Berkata Syaikh Al-Albany dalam Qiyamu Ramadhan hal. 23-25 : “Adapun bacaan
dalam sholat lail pada Qiyam Ramadhan dan selainnya, maka Nabi shollallahu
‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam tidak menetapkan suatu batasan tertentu yang
tidak boleh dilampaui dengan bentuk tambahan maupun pengurangan. Kadang beliau
membaca pada setiap raka’at sekadar “Ya Ayyuhal Muzzammil” dan ia (sejumlah)
dua puluh ayat dan kadang sekadar lima puluh ayat.
Dan beliau bersabda :
“Siapa yang sholat dalam semalam dengan seratus ayat maka tidaklah ia terhitung
dalam orang-orang yang lalai”
“… dengan dua ratus ayat maka sungguh ia terhitung dari orang-orang yang Qonit
(Khusyu’, panjang sholatnya,-pent.) lagi Ikhlash”
Dan beliau shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam pada suatu malam dan
beliau dalam keadaan sakit membaca tujuh (surah) yang panjang, yaitu surah
Al-Baqarah, Ali ‘Imran, An-Nisa`, Al- Ma`idah, Al-An’am, Al-A’raf dan
At-Taubah.
Dan dalam kisah sholat Hudzaifah bin Al-Yaman di belakang Nabi ‘Alaihish
Sholatu was Salam bahwa beliau shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam
membaca dalam satu raka’at Al-Baqarah kemudian An-Nisa’ kemudian Ali ‘Imran dan
beliau membacanya lambat lagi pelan.
Dan telah tsabit (syah, tetap) dengan sanad yang paling shohih bahwa ‘Umar
radhiyallahu ‘anhu tatkala memerintah Ubay bin Ka’ab sholat mengimami manusia
dengan sebelas raka’at dalam Ramadhan, maka Ubay radhiyallahu ‘anhu membaca dua
ratus ayat sampai orang-orang yang di belakangnya bersandar di atas tongkat
karena lamanya berdiri dan tidaklah mereka bubar kecuali pada awal-awal fajar.
Dan juga telah shohih dari ‘Umar bahwa beliau memanggil para pembaca Al-Qur`an
di bulan Ramadhan kemudian beliau memerintah orang yang paling cepat bacaannya
untuk membaca 30 ayat, orang yang pertengahan (bacaannya) 25 ayat dan orang
yang lambat 20 ayat.
Dibangun di atas hal tersebut, maka kalau seseorang sholat sendirian disilahkan
memperpanjang sholatnya sesuai dengan kehendaknya, dan demikian pula bila ada
yang sholat bersamanya dari
kalangan orang yang sepakat dengannya (dalam memperpanjang,-pent.), dan semakin
panjang maka itu lebih utama, akan tetapi jangan ia berlebihan dalam
memperpanjang sampai menghidupkan seluruh malam kecuali kadang-kadang, dalam
rangka mengikuti Nabi shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam yang bersabda
:
“Dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad (shollallahu ‘alaihi wa ‘ala
alihi wasallam)”
Dan apabila ia sholat sebagai imam maka hendaknya ia memperpanjang dengan
sesuatu yang tidak memberatkan orang-orang di belakangnya, berdasarkan sabda
beliau shollallahu ‘alaihi wa
‘ala alihi wa sallam :
“Apabila salah seorang dari kalian Qiyam mengimami manusia maka hendaknya ia
memperingan sholatnya karena pada mereka ada anak kecil, orang besar, pada
mereka orang lemah, orang sakit dan orang yang mempunyai keperluaan. Dan
apabila ia Qiyam sendiri maka hendaknya ia memperpanjang sholatnya sesuai
dengan kehendaknya”.”
Demikian keterangan Syaikh Al-Albany tentang bacaan pada Qiyamul lail, adapun
dalam sholat witir, berikut ini beberapa hadits yang menjelaskannya,
diantaranya adalah hadits Ubay bin Ka’ab
riwayat Imam Ahmad dan lain-lainnya, beliau berkata :
“Adalah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam membaca pada
witir dengan “Sabbihisma Rabbikal A’la”, “Qul Ya Ayyuhal Kafirun” dan “Qul
Huwallahu Ahad”. Apabila beliau salam, belaiu berkata : “Subhanal Malikil Quddus”3
tiga kali.” (Dishohihkan oleh Syaikh Muqbil dalam Al-Jami’Ash-Shohih
2/160-161.)
Dan dalam hadits ‘Abdurrahman bin Abi Abza riwayat Ahmad dan lainnya, beliau
berkata : “Sesungguhnya beliau membaca pada witir dengan “Sabbihisma Rabbikal
A’la”, “Qul Ya Ayyuhal
Kafirun” dan “Qul Huwallahu Ahad”. Apabila beliau salam, belaiu berkata :
“Subhanal Malikil Quddus, Subhanal Malikil Quddus, Subhanal Malikil Quddus.”
dan beliau mengangkat suaranya
dengan itu .” (Dishohihkan oleh Syaikh Muqbil dalam Al-Jami’Ash-Shohih 2/161.)
Berdasarkan dua hadits di atas, Ats-Tsaury, Ishaq dan Abu Hanifah menganggap
sunnah membaca tiga surah di atas dalam sholat witir. Imam Malik dan
Asy-Syafi’iy juga menganggap sunnah hal tersebut namun mereka dalam raka’at
ketiga selain dari surah Al-Ikhlash juga menganggap sunnah menambahnya dengan
surah Al-Falaq dan surah An-Nas. Namun hadits mengenai tambahan dua surah
tersebut dianggap lemah oleh Imam Ahmad, Ibnu Ma’in dan Al- ‘Uqaily, karena itu
seharusnya orang yang sholat witir tiga raka’at hanya terbatas dengan membaca
surah Al-Ikhlash pada raka’at ketiga.
Syaikh Al-Albany dalam Sifat Sholat An-Nabi hal. 122 (Cet. Kedua Maktabah
Al-Ma’arif) juga menshohihkan hadits bahwa membaca dalam raka’at witir dengan
seratus ayat dari An-Nisa`.
Baca : Al-Mughny 2/599-600, Al-Majmu’ 2/599 dan Syarhus Sunnah 4/98.
Makkah 'Isha - 25th December 2024
-
*Makkah Isha *
(Surah Hashr: Ayaah 18-24) *Sheikh Baleelah*
Download 128kbps Audio
5 jam yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar