Allah Ta’ala berfirman:
ادعوني أستجب لكم“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.” (QS. Ghafir: 60)
Allah Azza wa Jalla juga berfirman:
وإذا سألك عبادي عني فإني قريب أجيبُ دعوة الداعِ إذا دعان
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku.” (QS. Al-Baqarah: 186)
Kedua ayat di atas menjelaskan bahwa doa adalah amalan yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala dan amalan yang sangat dianjurkan. Dan ini menunjukkan bahwa doa itu adalah ibadah dan amalan yang dicintai oleh Allah Ta’ala. Karenanya telah shahih dalam hadits An-Nu’man bin Basyir radhiallahu anhu bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ
“Doa adalah ibadah.” (HR. Abu Daud no. 1264, At-Tirmizi no. 2895, dan Ibnu Majah no. 3818)
Dan dalam hadits Abu Dzar radhiallahu anhu: Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: Allah Ta’ala berfirman dalam hadits qudsi:
يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ قَامُوا فِي صَعِيدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُونِي فَأَعْطَيْتُ كُلَّ إِنْسَانٍ مَسْأَلَتَهُ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمَّا عِنْدِي إِلَّا كَمَا يَنْقُصُ الْمِخْيَطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ
“Hai hamba-hambaKu, seandainya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang belakangan serta semua jin dan manusia berdiri di atas dataran yang sama, lalu mereka semua memohon kepada-Ku, kemudian masing-masing Aku penuhi permintaannya, maka hal itu tidak akan mengurangi apa yang ada di sisi-Ku, melainkan hanya seperti air yang melekat pada jarum jika dia dimasukkan ke dalam lautan.” (HR. Muslim no. 4674)
Dalam surah Al-Baqarah di atas, Allah Ta’ala telah berjanji bahwa Dia pasti akan mengambulkan setiap doa hamba-Nya, dan Dia tidak akan menyelisihi janjinya. Hanya saja, pengabulan ini mempunyai syarat dan ketentuan dan cara pengabulannya pun berbeda-beda. Semua ini dijelaskan dalam hadits Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلَا قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلَّا أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلَاثٍ إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ وَإِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنْ السُّوءِ مِثْلَهَا
“Tidaklah seorang muslim yang berdoa dengan doa yang tidak mengandung dosa dan tidak untuk memutus tali kekeluargaan, kecuali Allah akan memberinya tiga kemungkinan: Doanya akan segera dikabulkan, atau akan ditunda sampai di akhirat, atau ia akan dijauhkan dari keburukan yang semisal.” (HR. Ahmad no. 10709)
Di antara adab terbesar dalam berdoa adalah menengadahkan kedua tangan ke atas. Dari Salman Al-Farisi radhiallahu anhu dia berkata: Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَيَسْتَحِي أَنْ يَبْسُطَ الْعَبْدُ إِلَيْهِ يَدَيْهِ يَسْأَلُهُ خَيْرًا فَيَرُدَّهُمَا خَائِبَتَيْنِ
“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla malu jika seorang hamba membentangan kedua tangannya kepada-Nya seraya meminta kebaikan, lalu ditolaknya dengan sia-sia.” (HR. Ahmad no. 22600)
Dalam hadits Abu Said di atas, Nabi shallallahu alaihi wasallam menyebutkan dua sebab tertolaknya doa yaitu: Doanya mengandung maksiat dan doanya untuk memutuskan silaturahmi. Sebab lain tertolaknya doa adalah mengonsumsi makanan dan minuman yang haram, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Abu Hurairah radhiallahu anhu dari Nabi shallallahu alaihi wasallam beliau bersabda:
أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لَا يَقْبَلُ إِلَّا طَيِّبًا وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ فَقَالَ: { يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنْ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ }. وَقَالَ: { يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ }
ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ
“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu baik. Dia tidak akan menerima sesuatu melainkan yang baik pula. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin seperti yang diperintahkan-Nya kepada para Rasul. Firman-Nya: ‘Wahai para Rasul! Makanlah makanan yang baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.’ Dan Allah juga berfirman: ‘Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah rezeki yang baik-baik yang Telah menceritakan kepada kami telah kami rezekikan kepadamu.’” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menceritakan tentang seroang laki-laki yang telah lama berjalan karena jauhnya jarak yang ditempuhnya. Sehingga rambutnya kusut, masai dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdo’a: “Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku.” Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dengan makanan yang haram, maka bagaimanakah Allah akan memperkenankan do’anya?” (HR. Muslim no. 1686)
Sebab yang lain dari tertolaknya doa adalah jika orang yang berdoa tergesa-gesa ingin melihat doanya dikabulkan atau dia berputus asa dalam berdoa. Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:
لَا يَزَالُ يُسْتَجَابُ لِلْعَبْدِ مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ مَا لَمْ يَسْتَعْجِلْ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الِاسْتِعْجَالُ قَالَ يَقُولُ قَدْ دَعَوْتُ وَقَدْ دَعَوْتُ فَلَمْ أَرَ يَسْتَجِيبُ لِي فَيَسْتَحْسِرُ عِنْدَ ذَلِكَ وَيَدَعُ الدُّعَاءَ
“Doa seseorang senantiasa akan dikabulkan selama ia tidak berdoa untuk perbuatan dosa ataupun untuk memutuskan tali silaturahim dan tidak tergesa-gesa.” Seorang sahabat bertanya; ‘Ya Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan tergesa-gesa? ‘ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: ‘Yang dimaksud dengan tergesa-gesa adalah apabila orang yang berdoa itu mengatakan; ‘Aku telah berdoa dan terus berdoa tetapi belum juga dikabulkan’. Setelah itu, ia merasa putus asa dan berhenti berdoa.” (HR. Muslim no. 4918)
Orang yang berdoa juga harus mempunyai keyakinan yang mantap dalam berdoa bahwa doanya akan dikabulkan. Kapan dia tidak yakin maka itu akan menjadi sebab tertolaknya doa tersebut. Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِذَا دَعَا أَحَدُكُمْ فَلَا يَقُلْ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي إِنْ شِئْتَ وَلَكِنْ لِيَعْزِمْ الْمَسْأَلَةَ وَلْيُعَظِّمْ الرَّغْبَةَ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يَتَعَاظَمُهُ شَيْءٌ أَعْطَاهُ
“Jika salah seorang dari kalian berdoa maka janganlah sekali-kali ia berkata; ‘Ya Allah ampunilah aku jika Engkau kehendaki, ‘ akan tetapi hendaklah ia serius dalam meminta dan membesarkan harapannya (akan dikabulkan), karena bagi Allah Azza wa Jalla tidak ada sesuatu yang bagi-Nya merasa kewalahan untuk memberikannya.” (HR. Muslim no. 4838)
Di antara adab-adab lain dalam berdoa adalah:
1. Bersuci sebelumnya.
2. Memuji Allah dan bershalawat kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam sebelum berdoa.
3. Menyesali semua dosa yang telah dilakukan.
4. Berdoa pada waktu dan tempat yang mustajabah. Di antara waktu mustajabah adalah: Sepertiga malam terakhir setiap malam, antara adzan dan iqamah, ketika sujud baik di dalam maupun di luar shalat, dan setelah ashar pada hari jumat menurut pendapat sebagian ulama.
5. Khusyu’ dalam berdoa.
6. Berbaik sangka kepada Allah bahwa doanya pasti dikabulkan.
7. Menghadap kiblat ketika berdoa.
8. Bersedekah sebelum berdoa, karena sedekah termasuk sebab terbesar dikabulkannya doa.
9. Berdoa dengan doa-doa yang Nabi shallallahu alaihi wasallam telah ajarkan dalam hadits-hadits yang shahih.
http://al-atsariyyah.com/sebab-sebab-tertolaknya-berdoa.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar