya yaitu tiga target utama diatas (ILMU, RIZKI, AMAL) dan berusaha
untuk mendapatkannya secara sempurna dan berusaha memperolehnya dengan metode
dan langkah yang tepat dan cepat.
Untuk ini betapa bagusnya kalau kemudian dia buka lembaran harinya dengan
menyebut tiga perkara itu dalam bacaan doanya yang berarti ia telah membatasi
target dan menentukan tujuan dalam setiap harinya.
Tidaklah seorang muslim yang membaca doa ini dalam membuka lembaran hariannya
sebatas menentukan target semata kemudian mengandalkan usaha dirinya, namun
sekaligus ia sertai sikap tadzarru' merendahkan diri kepada Rabb-nya,
menyandarkan diri kepada Penguasa dan Penolong-nya agar dirinya diberi anugerah
dalam memperoleh tujuan yang besar dan target yang berharga tersebut karena
dirinya sadar dengan sesadar-sadarnya bahwa tiada daya dan kekuatan serta
kemampuan yang ia miliki untuk memperoleh manfaat dan menolak madharat kecuali
dengan idzin Rabbnya. Maka kepada Allah-lah ia bersandar diri, kepada-Nya
memohon pertolongan dan kepada-Nya ia bergantung dan berserah diri.
Maka pada doanya yang ia panjatkan disetiap pagi hari :
أَللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَ رِزْقًا طَيِّبًا وَ عَمَلاً
مُتَقًبَّلاً
"Ya Allah sesungguhnya saya memohon kepada-Mu Ilmu yang bermanfaat dan
rizki yang baik dan amalan yang (Engkau) terima"
Adalah permohonan dirinya terhadap pertolongan Allah diwaktu paginya awal dan
pembuka harinya agar Allah berikan kemudahan atas segala kesulitan, Allah
ringankan atas segenap yang memberatkan, agar Allah tolong dalam mewujudkan
tujuannya dan targetnya yang diberkahi nan terpuji. Karena itu semua tak akan
terwujud kecuali dengan pertolongan-Nya.
Perhatikannlah, bagaimana Nabi -Shalallaahu'alaihi Wasallama- memulai doa ini
dengan meminta kepada Allah berupa ilmu yang bermanfaat sebelum beliau meminta
rezki yang baik dan amalan yang dirterima. Hal ini terdapat isyarat bahwa ilmu
yang bermanfaat adalah diprioritaskan dan didahulukan. Dengan ilmulah dimulai.
sebagaimana firman Allah Ta'ala :
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ (19)
(artinya) "Maka berILMUlah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan,
Tuhan yang haq) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa)
orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. dan Allah mengetahui tempat kamu
berusaha dan tempat kamu tinggal."(QS. Muhammad : 19)
Maka dimulai dengan ilmu sebelum perkataan dan perbuatan. Dimulainya dengan
ilmu itu terdapat hikmat yang nampak sekali yang tidak tersembunyi bagi yang
mau memperhatikan. Yaitu dengan ilmu yang bermanfaat seseorang akan mampu
membedakan antara amal yag sholih dengan amal yang tidak sholih, antara rezki
yang baik dengan yang tidak baik.
Barang siapa yang tidak diatas ilmu maka penilaiaannya pada suatu perkara akan
tercampur atau bahkan terbalik. Sehingga ia melakukan satu amalan yang dia
sangka amalan yang shalih yang bermanfaat, padahal sebenarnya adalah
sebaliknya. Allah Ta'ala berfirman :
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا (103) الَّذِينَ ضَلَّ
سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ
صُنْعًا (104)
(artinya) "Katakanlah: "Apakah akan kami beritahukan kepadamu tentang
orang-orang yang paling merugi perbuatannya?" Yaitu orang-orang yang Telah
sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka
bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya."(Al Kahfi : 103 – 104)
Karena tidak berilmu maka bisa saja bahkan sering kalinya dia mengira suatu
rezki dan harta itu baik dan bermanfaat padahal kalau ia berilmu maka ia akan
tahu yang sebenarnya bahwa ternyata rezeki itu adalah khobitsun dhorrun alias
jelek dan berbahaya. -Na'udzubillah- Demikianlah akibat kejahilan atau
ketidaktahuan, bisa memutar dan membalik hakekat sesuatu. Yang salah ia kata
benar, yang keliru ia kira betul, yang haram ia sangka halal, yang lurus ia
kata bengkok sebaliknya yang bengkok dia kata lurus. Duhai semua bisa jadi
rusak hancur binasa. (ed.)
