Ketika iman bersemi dalam hati sesuai tuntunan syariat, niscaya hati ini rindu terbang ke jannah dan takut siksa neraka

Minggu, 21 Agustus 2011

Hukum Sholat Ied


Penulis: Asy-Syaikh Muhammad bin Sholih Al-‘Utsaimin rahimahullah

Al-Lajnah Daimah Lil Buhuts Al-‘Ilmiyyah, KSA
 
Syaikh Muhammad bin Sholih Al-‘Utsaimin ditanya:”Apa hukum sholat ‘Ied?”

Jawab: Yang saya fahami bahwa sholat ‘Ied adalah fardlu ‘ain, sehingga tidak boleh bagi kaum laki-laki untuk meninggalkannya. Mereka harus menggadirinya, karena Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkannya,
bahkan beliau juga memerintahkan para gadis pingitan untuk ikut keluar menuju sholat ‘ied. Bahkan beliau juga memerintahkan orang yang haid untuk datang juga meskipun mereka harus menjauh dari tempat sholat. Hal ini menunjukkan akan pentingnya perkara tersebut. Pendapat yang saya sebutkan inilah yang rajih dan diambil oleh Syaikhul Islam Ibn Taimiyah rahimahullah.

Tetapi sebagaimana sholat Jum’at jika tidak mengerjakannya, seseorang tidak perlu mengqodlonya, sebab tidak ada dalil yang menunjukkan kewajibannya. Ia tidak harus melakukan sholat apapun sebagai penggantinya, karena sholat jum’at jika ketinggalan mengerjakannya maka penggantinya adalah sholat Dzuhur, karena ia adalah waktu Dzuhur. Adapun jika ketinggalan sholat ‘ied maka ia tidak usah mengqadlo.

Nasehat saya untuk saudaraku kaum muslimin hendaknya bertaqwa kepada Allah, melaksanakan sholat ini yang bersisi kebaikan dan do’a, bertemunya manusia satu dengan yang lain, serta menumpahkan rasa kasih saying dan cinta. Sekiranya manusia diundang untuk menghadiri permainan tentu Anda akan melihat mereka bersegera mendatanginya, lalu bagaimana jika yang memanggil (mengundang) mereka adalah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam untuk melakukan sholat ini yang dengannya mereka mendapat pahala Allah Azza wa Jalla sesuai dengan janji-Nya kepada mereka?

Yang perlu diperhatikan bagi wanita yang pergi menuju sholat ‘ied, mereka harus menjauhi tempat laki-laki, mereka berada dibagian belakang tempat sholat yang jauh dari laki-laki, dan jangan keluar dalam keadaan/kodisi berhias ataupun bertabarruj, hal ini sebagaimana terjadi pada jaman Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau memerintahkan kaum wanita untuk ikut keluar menuju tempat sholat, ada yang berkata:’Ya Rasulullah, diantara kami ada yang tidak memiliki jilbab’. Maka Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:”Hendaknya saudarinya meminjamkan jilbab kepadanya”1).

Jilbab adalah baju panjang atau pakaian yang sejenis mantel. Hal ini menunjukkan kewajiban wanita untuk memakai jilbab jika keluar, karena ketika Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang wanita yang tidak mempunyai jilbab beliau tidak mengatakan hendaklah ia keluar dengan pakaian semampunya, tetapi beliau mengatakan:”Hendaknya saudarinya meminjamkan jilbab kepadanya”.

Dan bagi imam sholat ‘ied, jika berkhutbah di depan kaum laki-laki hendaknya juga mengkhususkan khutbah di depan kaum wanita jika mereka tidak mendengar khutbah di depan kaum laki-laki. Tetapi jika mereka bias mendengarkannya, maka hal itu sudah cukup. Hanya yang lebih utama dalam akhir khutbah menyinggung khusus hukum-hukum wanita sebagai nasehat dan untuk mengingatkan mereka sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau berkhutbah pada kaum laki-laki lalu beliau berjalan menuju kaum wanita lalu menasehati dan mengingatkan mereka.2)

Soal ke-3 dari fatwa no. 9555

Soal: Sholat ‘iedul Fithri dan Adha apakah wajib atau Sunnah, dan apakah hukuman bagi orang yang meninggalkannya?

Jawab: Sholat ‘iedul Fithri dan Adhah adalah Fardlu kifayah, sebagain ahli ilmi berpendapat bahwa hukum sholat ‘iedul fithri dan Adhah adalah Fardlu ‘Ain seperti sholat Jum’at; maka tidaklah semestinya bagi seorang muslim untuk meninggalkannya.

Wabillahi Taufiq, sholawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad, keluarganya serta para sahabatnya.

Al-Lajnah Daimah Lilbuhuts Al-‘Ilmiyyah Wal Ifta’

Anggota: Abdullah bin Gudyan

Wakil Ketua: Abdur Rozaq ‘Afifi

Ketua: Abdul Aziz bin Baaz

السؤال الثالث من الفتوى رقم (9555)

س3: صلاة العيدين الفطر والأضحى هل هي واجبة أم سنة، وما هي الذنوب على الذي يتركها؟

ج3: صلاة العيدين: الفطر والأضحى، كل منهما فرض كفاية، وقال بعض أهل العلم: أنهما فرض عين كالجمعة؛ فلا ينبغي للمؤمن تركها.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم .

اللجنة الدائمة للبحوث العلمية والإفتاء

عضو، نائب رئيس اللجنة، الرئيس

عبدالله بن غديان، عبدالرزاق عفيفي، عبدالعزيز بن عبدالله بن باز

Soal ke-2 dari fatwa no. 6505

Soal: Apakah sholat ‘ied wajib bagi wanita; apabila ia wajib apakah yang terbaik ia lakukan, apakah dilakukan di rumah atau di lapangan?

Jawab: Sholat ‘ied tidaklah wajib bagi wanita akan tetapi ia adalah sunnah; dan hal yang terbaik yang mesti ia lakukan adalah ia melakukannya di lapangan bersama kaum muslimin dikarenakan Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada kaum wanita yang demikian.

Wabillahi Taufiq, sholawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad, keluarganya serta para sahabatnya.

Al-Lajnah Daimah Lilbuhuts Al-‘Ilmiyyah Wal Ifta’

Anggota: Abdullah bin Qu’ud

Anggota: Abdullah bin Gudyan

Wakil Ketua: Abdur Rozaq ‘Afifi

Ketua: Abdul Aziz bin Baaz

السؤال الثاني من الفتوى رقم (6505)

س2: هل صلاة العيد واجبة على المرأة، وإن كانت واجبة فهل تصليها في المنزل أو في المصلى؟

ج2: ليست واجبة على المرأة ولكنها سنة في حقها، وتصليها في المصلى مع المسلمين؛ لأن النبي صلى الله عليه و سلم أمرهن بذلك.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم .

اللجنة الدائمة للبحوث العلمية والإفتاء

عضو، عضو، نائب رئيس اللجنة، الرئيس

عبدالله بن قعود، عبدالله بن غديان، عبدالرزاق عفيفي، عبدالعزيز بن عبدالله بن باز



Catatan Kaki:

1)HR.Bukhori 324; Muslim 890.

2) Fatawa Arkanil Islam, soal no. 330.

http://abdurrahman.wordpress.com/2007/10/05/hukum-sholat-iedain/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar