Jumlah Raka’at Sholat
Tarawih
Berkata Ibnu ‘Abdil Barr dalam Al-Istidzkar 2/99 : “Dan para Ulama telah
sepakat bahwa tidak ada batasan dan tidak ada ukuran tertentu dalam sholat lail
dan ia adalah sholat nafilah (sunnah). Siapa yang berkehendak maka ia dapat
memperpanjang berdiri dan mengurangi raka’at, dan siapa yang berkehendak maka ia
dapat memperbanyak ruku’ dan sujud.”
Terdapat perselisihan pendapat di kalangan para ulama tentang jumlah raka’at
sholat Tarawih. Menurut Abu Hanifah, Ats-Tsaury, Asy-Syafi’iy, Ahmad dan
lain-lainnya bahwa jumlah raka’at sholat Tarawih tanpa witir adalah 20 raka’at.
Dan pendapat ini oleh Al-Qhody ‘Iyadh dan selainnya disandarkan kepada pendapat
Jumhur Ulama.
Disisi lain Imam Malik berpendapat bahwa jumlah raka’at sholat Tarawih adalah
36 raka’at. Dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Al-Fatawa 23/112-113 menyebutkan
bahwa Imam Ahmad memberi nash bahwa 20, 36 (tanpa witir), 11 dan 13 (dengan
witir) semuanya adalah bagus.
Tarjih
Dalam hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha riwayat Al-Bukhary dan Muslim, beliau
berkata :
“Tidaklah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam menambah dalam
Ramadhan dan tidak (pula) pada yang lannya melebihi 11 raka’at”
Dan juga dalam hadits 'Aisyah radhiyallahu ‘anha riwayat Muslim, beliau berkata
: “Rasulullah shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam sholat antara selesainya
dari sholat isya` sampai sholat fajr (sholat subuh) sebelas raka'at, Beliau
salam setiap dua raka'at dan witir dengan satu raka'at”.
Dan juga disebutkan jumlah 13 raka’at dalam hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallahu
‘anhuma riwayat Al-Bukhary dan Muslim, beliau berkata :
“Adalah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam sholat di malam
hari 13 raka’at” Dan dalam hadits Zaid bin Kholid Al-Juhany radhiyallahu ‘anhu
riwayat Muslim, beliau berkata :
“Sungguh saya akan mengamati sholat Rasulullah shollallahu 'alaihi wa 'ala
alihi wa sallam di malam hari maka beliau sholat dua raka'at ringan kemudian
beliau sholat dua raka'at panjang, panjang, panjang sekali kemudian beliau
sholat dua raka'at lebih pendek dari dua raka'at sebelumnya kemudian beliau sholat
dua raka'at dan keduanya lebih pendek dari dua raka'at sebelumnya kemudian
beliau sholat dua raka'at dan keduanya lebih pendek dari dua raka'at sebelumnya
kemudian beliau sholat dua raka'at dan keduanya lebih pendek dari dua raka'at
sebelumnya kemudian beliau berwitir maka itu (jumlahnya) tiga belas raka'at”.
Berkata Ibnu ‘Abdil Barr : “Kebanyakan atsar menunjukkan bahwa sholat beliau
adalah 11 raka’at dan diriwayatkan juga 13 raka’at.”
Namun 11 dan 13 raka’at ini bukanlah pembatasan. Dan siapa yang ingin sholat
lebih dari itu maka tidaklah mengapa berdasarkan hadits ‘Abdullah bin ‘Umar
radhiyallahu ‘anhuma riwayat Al-
Bukhary dan Muslim, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam
bersabda :
“Sholat malam dua-dua, apabila engkau khawatir (masuknya) waktu shubuh maka
(hendaknya) ia sholat witir satu raka'at maka menjadi witirlah sholat yang
telah ia lakukan".
Demikian pendapat yang dikuatkan oleh Al-Lajnah Ad-Da`imah yang diketuai oleh
Syaikh Ibnu Baz dan juga merupakan pendapat Syaikh Ibnu ‘Utsaimin, Syaikh
Muqbil dan lain-lainnya.
Adapun Syaikh Al-Albany beliau berpendapat akan wajibnya terbatas pada 11 atau
13 raka’at.
Dan Syaikh Al-Albany dalam Sholatut Tarawih hal. 19-21 (Cet. Kedua) menjelaskan
dengan lengkap bahwa hadits yang mengatakan bahwa Nabi shollallahu ‘alaihi wa
‘ala alihi wa sallam
melakukan sholat Tarawih 20 raka’at adalah hadits yang lemah sekali.
Dan di hal. 48-56, Syaikh Al-Albany menegaskan lemahnya penisbatan pelaksanaan
20 raka’at pada ‘Umar bin Khoththob disertai dengan nukilan pelemahan dari
beberapa Imam dan beliau sebutkan bahwa yang benar dari ‘Umar adalah
pelaksanaan 11 raka’at.
Dan di hal. 65-71, beliau menerangkan bahwa tidak ada nukilan yang syah dari
seorang shahabatpun tentang pelaksanaan Tarawih 20 raka’at.
Dan di hal. 72-74, beliau membantah sangkaan sebagian orang yang mengatakan
bahwa syari’at sholat Tarawih 20 raka’at merupakan kesepakatan para ulama.
Baca pembahasan tentang masalah di atas dalam : Al-Istidzkar 2/68-70, 95,
Al-Majmu’ 3/527, Thorhut Tatsrib 3/97-98, Fathul Bari 4/252, Al-Mughny
2/601-604, Al-Inshof 2/180, Nailul Author 3/57, Fatawa Al-Lajnah Ad-Da`imah
7/194-198, Asy-Syarh Al-Mumti’ 4/65-77, Majmu’ Fatawa wa Rasa`il Syaikh Ibnu
‘Utsaimin 14/187-189 dan Taudhih Al-Ahkam 2/410-415 (Cet. Kelima).
Jumlah Raka’at Sholat Witir
Ada beberapa hadits yang menjelaskan tentang jumlah raka’at sholat witir
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam, diantaranya adalah :
Dari ‘Abdullah bin Abi Qais radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata :
“Saya berkata kepada ‘Aisyah : “Berapa kebiasaan Rasulullah shollallahu ‘alaihi
wa ‘ala alihi wa sallam melakukan witir?,” beliau menjawab : “Adalah beliau
melakukan witir dengan empat dan
tiga, dengan enam dan tiga, dengan delapan dan tiga dan dengan sepuluh dan tiga,
tidaklah pernah beliau melakukan witir kurang dari tujuh dan tidak (pula) lebih
dari tiga belas”.”
(Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Daud, Ath-Thohawy, Al-Baihaqy dan lain-lainnya.
Sanadnya Jayyid menurut Syaikh Al-Albany dalam Sholatut Tarawih hal. 83-84 (Cet.
Kedua) dan
dihasankan oleh Syaikh Muqbil dalam Al-Jami’ Ash-Shohih 2/162-163)
Dan dari Abu Ayyub Al-Anshory radhiyallahu ‘anhu riwayat Abu Daud, An-Nasa`i,
Ibnu Majah dan lain-lainnya, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa
sallam bersabda :
“Witir adalah haq atas setiap muslim, maka siapa yang suka untuk witir dengan 5
(raka’at) maka hendaknya ia kerjakan, siapa yang suka untuk witir dengan 3
(raka’at) maka hendaknya ia kerjakan dan siapa yang suka untuk witir dengan 1
(raka’at) maka hendaknya ia kerjakan.”
(Dishohihkan oleh Syaikh Al-Albany dalam Sholatut Tarawih hal. 84 (Cet. Kedua)
dan dihasankan oleh Syaikh Muqbil dalam Al-Jami’ Ash-Shohih 2/163. Dan Ibnu
Rajab dalam Fathul Bari menyebutkan bahwa Abu Hatim, An-Nasa`i, Al-Atsram dan
lain-lainnya menguatkan riwayat hadits ini secara mauquf.)
Dari dua hadits di atas dan beberapa hadits yang akan datang diketahui bahwa
pelaksanaan witir Nabi shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam tidaklah
kurang dari 7 raka’at dan tidak lebih dari 13 raka’at, dan beliau juga memberi
tuntunan bolehnya witir dengan 5, 3, dan 1 raka’at. Dan pelaksanaan witir 1
raka’at adalah boleh menurut jumhur Ulama dari kalangan Shahabat, Tabi’in dan
para Imam yang mengikuti mereka
dengan baik.
Adapun bentuk pelaksanaannya adalah sebagai berikut :
_ Bila witirnya 11 dan 13 raka’at maka dengan cara salam untuk setiap dua
raka’at dan
ditambah satu raka’at.
_ Bila witirnya 9 raka’at maka dengan cara dua kali tasyahhud, yaitu tasyahhud
pada raka’at
kedelapan tanpa salam kemudian berdiri ke raka’at sembilan tasyahhud kemudian
salam.
_ Bila witirnya 7 raka’at maka boleh tidak tasyahhud kecuali di akhir kemudian
salam, dan juga
boleh tasyahhud pada raka’at keenam tanpa salam lalu melanjutkan raka’at
ketujuh
kemudian tasyahhud dan salam.
_ Bila witirnya 5 raka’at maka tidak tasyahhud kecuali di akhirnya kemudian
salam.
_ Bila witirnya 3 raka’at maka boleh dua cara dengan ketentuan tidak menyerupai
sholat maghrib menurut pendapat yang paling kuat, yaitu :
1. Melakukan 3 raka’at sekaligus dengan sekali tasyahhud dan salam.
2. Melakukan 2 raka’at lalu salam kemudian berdiri lagi 1 raka’at lalu salam.
_ Bila witirnya dengan 1 raka’at maka tentunya dengan satu kali salam.
Masalah jumlah raka’at witir ini telah diterangkan oleh Ibnu Rajab secara
meluas dan mendetail lengkap dengan uraian perbedaan pendapat para Ulama. Dan
kesimpulan ringkas di atas adalah kesimpulan dari keterangan Syaikh Ibnu
‘Utsaimin dalam masalah ini. Wallahu Ta’ala A’lam.
Baca pembahasan masalah ini dalam : Al-Istidzkar 2/106-107, Fathul Bari karya
Ibnu Rajab 6/198-210, Asy-Syarh Al-Mumti’ karya Ibnu ‘Utasimin 4/18-21,
Al-Mughny 2/578 dan 588, Bidayatul Mujtahid 1/200, Thorhut Tatsrib 3/78 dan
Nailul Author 3/36-40.
Makkah Fajr - 25th November 2024
-
*Makkah Fajr *
(Surah Ale ‘Imraan: Ayaah 98-115) *Sheikh Juhany*
Download 128kbps Audio
1 jam yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar