Ketika iman bersemi dalam hati sesuai tuntunan syariat, niscaya hati ini rindu terbang ke jannah dan takut siksa neraka

Senin, 06 Agustus 2012

Lelaki Perkasa


Tak ada yang meragukan keperkasaannya. Sosok lelaki tangguh, berhati lembut. Beliaulah yang begitu berjasa, mengajarkan cara menghadapi kerasnya hidup. Mengajarkan kelembutan terhadap sesama. Beliau yang selalu menyejukkan hati dengan nasihat yang dipetik dari kalimah-Nya atau sabda Rasulullah SAW saat masalah menerjang hidup.
Beliau penyemangat hebat, ketika motivasi menyusut dan hampir hilang dari lubuk jiwa putra putrinya.
Jujur kami merasa, energinya tak pernah berkurang sedikit jua, demi mengantarkan buah hati menggapai derajat yang lebih tinggi.
Bahkan hingga detik ini. Ketika satu per satu putri dan putranya beranjak dewasa. Dukungan itu tak pernah surut. Pun doa, kami yakin akan selalu mengalir dari bibir basahnya. Dalam sholat. Dalam mohon yang tulus dari hati terdalam. Dalam tangisan penuh harap, bersama tangan yang tertengadah pada Dzat Yang Maha Pemberi.
Bapak. Bersama pendamping setia, Ibunda tercinta, tak mampu kami tulis dan lukiskan betapa besar jasanya.
Suatu waktu ketika Umat Islam merayakan Hari Fitri. Aku memberi kabar tak dapat kembali ke kampung. Aku mengatakan alasanku bahwa aku akan pulang tiga pekan setelah lebaran, bertepatan dengan Walimatul Ursy adikku.
Kupikir, aku telah melukai perasaannya. Tidak hadir ketika lazimnya semua keluarga berkumpul. Namun ternyata aku keliru. Tak ada nada sedih dari suaranya. Aku bahkan mendapat restu, dukungan juga doanya. Agar aku diberikan rizki berlimpah. Supaya aku dapat terus bisa memberi manfaat kepada yang lain. Aamiiin…
Dan, sesuatu di luar dugaku terjadi tiga hari kemudian. Bapak dan Ibu datang berkunjung. Jarak Malang Bandung ditempuhnya dengan senyum. Bersepeda motor berdua. Ratusan kilometer menempuh beribu bahaya seperti ringan dilaluinya.
Subhannallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar.
Lebih mengejutkan jawaban beliau manakala kami ungkapkan keberatan dan kekhawatiran kami.
“Ini nikmat Allah yang patut Bapak dan Ibu syukuri. Tak semua orang dapat merasakannya, Nduk. Berdua saja, menikmati indahnya ciptaan Allah di sepanjang jalan adalah sesuatu yang jarang kami dapati. Jangan khawatir. Doakan saja Bapak dan Ibumu ini. InsyaAllah, akan didengar oleh Allah. Dia Maha Waspada. Tidak akan celaka kita, jika Dia tidak menghendakinya.”
Subhannallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar.
***
Rabb, ijinkan hamba mengungkapkan rasa sedih hati hamba. Kala hamba mengingati, bahwa belum sedikit pun jasa baik itu terbalas.

Resah yang dirasakannya melihat kami dalam duka, tak akan bisa hamba tandingi oleh keresahan yang sama ketika hamba melihat beliau berduka.
Cemasnya kala menunggu hamba terlambat pulang sekolah, tak akan pernah tersamai oleh cemas hati hamba saat menunggu kedatangan beliau dari perjalanan panjang ke rumah kami.
Hamba sadar, sekuat apa pun usaha hamba, jasa itu tak akan pernah terbalas.
Walau begitu Tuhan… Ijinkan sisa usia beliau terlalui tanpa khawatir di hati. Perkenankan bahagia menemani hari-hari sepi berdua bersama Bunda. Tentramkan keping hati mereka.
Rahmati keduanya, agar senyum senantiasa terpancar di wajah-wajah lembut itu.

Allahu Ya Muhaimin. Peliharalah mereka dari segala sakit dan marabahaya.
Allahu Ya Salaam, beri sejahteralah mereka.
Allahu Ya Kariim… Muliakan hidup mereka, dunia akhirat.
Rabbana, ampunilah dosa kedua orang tua kami dan sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangi kami dari kami kecil hingga kami dewasa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar