Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Tanya:
Ana pernah baca di suatu buku terjemahan (
bukan terjemahan penerbit salafy) fatwa-fatwa Syeikh Al Albani. Di sana
dituliskan tentang membawa mushaf Al Quran ke dalam WC, dengan keadaan tertutup
di dalam saku, di mana beliau membolehkannya apabila terjaga dalam keadaan
tertutup. Bagaimana sebenarnya hukum dalam permasalahan ini?
(ana sebelumnya
beranggapan tidak boleh membawa ayat Al Quran dalam keadaan bagaimana pun)
Jawab:
Waalaikumus salaam warohmatullahi
wabarokatuh
apa yang antum nukilkan dari Syekh
Al-Albani rahimahullah Ta’ala yang menyebutkan bahwa beliau membolehkan membawa
mushaf kedalam WC bila dalam keadaan tertutup dan terjaga adalah penukilan yang
benar dari Beliau rahimahullah Ta’ala.
Dan memang terjadi perselisihan dikalangan
para ulama tentang hukum membawa mushaf kedalam WC :
1) Pendapat yang tidak membolehkan
terkecuali dalam keadaan terpaksa, seperti bila dikhawatirkan dicuri dan yang
semisalnya.
Dan pendapat ini yang dikuatkan oleh Syelh
Bin Baaz rahimahullah dalam fatwanya dan Syekh Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin
rahimahullah dalam dalam kumpulan fatwanya dan juga dalam As-syarhul mumti’,
jil:1 ,ketika membahas tentang adab istinja, demikian pula Syekh Al-Fauzan
rahimahullah dalam kumpulan fatwa beliau.Mereka beralasan karena mushaf adalah
syi’ar agama ini ,dan Allah berfirman:
“Demikianlah (perintah Allah). dan
barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, Maka Sesungguhnya itu timbul dari
ketakwaan hati.” (QS.Al-Hajj:32)
2) Pendapat yang membolehkan, apabila
mushaf tersebut terjaga dan tersimpan dengan baik dalam sakunya, tidak
ditampakkan.
Dan pendapat inilah yang dikuatkan oleh
Syekh Al-Albani rahimahullah Ta’ala, sebagaimana yang beliau fatwakan dalam
salah satu kaset yang terkumpul dalam silsilah al-huda wan-nuur.
Dan beliau memiliki dua alasan:
Pertama:
asal hukumnya adalah boleh,dan tidak ada
dalil yang melarangnya.
Kedua:
mengqiyaskan membawa mushaf tersebut dengan
apa yang dihafal oleh seorang muslim berupa ayat-ayat al-qur’an, yang tentunya
tersimpan dalam hatinya. Maka tidak ada perbedaan diantara keduanya,selama
mushaf tersebut terjaga dan tersimpan dengan baik dan tidak dibuka.
Adapun ayat tersebut dapat dijadikan
sebagai dalil apabila mushaf tersebut dibuka didalam WC.
Dan pendapat terakhir inilah yang ana
pilih,wallahu A’lam.
Namun apabila memungkinkan bagi seseorang
untuk tidak membawa mushafnya ke dalam WC, tanpa ada kesulitan baginya,maka
tentunya yang demikian lebih afdhal,sebagai bentuk khuruj (keluar) dari
perselisihan dikalangan para Ulama.
Faedah:
Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah Ta’ala
membedakan antara mushaf dengan sesuatu yang didalamnya terdapat nama Allah,dan
semisalnya.
Dimana beliau memakruhkan membawa
mushaf,dan tidak memakruhkan selainnya,dengan syarat tersimpan dan tidak
dinampakkan.
Faedah kedua:
Termasuk pula dalam hal ini,
diperbolehkannya memasukkan sesuatu yang didalamnya terdapat ayat-ayat alqur’an
ataukah mushaf,seperti bila terdapat dalam HP, atau mushaf digital, dan
semisalnya.Dengan syarat tidak dinampakkan.
Wallahu A’lam bis-showab.
Oleh;
-- Al Ustadz Abu Karimah Askary --
Tidak ada komentar:
Posting Komentar