Maka tidak ada jalan bagi manusia untuk dapat membedakan antara yang bermanfaat
dan yang merugikan, antara yang baik dan yang buruk kecuali meski dengan Al
ilmu An nafi' (ilmu yang bermanfaat ). Untuk itu maka banyak terdapat nash-nash
Al Qur'an dan Al Hadits dan tersebar dalil-dalilnya tentang anjuran dan
dorongan bahkan perintah untuk Tholabul Ilmi (menuntut ilmu). Adanya spirit
untuk memperoleh ilmu dan adanya pula keterangan tentang keutamaan orang yang
menempuh upaya 'ntuk mendapat ilmu.
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا
يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ (9)
(artinya) "Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui
dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang
berakallah yang dapat menerima pelajaran." ( QS. Az Zumar : 9 )
Bersambung …… InsyaAllah Ta'ala
(Lihat Fiqhul Ad'iyyah Wal Adzkar III/40 – 42 As Syaikh Abdur Razzaq Bin Abdil
Muhsin Al Badr )
Pada lafadz doa beliau -Shalallaahu'alaihi Wasallam- : عِلْمًا نَافِعًا
yaitu meminta "ilmu yang bermanfaat ". ini menunjukkan bahwa ilmu itu
ada dua macam :
-1. Ilmu yang BERMANFAAT
-2. Ilmu yang TIDAK BERMANFAAT
Perhatikanlah nasehat Beliau -Shalallaahu'alaihi Wasallam- :
سَلُوا اللهَ عِلْمًا نَافِعًا وَ تَعَوَّذُوْا بِاللهِ مِنْ عِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ
(حسن . انظر حديث رقم: 3635 في صحيح الجامع.)
"Mintalah kalian kepada Allah berupa ilmu yang bermanfaat dan mohonlah
perlindungan kepada Allah dari ilmu yang tidak bermanfaat) (Hadits Hasan. Lihat
hadits no. 3635 di Shahih Al Jami')
Adapun Ilmu yang BERMANFAAT yang paling besar adalah ilmu yang diperoleh
seorang muslim yang bisa mengantarkan kepada kedekatan dengan Rabb-nya dan
mengetahui agamanya dan mengetahui Al Haq / kebenaran yang meski ia tempuh.
sehingga ilmu yang bermanfaat akan berbuah amal yang shalih.
Perhatikanlah dalam hal ini firman Allah Ta'ala :
قَدْ جَاءَكُمْ مِنَ اللَّهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُبِينٌ (15) يَهْدِي بِهِ اللَّهُ
مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلَامِ وَيُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ
إِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِ وَيَهْدِيهِمْ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (16)
(Artinya) "Sesungguhnya Telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab
yang menerangkan. Dengan Kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang
mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan Kitab itu pula) Allah
mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang
benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus." ( QS.
Al Maidah : 15 – 16 )
Maka hendaknya yang ada pada setiap muslim dalam kesehariannya adalah sikap
perhatian terhadap Al Qur'an Al Karim dengan mengkaji dan mempelajarinya dan
juga menaruh perhatian secara extra terhadap Sunnah Nabi -Shalallaahu'alaihi
Wasallama- yang menerangkan Al-Qur'an dan menjelaskan kandungan isi dan
maksudnya serta arah pendalilannya. Yang itu semua telah diterima oleh para
Shahabatnya kemudian mereka ilmui dan amalkan dengan sempurna sehingga mendapat
predikat "Radhiyallaahu 'anhum wa radhuu'ahu".
Ikutilah jejak keberhasilan mereka maka itulah kunci keberhasilan anda karena
mengikuti orang yang berhasil adalah keberhasilan. (ed) (inilah yang
nyata-nyata bermanfaat).
Berkata Al Hafidz Ibnu Rajab Al Hambali mendefinisikan ilmu yang bermanfaat
yaitu : ilmu yang sesuai dengan nash-nash Al Qur'an dan As Sunnah disertai
pemahaman makna-maknanya dan patokannya dalam hal itu adalah yang datang dari
para Shahabat dan Tabi'in dan yang mengikuti mereka dalam memberikan
makna-makna Al Qur'an dan Al Hadits dan apa yang datang dari mereka berupa
pendapat dalam masalah halal dan haram, zuhud, kelembutan jiwa, dan ma'rifat
dan lain sebagainya…. ( Bayan Fadhli Ilmi As Salaf 'ala ilmi al Khalaf hal. 71
tahqiq Muhammad Bin Nashir Al'Ajmi)
Adapun selain Al Qur'an dan As sunnah serta ilmu dan amal para Shahabat adalah
kerugian yang amat nyata dan bukanlah suatu yang bermanfaat adanya dan
akibatnya. Maka pandailah anda mencari dan menapaki, jangan anda termasuk orang
yang menyesal dan merugi.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya: “Sungguh aku telah
tinggalkan kepada kalian, yang apabila kalian berpegang teguh kepadanya kalian
tidak akan tersesat, yaitu kitabullah (Al Qur’an) dan Sunnahku” . (Mustadrak Al
Hakim :1/95)
Dari Al-Irbadh bin Sariyyah radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda (artinya) : "Berpegang teguhlah kalian dengan
sunnahku dan sunnah Khulafa`ur Rasyidin yang mendapat petunjuk
setelahku…..." (HR. Tirmidzi 5/44 (2676): hadits HASAN SHAHIH, dan
dishahihkan pula oleh Ibnu Hibban dan Al-Hakim, disepakati oleh Imam Dzahabi)
Hudzaifah bin Al Yaman radliyallahu 'anhu berkata :
"Hai para Qari’ (pembaca Al Quran) bertaqwalah kepada Allah dan
telusurilah jalan orang-orang sebelum kamu (yaitu para Shahabat) sebab demi
Allah seandainya kamu melampaui mereka sungguh kamu melampaui sangat jauh dan
jika kamu menyimpang ke kanan dan ke kiri maka sungguh kamu telah tersesat
sejauh-jauhnya." (Al Lalikai 1/90 nomor 119, Ibnu Wudldlah dalam Al Bida’
wan Nahyu ‘anha 17, As Sunnah Ibnu Nashr 30)
Berkata Al Imam Ibnu Qoyyim :
العلم قال الله قال رسوله قال الصحابة هم أولو العرفان
ما العلم نصيبك للخلاف سفاهة بين النصوص و بين رأي فلان
Ilmu itu adalah firman Allah dan sabda Rasul-Nya
(serta) Perkataan Shahabat yang mereka adalah orang-orang yang mengerti
Bukanlah bagian ilmu untukmu, sikap orang bodoh yang mempertentangkan
antara nash-nash (Al Qur'an & As Sunnah) dengan pendapat akal si Fulani
(Al Qashidah An Nuuniyyah : Al Imam Syamsuddin Ibnu Qoyyim Al Jauziyyah)
Sekali lagi dan bahkan berulang kali :
"Mintalah anda kepada Allah berupa ilmu yang bermanfaat dan mohonlah
perlindungan kepada Allah dari ilmu yang tidak bermanfaat.
Katakanlah : وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمً Katakanlah: "Ya Tuhanku,
tambahkanlah kepadaku ilmu" (QS. Thaha : 114)
Tidak cukup sekali bahkan harus acap kali :
Selaraskan dirimu dengan Al Qur'an dan As Sunnah dan jalan Para Shahabah maka
anda akan menggapai An Najah (kesuksesan).
Hal itu tidak akan terwujud kecuali harus berilmu. Karena ilmu adalah
mendahului sebelum anda berkata dan berbuat. Sehingga anda nantinya siap
bertanggung jawab dihadapan Allah.
(artinya) "Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai ilmu
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggungan jawabnya." (Al Isra' : 36)
Dengan berdasar QS. Muhammad : 19, Al Imam Al Bukhari membawakan dalam
shahihnya bab :
العلم قبل القول و العمل
"Ilmu adalah sebelum berucap dan berbuat"
Maka Allah (dalam ayat 19 QS. Muhammad) memulai dengan (perintah untuk)
berilmu. ( lihat Shahih Al Bukhari bersama Fathul Baari 1 hal 159)
Karena ilmu adalah modal dasar dan bekal start untuk bisa berkata yang baik dan
beramal yang benar. Maka jika telah ada modal berupa ilmu selanjutnya adalah
sarana untuk beramal itu apa ? dan tujuan finishnya kemana ?
Sarananya adalah rezki yang halal dan baik (halalan thoyyiba)
Dan tujuannya adalah amalnya diterima ( amalan mutaqabbala)
Makkah Fajr - 26th April 2024
-
*Makkah Fajr *
(Surahs Sajdah & Insaan) *Sheikh Juhany*
Download 128kbps Audio
13 jam yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar