Ketika iman bersemi dalam hati sesuai tuntunan syariat, niscaya hati ini rindu terbang ke jannah dan takut siksa neraka

Kamis, 09 Agustus 2012

Hukum Membawa Mushaf Tertutup ke dalam WC


Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Tanya:
Ana pernah baca di suatu buku terjemahan ( bukan terjemahan penerbit salafy) fatwa-fatwa Syeikh Al Albani. Di sana dituliskan tentang membawa mushaf Al Quran ke dalam WC, dengan keadaan tertutup di dalam saku, di mana beliau membolehkannya apabila terjaga dalam keadaan tertutup. Bagaimana sebenarnya hukum dalam permasalahan ini?
(ana sebelumnya beranggapan tidak boleh membawa ayat Al Quran dalam keadaan bagaimana pun)
   
Jawab:
Waalaikumus salaam warohmatullahi wabarokatuh
apa yang antum nukilkan dari Syekh Al-Albani rahimahullah Ta’ala yang menyebutkan bahwa beliau membolehkan membawa mushaf kedalam WC bila dalam keadaan tertutup dan terjaga adalah penukilan yang benar dari Beliau rahimahullah Ta’ala.
Dan memang terjadi perselisihan dikalangan para ulama tentang hukum membawa mushaf kedalam WC :
1) Pendapat yang tidak membolehkan terkecuali dalam keadaan terpaksa, seperti bila dikhawatirkan dicuri dan yang semisalnya.
Dan pendapat ini yang dikuatkan oleh Syelh Bin Baaz rahimahullah dalam fatwanya dan Syekh Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin rahimahullah dalam dalam kumpulan fatwanya dan juga dalam As-syarhul mumti’, jil:1 ,ketika membahas tentang adab istinja, demikian pula Syekh Al-Fauzan rahimahullah dalam kumpulan fatwa beliau.Mereka beralasan karena mushaf adalah syi’ar agama ini ,dan Allah berfirman:
“Demikianlah (perintah Allah). dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, Maka Sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (QS.Al-Hajj:32)

2) Pendapat yang membolehkan, apabila mushaf tersebut terjaga dan tersimpan dengan baik dalam sakunya, tidak ditampakkan.
Dan pendapat inilah yang dikuatkan oleh Syekh Al-Albani rahimahullah Ta’ala, sebagaimana yang beliau fatwakan dalam salah satu kaset yang terkumpul dalam silsilah al-huda wan-nuur.
Dan beliau memiliki dua alasan:

Pertama:
asal hukumnya adalah boleh,dan tidak ada dalil yang melarangnya.

Kedua:
mengqiyaskan membawa mushaf tersebut dengan apa yang dihafal oleh seorang muslim berupa ayat-ayat al-qur’an, yang tentunya tersimpan dalam hatinya. Maka tidak ada perbedaan diantara keduanya,selama mushaf tersebut terjaga dan tersimpan dengan baik dan tidak dibuka.
Adapun ayat tersebut dapat dijadikan sebagai dalil apabila mushaf tersebut dibuka didalam WC.
Dan pendapat terakhir inilah yang ana pilih,wallahu A’lam.
Namun apabila memungkinkan bagi seseorang untuk tidak membawa mushafnya ke dalam WC, tanpa ada kesulitan baginya,maka tentunya yang demikian lebih afdhal,sebagai bentuk khuruj (keluar) dari perselisihan dikalangan para Ulama.
Faedah:
Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah Ta’ala membedakan antara mushaf dengan sesuatu yang didalamnya terdapat nama Allah,dan semisalnya.
Dimana beliau memakruhkan membawa mushaf,dan tidak memakruhkan selainnya,dengan syarat tersimpan dan tidak dinampakkan.
Faedah kedua:
Termasuk pula dalam hal ini, diperbolehkannya memasukkan sesuatu yang didalamnya terdapat ayat-ayat alqur’an ataukah mushaf,seperti bila terdapat dalam HP, atau mushaf digital, dan semisalnya.Dengan syarat tidak dinampakkan.
Wallahu A’lam bis-showab.
 Oleh;
-- Al Ustadz Abu Karimah Askary --


Tidak ada komentar:

Posting Komentar