Hati adalah bagian terpenting dalam diri
manusia selepas keberadaan ruh yang menjadi inti dasar dari segala-galanya.
Tasawwuf yang berkembang dengan pesatnya di kebanyakan negara-negara Islam,
menjadikan hati sebagai fokus pengkajian dan pusat pembahasan untuk mencapai
kedamaian dan kebahagiaan yang diridhoi Allah. Tasawwuf juga dikenal sebagai
ilmul Quluub ( ilmu tentang hati dan penyakit-penyakitnya, atau Fiqhul Quluub
(
pemahaman yang komprehensif tentang hati dan penyakitnya ). Kesehatan dan
kebersihan hati adalah suatu hal yang sangat signifikan ( significant ) dalam
Islam, sehingga kwalitas hidup, Ibadah dan perjuangan seseorang dapat
ditentukan melalui tahap kesucian dan kebersihan hatinya. Hal ini mendapat
dukungan dan pembenaran dari Nabi Muhammad SAW di dalam sabdanya;
Sesungguhnya pada jasad ( tubuh manusia ) ada
segumpal darah, apabila ia baik maka baiklah seluruh anggota jasad, dan apabila
ia rusak maka rusaklah seluruh anggota jasad, sesungguhnya ia adalah hati ( HR
Bukhori )
Baiknya hati adalah faktor penentu ( decisive factor ) kepada
baiknya seluruh anggota badan. Anggota badan yang baik adalah anggota badan
yang dapat berfungsi secara positif untuk tujuan-tujuan Ibadah demi mencapai
mardhotillah. Sesungguhnya, mata yang baik dapat melihat dengan jelas kebenaran
orang lain dan kesalahan diri sendiri, mulut yang baik selalu dihiasi dengan
zikir dan kata-kata hikmah serta jauh dari menyebut-nyebut keburukan orang lain
sebab, perbuatan itu sama dengan memakan bangkai saudara sendiri Allah
berfirman:
Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah diri
kamu dari prasangka, karena kebanyakan pransangka itu adalah dosa; dan
janganlah kamu mengintip atau mencari-cari kesalahan dan keaiban orang; dan
janganlah sebahagian kamu mengumpat sebahagian yang lain. Adakah seseorang dari
kamu suka memakan daging saudaranya yang telah mati? (Jika demikian) maka sudah
tentu kamu jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah; sesungguhnya
Allah Maha Penerima taubat, lagi Maha mengasihani. ( al Hujurat
12 )
Tangan yang baik akan sentiasa berusaha
mengambil apa-apa yang baik dan memberi yang terbaik sebagaimana lebah yang
Allah contohkan di dalam Alqur�an. Lebah mengambil sari dari bunga tanpa
perlu merusak bunga, kemudian mengeluarkan madu yang segar untuk menjadi obat
kepada manusia. Kedatangan lebah tidak sedikitpun membawa kerusakan kepada
bunga, bahkan ia membawa kebaikan yang sangat besar kepada proses perkawinan
tumbuh-tumbuhan. Sebagai seorang Mukmin kita harus berusaha membawa kebaikan
kepada sesama Muslim sebatas kemampuan yang ada, agar wujud dan keberadaan kita
menjadi sesuatu yang sangat ditunggu-tunggu dan diharapkan. Apabila hati kita
sakit maka seluruh anggota badan kita akan berfungsi secara negatif dan
destruktif ( destructive ), yang pada akhirnya membawa kepada kehancuran diri
dan reputasi sebagai seorang Mukmin yang menjadi pewaris kepada perjuangan
dakwah Nabi. Mata kita hanya berfungsi untuk mencari-cari kesalahan dan
kelemahan orang lain, mulut kita pula akan membicarakan keburukan dan
kekurangan orang lain, tangan kita akan selalu mengambil yang buruk dan
memberikan yang buruk pula, dan telinga kita hanya tertarik kepada hal-hal yang
buruk-buruk saja. Bila hal ini terjadi sesungguhnya tanpa kita sadari kewujudan
kita telah menjadi penyebab kepada perpecahan dan permusuhan di kalangan ummat
Islam, yang pada akhirnya kehadiran kita tidak lebih dari sebuah bencana yang
tak pernah diharapkan.
Semua pekerti buruk yang keluar dari hati
yang rusak dan sakit akan menjadikan hati semakin sakit dan tertutup dari
cahaya kebenaran, serta jauh dari keikhlasan. Kemudian hati akan berubah
menjadi gudang dosa yang penuh dengan timbunan dosa dan noda sehingga hati
semakin kecil dimakan oleh racun dosa sebagaimana besi dimakan oleh karat-karat
yang berada di sekelilingnya. Allah berfirman;
Sesungguhnya di dalam hati mereka ada
bermacam-macam penyakit kemudian Allah tambahkan lagi penyakit itu sehingga
hati mereka benar-benar gelap dan sakit, dan sesungguhnya Allah menyediakan
untuk mereka azab yang pedih atas sebab pendustaan yang mereka lakukan ( al
Baqoroh 10 )
Penyakit hati sangat berbahaya namun ia
jarang mendapat perhatian yang sewajarnya dari kita, karena tidak mengetahui
akan besarnya akibat yang akan timbul jika kita mengabaikannya. Kita biasanya
lebih peka kepada tuntutan jasmani dan penyakit-penyakit yang diderita oleh
jasmani kita. Bermacam-macam buku kesehatan kita koleksi dan kita baca,
berbagai macam pakar kesehatan kita datangi namun kita lupa akan penyakit yang
ada pada hati. Apakah namanya? Siapakah dokternya, mana bukunya dan apakah
obatnya.
Sesungguhnya penyakit hati sangat banyak
macam dan bentuknya seperti; cinta dunia yang berlebih-lebihan, Iri hati,
dengki, sombong, angkuh, dendam, khianat, bohong dll. Semua penyakit ini, tidak
obahnya bagaikan penyakit kanker ( cancer ) ganas yang semakin hari semakin
membesar sehingga dapat merobah bentuk dan rupa manusia menjadi hewan yang liar
dan ganas atau melebihi keganasan dan kebuasan hewan. Allah berfirman;
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk neraka
jahanam banyak dari jin dan manusia yang mempunyai hati (tetapi) tidak mahu
memahami (ayat-ayat Allah), dan yang mempunyai mata (tetapi) tidak mahu melihat
(bukti keesaan Allah) dan yang mempunyai telinga (tetapi) tidak mahu mendengar
(ajaran dan nasihat); mereka itu seperti hewan, bahkan mereka lebih sesat lagi;
mereka itulah adalah orang-orang yang lalai. ( al
A�raf 179 )
Kebersihan hati sangat diperlukan dan
merupakan modal dasar dalam mengharungi kehidupan dunia yang penuh dengan ujian
dan cobaan. Hati yang bersih dan sehat bagaikan sebuah laut yang luas tenang
dan damai, di atasnya berlabuh bahtera keimanan menuju pantai akhirat tempat
kejayaan. Laut yang tenang menerima apa saja yang dilemparkan kedalamnya tetapi
secara perlahan ia saring dan hantarkan segala bangkai dan kotoran ketepi
pantai, sebab laut yang bersih tidak mau menelan bangkai. Seorang mukmin harus
berusaha untuk dapat menerima perilaku orang-orang yang berada di sekelilingnya
dengan hati yang lapang dan penuh tenaga, kemudian secara arif menyaring dan
menanggapi segala tuduhan, fitnah maupun buruk sangka. Pada akhirnya ia dapat
mengambil yang jernih dan membuang yang keruh dengan sangat bijaksana. Kebaikan
dan keburukan adalah gendang dari sebuah kehidupan yang nyata, dan menjadi
materi utama dalam ujian kehidupan kita di dunia. Kebaikan dan keburukan bisa
muncul dari diri kita ataupun dari diri orang lain. Bila kebaikan muncul dari
diri kita ia hendaklah merupakan ibadah kepada Allah dan bukanlah sebuah
demonstrasi kebaikan untuk mendapat pujian dan sanjungan dari manusia, dan bila
kebaikan itu muncul dari orang lain ia harus dilihat sebagai sebuah kebenaran
dan kebaikan yang harus kita contoh dan teladani. Apabila keburukan muncul dari
diri kita ia adalah manifestasi dari proses penurunan iman dan kelemahan jiwa
kita yang tentunya menuntut perbaikan segera. Apabila keburukan itu muncul dari
orang lain ia adalah suatu peringatan dan teguran yang bermakna untuk kita, dan
bukanlah sarana untuk kita saling berdendam dan saling mencerca. Sebuah
keburukan tidak dapat diselesaikan dengan keburukan sebagaimana dendam tidak
dapat menyelesaikan persengketaan.
Nabi muhammad diutus sebagai rahmat untuk
sekalian alam, telah mengajarkan kita untuk bersikap pemaaf atas kesalahan
orang lain, karena kitapun tidak terlepas dari berbuat kesalahan. Bila kita
bersedia untuk memaafkan orang lain niscaya Allah akan membukakan hati orang
lain untuk memaafkan kita. Seorang Mukmin harus menyadari dan selalu merasa
bahwa kesalahannya kepada orang lain lebih besar dari kesalahan orang lain
terhadap dirinya, maka ia tidak memiliki sebab yang kuat untuk tidak memaafkan
orang lain. Dengan memaafkan orang lain kita berharap agar Allah mengampunkan
dosa kita yang tak terhitung jumlahnya. Allah berfirman;
Dan tidaklah sama (kesan dan hukum) perbuatan
baik dan perbuatan jahat. Tolaklah (kejahatan yang ditujukan kepadamu) dengan
cara yang lebih baik; apabila engkau berlaku demikian maka orang yang menaruh
rasa permusuhan terhadapmu, dengan serta merta akan menjadi seolah-olah seorang
sahabat karib. (
fussilat 34 )
Sebagai seorang mukmin kita harus berusaha
memperbanyak sahabat dan memperkecil musuh, sebab seribu sahabat masih terlalu
sedikit dalam kehidupan dunia yang luas ini, tetapi satu musuh sudah terlalu banyak
karena ia akan mempersempit serta mempengaruhi semua kegiatan harian kita. Kita
harus berusaha untuk menjadi sebuah pohon yang berbuah lebat, bila dilempar
dengan batu ia akan balas dengan melemparkan buahnya. Pohon adalah laksana iman
yang kokoh dan buahnya adalah akhlak-akhlak yang mulia, maka Mukmin yang teguh
Imannya akan menjawab kejahatan orang lain dengan Akhlak yang mulia, sebab
akhlak lebih nyaring dan jelas dari kata-kata. Sesungguhnya nilai diri kita
terletak pada tahap pengabdian dan keihklasan kita kepada Allah dan bukan pada
penilaian manusia. Biarlah kita hina pada kaca mata manusia tetapi mulia di
sisi Allah, daripada mulia di sisi manusia tetapi hina di sisi Allah. Allah
berfirman;
"sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling
bertaqwa di antara kamu, sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengerti
atas segala-sesuatu" ( al Hujurat 13 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar