Ketika iman bersemi dalam hati sesuai tuntunan syariat, niscaya hati ini rindu terbang ke jannah dan takut siksa neraka

Kamis, 11 Oktober 2012

Mengapa Allah Menimpakan Adzab Atas HambaNya?


Ummat Islam di abad kelima belas Hijriah ini sedang menyaksikan berbagai malapetaka di dunia yang menimpa dan mengepung Dunia Islam. Abad ini dimulai dengan tontonan petaka atas Ummat Islam Iran dengan kemunculan tokoh spiritual Iran Ayatullah Khumaini dengan gerakan revolusinya. Khumaini memberangus segala kegiatan keagamaan Ummat Islam di Iran dengan alasan bahwa negara berdasarkan madzhab Syiah Imamiyah, karena itu segala
madzhab yang lainnya harus dimusnahkan dari bumi Iran. Kemudian setahun setelah itu, tepatnya th. 1979, Uni Sovyet (sekarang Rusia) menyerbu Afghanistan sehingga terjadi petaka yang amat memilukan pada kaum Muslimin di sana. Allah Ta`ala menggerakkan kaum Muslimin di sana untuk melawan pasukan pendudukan Uni Sovyet. Perlawanan di sana dipelopori oleh As-Syaikh Jamilur Rahman rahimahullah dan kemudian diikuti oleh para pemimpin perlawanan yang lainnya. Sementara itu penderitaan rakyat Palestina semakin menjadi-jadi di bawah tekanan pemerintah penjajah Zionis Israel. Penderitaan tersebut melahirkan perlawanan frontal rakyat Palestina yang terkenal dengan istilah Intifada. Di Filipina selatan dan Thailan selatan juga menyala api peperangan terhadap Ummat Islam di sana. Kemudian terjadi pula pembantaian besar-besaran Umat Islam di wilayah Balkan yang meliputi Bosnia, Kroasia dan Chechya. Ummat Islam di sana juga melakukan perlawanan yang dahsyat. Kemudian di Indonesia yang Ummat Islamnya mayoritas, ternyata tidak juga luput dari perang salib yang mengakibatkan jatuhnya korban besar pada Ummat Islam dalam beberapa peristiwa pembantaian di Jawa Timur (Banyuwangi dan sekitarnya) dengan isu pembantaian dukun santet oleh orang yang tidak dikenal yang diistilahkan pasukan ninja. Di Sambas (Kalimantan Barat), dan Sampit (Kalimantan Tengah), dengan isu pembantaian orang-orang Madura oleh orang-orang Dayak. Di Poso (Sulawesi Tengah) dengan alasan kerusuhan Sara (Suku, Ras, dan Agama). Di Maluku dan Maluku Utara terjadi juga peristiwa pembantaian kaum Muslimin di sana, juga dengan isu sebagai kerusuhan SARA. Dan sejak tanggal 11 September 2002, Amerika Serikat mengumumkan perang salib yang lebih dahsyat dengan kamuflase sebagai perang melawan teroris, sampai hari ini. Deretan peristiwa petaka yang menimpa kaum Muslimin di dunia ini menyiratkan bahwa abad ke lima belas Hijriyah adalah abad petaka yang mengepung dunia Islam.

BEBERAPA AMALAN YANG MENDATANGKAN KEMURKAAN ALLAH TA`ALA
Untuk mengenal sifat-sifat Allah Ta`ala tidak lain haruslah dikembalikan kepada berita yang pasti, yaitu berita Al-Qur’an dan Al-Hadits. Demikian pula tentunya dalam perkara pengenalan kita tentang kemurkaan Allah Ta`ala yang sedang kita bincangkan tentangnya. Allah Ta`ala telah memperkenalkan diri-Nya kepada Bani Israil dalam firman-Nya di Al-Qur’an sebagai berikut:
(ayat)
“Wahai Bani Israil, sungguh Kami telah menyelamatkan kalian dari musuh-musuh kalian, dan Kami telah berjanji kepada kalian di sisi sebelah kanan gunung Thursina dan Kami telah menurunkan kepada kalian madu manna dan burung salwa. Makanlah oleh kalian yang baik-baik dari apa yang Kami rizkikan kepada kalian dan janganlah kalian berbuat durhaka pada-Nya. Niscaya akan menimpa kalian kemurkaan-Ku. Maka barang siapa yang menimpanya kemurkaan-Ku, niscaya dia akan binasa. Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, dan beramal shalih, kemudian tetap di jalan yang benar.” (Thaha: 80 – 82)

Al-`Allamah Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya terhadap ayat-ayat ini menerangkan sebagai berikut: “Makanlah dari rizki yang Aku anugerahkan kepada kalian dan janganlah kalian melampaui batas dalam perkara rizki-Ku itu, dengan cara menggunakannya untuk sesuatu yang tidak jelas keperluannya dan kalian melanggar apa yang Aku perintahkan kepada kalian dalam penggunaannya, sehingga akibatnya Aku-pun murka terhadap kalian.” (Tafsir Al-Qur’anil Adhim, Al-Imam Al-Jalil Al-Hafidh Isma’il bin Katsir Al Qurasyi Ad-Dimasyqi, jilid 3 hal. 161, Al-Maktabah At-Tijariyah Al-Kubra – Mesir, cet. Th. 1356 H / 1937 M).
Maka yang menjadi sebab datangnya kemurkaan Allah itu diantaranya adalah tidak mensyukuri nikmat-Nya. Kemudian juga telah diberitakan oleh Allah Ta`ala kepada Bani Isra’il tentang sebab lain yang mendatangkan kemurkaan-Nya. Sebagaimana hal ini telah diberitakan dalam Al-Qur’an sebagai berikut:
(ayat)
“Sesungguhnya orang-orang yang menjadikan patung anak sapi sebagai sesembahannya selain Allah, maka akan menimpa mereka kemurkaan Tuhan dan kehinaan dalam kehidupan dunia. Demikianlah Kami membalas perbuatan orang-orang yang membikin kepalsuan. Dan adapun orang-orang yang berbuat kejelekan, kemudian dia bertaubat setelah berbuat dan beriman, maka sesungguhnya Tuhanmu sungguh Maha pengampun dan penyayang.” (Al-A’raf: 152 – 153)

Demikianlah Allah tegaskan bahwa perbuatan syirik (yakni menyekutukan Allah dengan yang lain-Nya) adalah perbuatan yang mendatangkan kemurkaan-Nya. Dan kemurkaan-Nya itu akan berujud kehinaan dalam kehidupan di dunia.
Kemudian Allah Ta`ala selanjutnya menjelaskan tentang orang-orang yang dimurkai oleh-Nya dan sebab-sebab datangnya kemurkaan-Nya sebagai berikut:
(artinya) “Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah (yakni Al Qur’an), Allah tidak akan memberi petunjuk kepada mereka dan bagi mereka adzab yang pedih. Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta. Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman, dan hatinya senang dengan kekafiran itu, maka atas mereka kemurkaan Allah dan adzab-Nya yang besar. Kecuali mereka yang dipaksa untuk kufur dan hatinya tetap mantap dengan keimanan (maka yang demikian ini tidaklah berdosa). Kemurkaan dan adzab Allah atas orang kafir itu disebabkan karena mereka mencintai kehidupan di dunia lebih dari akherat, dan bahwasanya Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang kafir. Mereka itulah orang-orang yang telah ditutup oleh Allah pada hati, penglihatan dan pendengarannya dan mereka itulah orang-orang yang lalai. Maka tidak ada keraguan lagi bahwa mereka di akherat nanti adalah orang-orang yang merugi.” (An-Nahl: 104 – 109).

Demikianlah Allah Ta`ala menjelaskan lebih rinci bahwa sebab datangnya kemurkaan-Nya adalah sikap kufur kepada Al-Qur`an dan As-Sunnah dan membuat kedustaan. Kemurkaan Allah terhadap orang-orang yang demikian itu dalam bentuk ditutupnya hati, akal dan pikirannya serta pendengaran dan penglihatannya dari petunjuk Allah dan adzab Allah atas mereka di dunia dan di akherat.
Selanjutnya kita dapati kepastian dari Allah Ta`ala dalam Al-Qur’an tentang sebab yang mendatangkan kemurkaan Allah sebagai berikut:
(ayat)
“Dan barangsiapa yang membunuh seorang Mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah neraka Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya dan mengutukinya serta menyediakan adzab yang besar baginya.” (An-Nisa’: 93)

Membunuh seorang Muslim yang telah diharamkan oleh syariah Allah adalah dosa besar yang mendatangkan kemurkaan Allah dan adzabnya di dunia dan akhirat.
Juga telah diberitakan oleh Allah Ta`ala kutukan kemurkaan-Nya kepada sekelompok Bani Israil sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an sebagai berikut ini:
(artinya) “Katakanlah: Maukah aku beritakan kepada kalian tentang orang-orang yang lebih jelek balasannya di sisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuk dan dimurkai Allah. Di antara mereka ada yang dijadikan kera dan babi, dan orang yang menyembah thaghut (yakni syaithan). Mereka itu adalah orang-orang yang paling jelek kedudukannya dan paling sesat jalannya. Dan apabila mereka mendatangi kalian, merekapun mengatakan: “Kami telah beriman.” Padahal mereka datang kepadamu dengan kekafirannya dan mereka pergi darimu dengan kekafirannya pula. Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan. Dan kamu akan melihat, kebanyakan dari mereka bersegera membuat dosa, permusuhan dan memakan yang haram. Sesungguhnya amat buruk apa yang telah mereka kerjakan itu. Mengapa orang-orang pendeta (pimpinan agama kalangan Nasrani) dan rahib (pimpinan agama kalangan Yahudi) tidak melarang mereka mengucapkan perkataan bohong dan memakan yang haram? Sesungguhnya amat buruk apa yang mereka kerjakan itu.” (Al-Maidah: 60 – 63).
Demikianlah penjelasan Allah Ta`ala, bahwa kutukan-Nya terhadap Bani Isra’il telah menjadikan sekelompok mereka berubah bentuk menjadi babi dan monyet, dan sebagian lagi menjadi orang-orang yang menghamba kepada syaithan. Kehidupan mereka yang dikutuk oleh Allah itu didominasi oleh berbagai kemungkaran dan permusuhan di antara sesama mereka dan meninggalkan kewajiban amar ma’ruf (yakni menyeru manusia kepada kebaikan) dan meninggalkan kewajiban nahi munkar (yakni kewajiban mencegah manusia dari perbuatan mungkar).
Telah diterangkan pula oleh Allah Ta`ala dalam Al-Qur’an, ancaman-Nya untuk memurkai kaum Mu’minin bila mereka hanya pandai berkata apa-apa yang semestinya diamalkan. Hal ini dinyatakan oleh-Nya dalam firman-Nya berikut ini:
(ayat)
“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang kamu tidak kerjakan? Amat besar kemurkaan Allah bila kalian hanya berkata apa-apa yang kalian tidak perbuat.” (Ash-Shaf: 2 – 3). 


Poses Turunnya Adzab Allah Ta`ala

Selanjutnya Allah Ta`ala mengingatkan kepada kita bagaimana Ia menurunkan adzab-Nya kepada suatu kaum. Hal ini sebagaimana firman-Nya berikut ini:
(artinya) “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus para Rasul kepada ummat-ummat sebelum kamu. Kemudian Kami siksa mereka dengan menimpakan kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka bermohon kepada Allah dengan tunduk dan merendah diri. Maka mengapa mereka tidak memohon kepada-Nya dengan tunduk merendah diri ketika datang siksaan Kami pada mereka. Akan tetapi hati mereka menjadi keras dan syaithanpun menampakkan kepada mereka seakan apa yang mereka kerjakan sebagai sesuatu yang indah. Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka. Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka. Sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami datangkan siksaan Kami atas mereka dengan sekonyong-konyong. Maka ketika itu mereka terdiam putus asa. Sehingga orang-orang dhalim itu dimusnahkan sampai keakar-akarnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Katakanlah: Terangkanlah kepadaku, jika Allah mencabut pendengaran dan penglihatan serta menutup hatimu, siapakah tuhan selain Allah yang kuasa mengembalikannya kepadamu? Perhatikanlah, bagaimana Kami berkali-kali memperlihatkan tanda-tanda kebesaran Kami, kemudian mereka tetap berpaling juga. Katakanlah: Terangkanlah kepadaku, jika datang siksaan Allah kepadamu dengan sekonyong-konyong atau terang-terangan, maka adakah yang dibinasakan Allah selain dari orang-orang yang dhalim? Dan tidaklah Kami mengutus para Rasul itu melainkan untuk memberi kabar gembira dan peringatan. Barangsiapa yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, mereka akan ditimpa siksa disebabkan mereka selalu berbuat fasik.”. (Al-An’am: 42 – 49)

Demikianlah proses diturunkannya adzab Allah Ta`ala yang dimulai dengan datangnya utusan Allah kepada suatu kaum, tetapi seruan, nasehat dan peringatan utusan Allah itu diabaikan oleh kaum itu sehingga Allah melimpahkan kemakmuran materi atas kaum itu. Akibatnya mereka semakin besar kesombongannya dan semakin besar pula semangat penolakannya terhadap agama Allah Ta`ala. Di saat yang demikian itulah Allah Ta`ala menurunkan adzab-Nya dengan sekonyong-konyong dan membinasan segala-galanya. Diterangkan pula di ayat lain, bagaimana proses datangnya adzab Allah pada suatu kaum, sebagaimana firman Allah Ta`ala berikut ini:
(ayat)
“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mereka mentaati Allah). Tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, sehingga sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (Al-Isra’: 16)

Demikianlah memang kenyataannya, para pembesar negeri selalu mempelopori tindak kejahatan dan kedurhakaan terhadap agama Allah Ta`ala. Sehingga akibat dari berbagai kemaksiatan yang mereka lakukan, maka kedurhakaan kepada agama Allah merajalela di negeri itu. Akibatnya tidak ada lagi yang menjadi penahan kemurkaan Allah, sehingga adzab-Nya pun turun pada negeri itu.

P  e  n  u  t  u  p

Demikianlah perkenalan kita dengan salah satu dari sunnatullah yang berkenaan dengan adzab-Nya. Dan tidak akan ada perubahan pada sunnatullah dimana saja dan kapan saja serta pada siapa saja. Oleh karena itu berhati-hatilah kita dari bahaya ancaman berlakunya sunnatullah ini bila pada diri kita atau masyarakat, bangsa dan negara kita terdapat sebab-sebab datangnya adzab Allah Ta`ala. Jangan sampai kita merasa aman dari kemungkinan datangnya adzab-Nya. Karena yang merasa aman dari kemungkinan tersebut, hanyalah orang-orang munafiq yang hatinya tidak dihinggapi cahaya keimanan kepada Allah Ta`ala.    


&&&&&&&

Tidak ada komentar:

Posting Komentar