Setelah diturunkan ke muka bumi, mulailah babak-babak kehidupan
di dunia dijalani oleh Adam dan Hawa alaihimas salam. Allah Ta'ala menaqdirkan
dengan HikmahNya yang Maha Sempurna, bahwa turunnya Adam dan Hawwa' di muka
bumi ini dengan tempat yang terpisah jauh setelah keduanya berkumpul berduaan
selalu di surga Allah. kemaksiyatan
yang dilakukan oleh keduanya menyebabkan
terjadinya perpisahan yang menyedihkan. Bagaimana tidak menyedihkan, ketika
Adam diciptakan oleh Allah Ta'ala dalam keadaan sendirian di surga, dia merasa
kesepian dan sangat memerlukan adanya teman hidup untuk mengusir kesepian yang
mengepungnya. Dan ketika Allah Ta'ala akhirnya menciptakan teman hidupnya yaitu
Hawwa' sebagai pasangan serta istrinya, Adam mulai mencintai teman hidupnya
ini. Di saat itulah perpisahan keduanya ketika diturunkan di dunia dengan
tempat turun yang berjauhan antara satu dengan lainnya. Maka kehidupan di muka
bumi dimulai dengan kesedihan perpisahan dari kekasih. Adam diturunkan di India
dan Hawwa' diturunkan di Jeddah dekat Makkah. Dua tempat yang sangat berjauhan
ketika bumi hanya diliputi hutan belantara yang sangat dahsyat. Adam dan Hawwa'
alaihimassalam menangis dan menangis ketika sampai di bumi demi melihat betapa
sengsaranya kehidupan di dunia ini dibandingkan dengan kehidupan di surga
Allah. Al Imam Al Auza'ie meriwayatkan dari Hasan bin Athiyyah bahwa Adam dan
Hawwa' menangis ketika turun di bumi selama enampuluh tahun karena menyesali
berbagai kenikmatan di surga yang tidak didapati lagi oleh keduanya di bumi
ini. Keduanya juga menagis karena menyesali dosa yang dilakukan oleh keduanya.
Demikian Ibnu Katsir membawakan riwayat tersebut dalam Al Bidayah Wan Nihayah
jilid 1 hal. 74.
Namun Adam dan Hawwa' tidak boleh terus menerus larut dalam
kesedihannya. Allah Ta'ala menurunkan malaikat Jibril alaihis salam ke bumi
untuk mengajari keduanya berbagai cara bercocok tanam untuk mendapatkan bahan
makanan yang layak untuk dikonsumsi keduanya dan kelak anak cucunya. Maka
mulailah keduanya menjalani perjuangan hidup didunia dengan segenap pahit
getirnya kehidupan.
KESEPIAN DALAM KESENDIRIAN :
Naluri kemanusian pada Adam dan Hawwa' menumbuhkan keresahan
pada keduanya dalam posisi kesendirian di tempat masing-masing yang saling
berjauhan satu dengan yang lainnya. Tumbuh rasa kesepihan pada keduanya dan
keinginan untuk saling berjumpa untuk menumpahkan kerinduan yang semakin
mendera. Juga naluri sebagai hamba Allah Ta'ala menumbuhkan keresahan pada
keduanya ketika merindukan suasana penuh suara dzikir tasbih, tahmid dan takbir
mengagungkan Allah Ta'ala sebagaimana yang biasa keduanya mendengar dan
menyaksikannya pada majlis para Malaikat di surga Allah sebelum keduanya
diturunkan ke bumi. Maka Adampun menyampaikan keluhan dan rintihannya kepada
Allah Ta'ala, karena hanya Dialah yang bisa mendengar segala keluhan hambaNya
dan hanya Dia yang dapat memberi segala permintaan hambaNya.
Diriwayatkan oleh At Thabari dalam Tarikhnya bahwa Ibnu Abbas
radhiyallahu anhuma menceritakan : “Adam diturunkan di India dan Hawwa'
diturunkan di Juddah, maka datanglah Adam mencari Hawwa' untuk keduanya
berkumpul kembali dan Hawwa' mendekat kepada Adam, sehingga dinamakanlah tempat
itu dengan Muzdalifah dan mulailah keduanya saling kenal mengenal di Arafat
sehingga tempat itu dinamakan Arafat, dan berkumpullah keduanya di Jam'in
sehingga tempat itu dinamakan Al Jam'u dan Adam diturunkan di sebuah gunung di
negeri India yang dinamakan Baudza”. Demikian Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma
menceritakan. Beliau meriwayatkan pula bahwa masa perpisahan antara Adam dan
Hawwa' setelah diturunkan di dunia ialah seratus tahun.
At Thabari meriwayatkan pula cerita Atha' bin Abi Rabah :
“Ketika Adam kehilangan suara-suara tasbih, tahmid, dan takbir mengagungkan
Allah Ta'ala yang biasa didengar olehnya dari para Malaikat, maka Adampun
merasa kesepian sehingga diapun mengadukan rintihan kesepiannya itu kepada
Allah Azza Wa Jalla dalam do'anya dan sholatnya. Maka Adampun diarahkan untuk
menuju Makkah, sehingga jadilah tempat dia menapakkan kakinya dalam perjalanan
menuju Makkah dari India itu, desa-desa yang bakal ditempati oleh anak cucunya
nanti, dan jurang-jurang. Sehingga sampailah ia ke Makkah, dan ketika itu Allah
turunkan batu mulia dari batu mulya yang ada di surga tepat di tempat
dibangunnya Ka'bah sekarang ini, sehingga Adampun berthawaf padanya
terus-menerus sampai akhirnya Allah mengirim angin topan sehingga angin itu
mengangkat batu mulia tersebut kembali ke langit. Kemudian setelah itu Allah
Ta'ala mengutus Ibrahim Al Khalil alaihis salam maka diapun membangunnya tempat
bekas thawafnya Adam itu. Inilah makna firman Allah Ta'ala dalam surat Al Haj
26 (yang artinya) : Dan ingatlah ketika Kami menempatkan Ibrahim di tempat Al
Bait (yakni Ka'bah rumah Allah)”.
Diriwayatkan pula oleh At Thabari dengan sanadnya dari Ibnu
Abbas radhiyallahu anhuma bahwa beliau bercerita : “Ketika Adam dan Hawwa
melanggar larangan Allah di surgaNya, Allah Ta'ala menyatakan kepada keduanya :
Maka demi kemulyaanKu, sungguh-sungguh Aku akan menurunkanmu ke bumi, sehingga
di sana kamu tidak akan mendapatkan keperluan hidup, kecuali dengan susah
payah. Sehingga keduanyapun turun ke bumi dari surgaNya. Semula keduanya di
surga memakan buah-buahan yang telah tersedia, maka ketika keduanya sudah
diturunkan di bumi, keduanya memakan buah-buahan yang tidak tersedia dan juga
makan makanan dan minuman yang tidak tersedia seperti di surga. Akan tetapi
harus dengan susah payah untuk mendapatkannya. Maka mulailah Adam diajari
bagaimana cara membikin besi dan diperintahkan untuk bercocok tanam, sehingga
Adampun mulai bercocok tanam dan membikin upaya pengairan terhadap tanah
pertaniannya. Sehingga ketika tanam-tanaman itu mulai menguning siap untuk
dipetik, Adampun memetik hasil pertaniannya itu dan menumbuknya untuk mengupas
kulitnya dan terus menumbuknya untuk membikin tepung. Setelah menjadi tepung
Adam mengadoni tepung itu terus memanggangnya di atas api sehingga menjadi roti
sehingga Adam dan Hawwa' menyantapnya”.
Al Allamah Izzuddin Abil Hasan Ali bin Abil Karam Muhammad bin
Muhammad bin Abdil Karim bin Abdil Wahid Asyaibani yang terkenal dengan Ibnul
Atsir meriwayatkan dalam kitabnya yang terkenal Al Kamil Fit Tarikh jilid 1
halaman 39, bahwa semua proses bercocok tanam dan kemudian membikin roti yang
dilakukan oleh Adam dan Hawwa' itu dipandu dan dibimbing dengan pengajaran dari
Malaikat Jibril yang Allah kirim ke bumi untuk mengajari Adam dan Hawwa'
berbagai cara menjalani hidup di dunia yang penuh dengan cerita pahit getirnya
perjuangan mempertahankan hidup.
MENJALANI HIDUP DENGAN BERANAK CUCU :
Adam dan Hawwa' ditaqdirkan oleh Allah Ta'ala untuk menjadi
suami istri guna menjadi sebab lahirnya anak- anak Adam dan kemudian memenuhi
kehidupan di muka bumi ini. Diriwayatkan oleh Al Imam At Thabari dalam
Tarikhnya dari Ibnu Abbas dari Nabi Muhammad sallallahu alaihi wa aalihi
wasallam bahwasanya beliau bersabda : “Allah Ta'ala mengambil perjanjian dari
punggung Adam di tempat yang bernama Na'man di Arafah. Maka Allah mengeluarkan
dari punggung Adam calon anak turunannya dalam bentuk sesuatu yang bisa dilihat
oleh mata, kemudian mereka diletakkan di depan kedua mata Adam dan Allahpun
mengajak bicara mereka, maka Allah berfirman : Bukankah Aku ini adalah Tuhan
sesembahan kalian ? Mereka calon manusia itu menjawabNya : Bahkan kami
mempersaksikan yang demikian itu. Persaksian demikian ini Kami lakukan agar
jangan sampai nanti di hari kiamat kalian menolak keputusan adzab Kami atas
perbuatan dosa kalian, dengan mengatakan : Oo, kami lupa sehingga kami berbuat
demikian. Atau kalian mengatakan : Sesungguhnya yang berbuat syirik itu adalah
nenek moyang kami sebelum kami lahir di dunia, sedangkan kami adalah anak cucu
mereka sesudah generasi mereka. Apakah pantas Engkau Ya Allah, akan membinasakan
kami sebagai akibat perbuatan orang- orang ahli batil dari nenek moyang kami”.
Ibnul Atsir dalam Al Kamil Fit Tarikh jilid 1 halaman 39
meriwayatkan : “Kemudian Allah turunkan Adam dari posisinya di puncak gunung
(yaitu tempat pertama kali dia diturunkan di muka bumi ini) ke lembah gunung
itu dan Allah jadikan dia sebagai pimpinan di muka bumi ini atas penghuninya
waktu itu yang terdiri dari kalangan jin dan binatang melata dan burung-burung
serta berbagai jenis hewan yang lainnya. Maka Adam mengadukan keresahannya
kepada Allah Ta'ala dengan mengatakan : Wahai Tuhanku, tidakkah di muka bumi
ini tidak ada yang bertasbih kepadaMu selain aku ? Maka Allah Ta'ala menjawab :
Aku akan mengeluarkan dari sulbimu, anak keturunanmu yang nantinya mereka
selalu bertasbih dan bertahmid kepadaKu dan Aku akan jadikan padanya
rumah-rumah yang di sana dipanjatkan berbagai dzikir kepadaKu, juga Aku akan
membikin padanya satu rumah yang mendapatkan kekhususan dariKu dengan kemulyaan
dariKu dan akan Aku namakan dia sebagai RumahKu. Aku akan jadikan ia sebagai
tempat yang mulya yang dijamin adanya keamanan padanya. Maka barangsiapa yang
memulyakan rumahKu itu dalam rangka memulyakanKu, Aku pasti akan memberikan
kemurahan kepadanya, dan barangsiapa menakut-nakuti orang yang mengunjungi
rumahKu itu, maka sungguh dia telah menantang perlindunganKu padanya dan
melecehkan kehormatanKu. Rumah itu adalah rumah yang pertama kali di muka bumi
dibangun di muka bumi. Barangsiapa yang melakukan perjalanan untuk menuju
kepadanya dengan niat semata-mata untukKu dan tidak untuk yang lainnya, maka
dia menjadi tamuKu dan sepantasnya atas orang yang mulya untuk memulyakannya
sebagai tamu Allah dan menolong segala keperluannya. Dan engkau wahai Adam,
hendaknya menziaraihi rumahKu itu selama engkau masih hidup di dunia ini.
Kemudian akan menziarahinya ummat-ummat dan generasi demi generasi serta para
Nabi-Nabi dari anak cucumu nanti sepeninggal engkau. Kemudian Allah ta'ala
memerintahkan Adam untuk menziarahi Al Baital Haram di Makkah”.
Demikianlah ketentuan Allah Ta'ala bagi kehidupan Adam dan
Hawwa' serta anak cucunya. Keduanya menjalani kehidupan sebagai suami istri
guna dengan sebab itu Allah tentukan kelahiran anak cucunya dalam kehidupan
dunia ini. Ibnu Atsir meriwayatkan dalam Al Kamil Fit Tarikh bahwa pergaulan
suami istri Adam dan Hawwa' mengakibatkan hamilnya Hawwa' dan kemudian
melahirkan anak dengan kembar sepasang laki dan perempuan. Dan setelah itu
Hawwa' selalu melahirkan anak kembar sepasang laki dan perempuan sampai dua
puluh kalahiran dan anaknya yang lahir sebanyak empat puluh dengan lelaki dua
puluh orang dan perempuan dua puluh orang. Dan mulailah ramai kehidupan rumah
tangga Adam dan Hawwa', sehingga mulailah muncul problem-problem rumah tangga
itu sebagai konsekwensi kehidupan rumah tangga di dunia.
www.alghuroba.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar