Ketika iman bersemi dalam hati sesuai tuntunan syariat, niscaya hati ini rindu terbang ke jannah dan takut siksa neraka

Rabu, 10 Oktober 2012

Pintu Keluar dari Adzab Allah


 Adzab Allah Ta`ala itu bisa juga berfungsi sebagai peringatan dari-Nya bagi hamba-hamba Allah yang masih mampu berfikir dengan benar dengan akal sehat. Demikianlah kehendak Allah Ta`ala dengan menimpakan berbagai adzab-Nya di muka bumi, agar menjadi peringatan bagi hamba-hamba Allah dari kalangan manusia dan jin. Allah berfirman:

(ayat)
“Telah nyata kerusakan di muka bumi di daratan atau di lautan sebagai akibat perbuatan manusia, agar Allah merasakan kepada mereka sebagian dari apa yang mereka kerjakan, semoga dengan itu mereka kembali kepada kebenaran.” (Ar-Rum: 41)

Al-Imam Ibnu Abi Hatim meriwayatkan tafsir Ibnu Abbas terhadap ayat ini sebagai berikut: “Kerusakan itu ialah dengan berkurangnya barakah karena ulah para hamba Allah, agar dengan demikian mereka mau bertaubat.” (Tafsir Ibnu Abi Hatim jilid 9 hal 3092 riwayat ke 17500).

Adapun pengertian bertaubat kepada Allah Ta`ala itu sebagai pintu keluar dari adzab-Nya ialah kembali beramal dan menegakkan pengamalan agama-Nya. Hal ini sebagaimana yang telah diterangkan oleh Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam dalam sabdanya berikut ini:
(hadits1)
“Apabila kalian berjual beli dengan cara Al-`Inah[1], dan kalian memegangi ekor-ekornya sapi, dan kalian senang dengan pertanian sehingga kalian meninggalkan jihad karenanya; maka Allah akan menimpakan kepada kalian kehinaan. Tidak akan bisa menghilangkan kehinaan itu, sehingga kalian kembali kepada agama kalian.” (HR. Abu Dawud dalam Sunannya hadits ke 3462).

Maka meninggalkan kewajiban Jihad fi sabilillah itu menyebabkan datangnya adzab Allah Ta`ala dalam bentuk kehinaan dan jalan keluarnya untuk selamat dari adzab Allah itu adalah kembali menjalankan agama Allah.      
Dalam pada itu, Allah Ta`ala dengan rahmat-Nya yang meliputi segala sesuatu juga telah memberikan jalan keluar dari kepungan adzab-Nya. Hal ini sebagaimana yang Allah Ta`ala nyatakan dalam firman-Nya sebagai berikut:
(ayat)
“Dan tidak akan Allah menurunkan adzab atas mereka sedangkan engkau ada di tengah-tengah mereka. Juga Allah tidak akan mengadzab mereka sedangkan mereka meminta ampun kepada Allah.” (Al-Anfal: 33)

Dalam ayat ini Allah Ta`ala menegaskan bahwa tertahannya adzab-Nya itu pada suatu kaum, bila kaum itu memohon ampun kepada Allah Ta`ala atas dosa-dosanya dan bertaubat atas kedurhakaannya terhadap Allah. Keberadaan Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam di tengah-tengah mereka, juga menjadi sebab tertahannya adzab Allah. Dan sepeninggal beliau, penahan adzab Allah itu hanyalah tinggal istighfar (permohonan ampunan-Nya) dan bertaubat dari segala kedurhakaan kepada-Nya. Ibnu Abbas radliyallahu `anhuma menerangkan: “Sesungguhnya Allah telah menjadikan di ummat ini dua jaminan keamanan sehingga mereka tetap saja terjaga dan diselamatkan dari kengerian adzab Allah selama kedua jaminan itu ada di tengah mereka. Maka dari kedua jaminan keamanan tersebut, salah satunya ada yang diambil (yakni diwafatkan) oleh Allah di sisi-Nya (yaitu wafatnya  Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam), dan jaminan keamanan yang kedua tetap ada di kalangan kalian (yaitu istighfar dan taubat).” Lebih tegas lagi telah diriwayatkan oleh Al-Imam At-Tirmidzi dengan sanadnya dari Abi Musa Al-Asy’ari radliyallahu `anhu bahwa Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam telah bersabda:
(hadits 2)
“Allah telah menurunkan kepadaku dua jaminan keamanan bagi ummatku: Dan tidak akan Allah menyiksa mereka sedangkan engkau ada ditengah-tengah mereka, dan tidak akan Allah menyiksa mereka sedangkan mereka meminta ampun atas dosa-dosa mereka. Maka apabila aku meninggalkan dunia ini, aku tinggalkan di kalangan mereka jaminan keamanan yang lainnya, yaitu Al-Istighfar (yakni permohonan minta ampun kepada Allah) yang berlaku jaminan ini sampai hari kiamat.” (HR. At-Tirmidzi dari Abi Burdah bin Abi Musa dari bapaknya radliyallahu `anhu, lihat Tafsir Ibnu Katsir juz 3 hal. 703)

Jadi dua jaminan keamanan dari ancaman adzab Allah itu ialah:
  1. Keberadaan Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam sepanjang kehidupan beliau di dunia ini. Sehingga di manapun beliau berada, Allah tidak akan mengadzab kaum yang beliau tinggal bersama mereka.
  2. Al-Istighfar dan Taubat, yang dengannya Allah Ta`ala akan menahan turunnya adzab terhadap suatu kaum. 
Jaminan keamanan yang pertama telah tiada di tengah kita, karena beliau telah meninggalkan dunia ini dan telah sampai di alam kubur. Jadi yang masih ada di tengah kita adalah Al-Istighfar dan Taubat saja. Maka oleh karena itu, agar adzab Allah itu tidak membinasakan dan meluluhlantakkan ummat ini, maka harus diserukan kepada mereka terus menerus untuk mau beristighfar dan bertaubat kepada Allah Ta`ala dari segala kedurhakaan dan kemaksiatan. Sedangkan taubat kepada Allah Ta`ala itu hanyalah dengan kembali kepada Agama Allah sebagaimana yang diajarkan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah seperti yang telah dicontohkan dan dilangkahkan oleh para Salafus Shalih (yakni generasi para Shahabat Nabi shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam, dan generasi para murid Shabat Nabi yang dinamakan para Tabi’in, dan generasi para murid Tabi’in yang dinamakan Tabi’it Tabi’in). Dan memang hanya itulah jalan keluar dari segala adzab Allah yang sedang mengepung ummat ini. Wallahu a’lamu bis shawab.


&&&&&&



1. Berjual beli dengan cara Al-`inah contohnya ialah bila seorang membeli barang dengan pembayaran tempo, kemudian menjualnya lagi kepada orang lain dengan cara kontan tapi dengan harga yang lebih murah, dengan alasan dia sedang membutuhkan dana segar. Yang demikian ini terlarang dalam Islam dan sama dengan riba hukumnya.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar