Oleh: Asy Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan
Segala puji bagi Allah yang telah mengutamakan bulan Ramadhan daripada bulan-bulan lainnya, dan
mengkhususkannya dengan Lailatul Qadr, yang lebih baik dari seribu bulan.
Semoga shalawat dan salam tercurah kepada nabi kita
Muhammad, kepada keluarga dan para sahabatnya, amma ba’du;
Allah subhanahu wata'ala berfirman,
إِنَّا
أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ * فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ
“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang
diberkahi, dan Sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu
dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” (Ad Dukhan: 3-4)
Allah subhanahu wata'ala juga berfirman,
إِنَّا
أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ *وَمَا
أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ *لَيْلَةُ
الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ *تَنَزَّلُ
الْمَلائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ *سَلامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al
Quran) pada Lailatul Qadr. Dan tahukah kamu apakah Lailatul Qadr itu?
Lailatul Qadr itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun
malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur
segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (Al Qadr:
1-5)
Malam itu terjadinya pada malam di bulan Ramadhan yang
diberkahi,
شَهْرُ
رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ
الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan
yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia
dan penjelasan-penjelas an mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak
dan yang bathil). “ (Al Baqarah: 185)
Diharapkan terjadinya malam itu pada 10 hari terakhir bulan
ramadhan, berdasarkan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam,
تحروا
ليلة القدر في العشر الأواخر من رمضان
“Carilah Lailatul Qadr di sepuluh hari terakhir bulan
Ramadhan.” (Dikeluarkan oleh Al Bukhari [2020] dan Muslim [1169])
Maka sudah seharusnya berijtihad, berupaya keras di setiap
malam sepuluh terakhir ini untuk mendapatkan Lailatul Qadr. Nabi shallallahu
alaihi wasallam telah bersabda,
من قام
ليلة القدر إيمانا واحتسابا غُفر له ما تقدم من ذنبه
“Barang siapa yang menegakkan Lailatul Qadr dalam keadaan
beriman dan mengharap pahala dari Allah ta’ala, maka diampunilah dosa-dosanya
yang telah berlalu.”
Dan Allah ta’ala pula telah mengkhabarkan bahwa Lailatul
Qadr lebih baik daripada seribu bulan. Malam ini disebut sebagai Lailatul Qadr
karena pada malam inilah ditentukan apa yang terjadi dalam tahun tersebut
berdasarkan firman Allah ta’ala,
فِيهَا
يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ
“Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh
hikmah.”
Ini adalah takdir sanawi (takdir tahunan) yang merupakan
takdir khusus. Adapun takdir yang umum, maka ini telah dimulai limapuluh ribu
tahun sebelum penciptaan langit dan bumi, sebagaimana di dalam hadits-hadits
yang sahih dalam masalah ini.
Dikatakan pula bahwa malam ini disebut Lailatul Qadr karena
agung dan mulianya kedudukan malam ini. Dan makna firman Allah ta’ala,
خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
“Lebih baik dari seribu bulan.” Yaitu menegakkan malam
tersebut dan beramal ibadah di dalamnya lebih baik daripada beramal di dalam
seribu bulan yang tidak ada Lailatul Qadrnya. Dan mencari Lailatul Qadr di
malam-malam yang ganjil adalah lebih besar kesempatannya, karena sabda Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam,
اطلبوها في العشر الأواخر في ثلاث يبقين أو سبع يبقين أو تسع يبقين
“Carilah pada sepuluh malam terakhir, ketika tersisa tiga, tujuh
atau sembilan (malam).” (Dikeluarkan oleh Al Imam Al
Bukhari [2021,2022] dengan lafazh yang mirip)
Dan malam yang ke duapuluh tujuh adalah malam yang
diharapkan (jatuhnya Lailatul Qadr –pent), karena ucapan banyak sahabat
bahwasanya ia jatuh pada malam yang keduapuluh tujuh. Di antara mereka adalah
Ibnu Abbas, Ubai bin Ka’ab dan yang selain keduanya.
Dan hikmah dari tersamarnya Lailatul Qadr ini adalah agar
kaum muslimin bersungguh-sungguh di dalam peribadahan di sepuluh malam
terakhir, sebagaiman tersembunyinya sebuah waktu (yaitu waktu terkabulnya doa
–pent) di hari jumat agar kaum muslimin bersungguh-sungguh (beribadah) seharian
penuh.
Dan mustahab (sunah) bagi seorang muslim untuk memperbanyak
doa pada malam tersebut, karena doa pada malam itu akan Allah kabulkan.
Hendaknya dia berdoa dengan apa yang telah warid dari Aisyah radhiyallahu
'anha, bahwasanya dia bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam,
“Wahai Rasulullah, jika kami mendapatkan malam tersebut,
dengan doa apa kami meminta?”
Maka Rasulullah mengatakan, “Ucapkanlah:
اَللَّهُمَّ
إِنَّكَ عَفُوٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
ALLAHUMMA INNAKA AFUWUN, TUHIBBUL AFWA FA’FU ‘ANNI
“Ya Allah sungguh engkau Maha Pemaaf, dan suka memberi
ampunan, maka ampunilah aku.”
(Dikeluarkan oleh Ahmad dan Ibnu Majah, dikeluarkan oleh At
Tirmizi [3513], Ibnu Majah [3850], Al Hakim [1/530], dan Al Hakim mengatakan,
“Shahih dengan syarat Al Bukhari dan Muslim,” dan disepakati oleh Adz Dzahabi)
Maka wahai kaum muslimin, bersungguh-sungguhl ah kalian
pada malam yang diberkahi ini!
Bersungguh-sungguhl ah melaksanakan shalat, doa, istighfar,
dan amalan-amalan shalih!
Karena ini adalah sebuah kesempatan, kesempatan yang tidak
selalu bisa diperoleh.
Allah subhanahu wata'ala telah mengabarkan bahwa malam ini
adalah lebih baik daripada seribu bulan. Dan seribu bulan itu lebih dari 80
tahun. Ini adalah masa yang panjang apabila seorang manusia menghabiskan
seluruh waktu tersebut dalam ketaatan kepada Allah. Dan satu malam ini, yaitu
Lailatul Qadr, lebih baik daripada itu.
Ini adalah keutamaan yang besar, dan malam ini hanya
terjadi pada bulan ramadhan, dan presisinya lebih besar di sepuluh malam
terakhir. Apabila seorang muslim bersungguh-sungguh (beribadah) di setiap malam
Ramadhan, maka dia pasti memperoleh Lailatul Qadr dan diharapkan dia akan
memperoleh kebaikan malam tersebut.
Bagi orang-orang yang diberikan taufik oleh Allah, perkara
manakah yang keutamaannya lebih besar daripada keutamaan Lailatul Qadr ini?
Maka bersemangatlah!
Bersemangatlah untuk mendapatkan Lailatul Qadr, semoga
Allah merahmati kalian!
Bersungguh-sungguhl ah dengan amalan-amalan shalih agar
kalian mendapatkan ganjarannya!
Karena seorang disebut al mahrum (yang terhalang)
adalah yang dihalangi dari pahala. Dan siapa yang berlalu darinya masa-masa
(kesempatan) ampunan, yang tersisa baginya adalah dia membawa dosa, diakibatkan
lalainya, berpalingnya dia, serta tidak adanya kepedulian! Dia inilah yang
terhalang (dari ampunan Allah –pent).
Wahai para pelaku kemaksiatan!
Bertaubatlah kalian kepada Rabb kalian!
Mintalah ampunan kepadanya!
Sungguh pintu taubat telah dibuka bagi kalian!
Dan Allah telah memanggilmu untuk menuju pintu taubat ini,
Allah telah memberikan masa-masa kebaikan, di mana kebaikan dilipatgandakan dan
kejelekan-kejelekan dihapuskan. Maka ambillah olehmu sebab-sebab keberhasilan
ini!
Segala puji hanya bagi Allah, dan semoga shalawat serta
salam tercurah kepada nabi kita, keluarga, serta sahabat-sahabatnya.
(Diterjemahkan untuk blog www.ulamasunnah. wordpress. com
dari:
إتحاف أهل الإيمان بدروس شهر رمضان
karya Asy Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan, dars ke 26)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar