Tak ada yang meragukan keperkasaannya. Sosok lelaki tangguh, berhati
lembut. Beliaulah yang begitu berjasa, mengajarkan cara menghadapi kerasnya
hidup. Mengajarkan kelembutan terhadap sesama. Beliau yang selalu menyejukkan
hati dengan nasihat yang dipetik dari kalimah-Nya atau sabda Rasulullah SAW
saat masalah menerjang hidup.
Beliau penyemangat hebat, ketika motivasi
menyusut dan hampir hilang dari lubuk jiwa putra putrinya.
Jujur kami merasa, energinya tak pernah berkurang sedikit jua, demi
mengantarkan buah hati menggapai derajat yang lebih tinggi.
Bahkan hingga detik ini. Ketika satu per satu putri dan putranya beranjak
dewasa. Dukungan itu tak pernah surut. Pun doa, kami yakin akan selalu mengalir
dari bibir basahnya. Dalam sholat. Dalam mohon yang tulus dari hati terdalam.
Dalam tangisan penuh harap, bersama tangan yang tertengadah pada Dzat Yang Maha
Pemberi.
Bapak. Bersama pendamping setia, Ibunda tercinta, tak mampu kami tulis dan
lukiskan betapa besar jasanya.
Suatu waktu ketika Umat Islam merayakan Hari Fitri. Aku memberi kabar tak
dapat kembali ke kampung. Aku mengatakan alasanku bahwa aku akan pulang tiga
pekan setelah lebaran, bertepatan dengan Walimatul Ursy adikku.
Kupikir, aku telah melukai perasaannya. Tidak hadir ketika lazimnya semua
keluarga berkumpul. Namun ternyata aku keliru. Tak ada nada sedih dari
suaranya. Aku bahkan mendapat restu, dukungan juga doanya. Agar aku diberikan
rizki berlimpah. Supaya aku dapat terus bisa memberi manfaat kepada yang lain.
Aamiiin…
Dan, sesuatu di luar dugaku terjadi tiga hari kemudian. Bapak dan Ibu
datang berkunjung. Jarak Malang Bandung ditempuhnya dengan senyum. Bersepeda
motor berdua. Ratusan kilometer menempuh beribu bahaya seperti ringan
dilaluinya.
Subhannallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar.
Lebih mengejutkan jawaban beliau manakala kami ungkapkan keberatan dan
kekhawatiran kami.
“Ini nikmat Allah yang patut Bapak dan Ibu syukuri. Tak semua orang dapat
merasakannya, Nduk. Berdua saja, menikmati indahnya ciptaan Allah di sepanjang
jalan adalah sesuatu yang jarang kami dapati. Jangan khawatir. Doakan saja
Bapak dan Ibumu ini. InsyaAllah, akan didengar oleh Allah. Dia Maha Waspada.
Tidak akan celaka kita, jika Dia tidak menghendakinya.”
Subhannallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar.
***
Rabb, ijinkan hamba mengungkapkan rasa sedih hati hamba. Kala hamba
mengingati, bahwa belum sedikit pun jasa baik itu terbalas.
Resah yang dirasakannya melihat kami dalam duka, tak akan bisa hamba tandingi oleh keresahan yang sama ketika hamba melihat beliau berduka.
Cemasnya kala menunggu hamba terlambat pulang sekolah, tak akan pernah
tersamai oleh cemas hati hamba saat menunggu kedatangan beliau dari perjalanan
panjang ke rumah kami.
Hamba sadar, sekuat apa pun usaha hamba, jasa itu tak akan pernah terbalas.
Walau begitu Tuhan… Ijinkan sisa usia beliau terlalui tanpa khawatir di
hati. Perkenankan bahagia menemani hari-hari sepi berdua bersama Bunda.
Tentramkan keping hati mereka.
Rahmati keduanya, agar senyum senantiasa terpancar di wajah-wajah lembut
itu.
Allahu Ya Muhaimin. Peliharalah mereka dari segala sakit dan marabahaya.
Allahu Ya Salaam, beri sejahteralah mereka.
Allahu Ya Kariim… Muliakan hidup mereka, dunia akhirat.
Rabbana, ampunilah dosa kedua orang tua kami dan
sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangi kami dari kami kecil hingga
kami dewasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar