Allah Ta’ala
telah menjelaskan dalam AlQur’an bahwa di dunia ini terdapat dua blok yang
telah dan akan selalu bertempur sampai hari kiamat, blok tersebut yaitu blok
Hizbullah (tentara Allah) dan blok Hizbusysyaithon (tentara Syaiton).
Hizbullah yaitu
blok yang dipimpin oleh Allah. Kemudian pimpinan hariannya adalah para
Nabi dan Rasul, kemudian sepeninggal mereka
dilanjutkan pimpinan hariannya oleh para ulama.Yang dikatakan ulama yaitu
seperti yang dijelaskan Rasulullah Shalallahu ‘alayhi wasallam yaitu
pewaris para Nabi. Maka yang dinamakan ulama yaitu yang mewarisi ilmu dan amal
para Nabi. Kalau yang ia warisi bukan ilmu dan amalnya para Nabi maka ia tidak
bisa dikatakan ulama, walaupun ia mengenakan atribut/simbol layaknya seorang
ulama. Karena yang dinamakan ulama yaitu orang yang mewarisi ilmu dan amal para
Nabi.
Blok kedua yaitu
blok hizbusy syaiton yang pimpinan utamanya oleh Iblis la’natullah alaih.
Kemudian pimpinan hariannya adalah para
thoghut. Thoghut adalah semua pihak yang mengalangi manusia dari Jalan Allah.
Dua blok ini terus bertempur mulai sejak kebulatan tekat iblis ketika iblis
diusir oleh Allah dari surga, ketika iblis berkata: “maka demi kemulyaanmu ya
Allah aku akan sesatkan mereka (manusia) semua”. Dan ini dijalankan sepenuhnya
oleh para pimpinan harian hibusyaiton yaitu para thoghut yang ciri-cirinya
telah kita sebutkan diatas.
Jadi kehidupan
ini telah diperkenalkan oleh Allah Ta’ala adalah medan perang dari zaman Nabi
Adam sampai hari kiamat nanti.
Maka kita memang
membutuhkan agama Allah ini agar kita bisa masuk ke salah satu dari dua blok
yang selalu bertentangan ini yaitu kedalam blok yang benar (blok Hizbullah) dan
jangan sampai kita bersikap non blok seperti sikapnya orang-orang munafik yang
ingin diterima sana diterima sini, ingin bersikap bunglon dalam beragama
sebagaimana orang-orang munafik, sehingga ini menjadi malapetaka yang besar dan
mereka ini lebih rendah derajatnya dari iblis sehingga Rasulullah katakan orang
munafik itu ditempatkan di kerak neraka.
Oleh sebab itu, kita beragama adalah untuk memilih masuk kepada blok
Allah yaitu Hizbullah untuk bertempur melawan musuh kita yaitu hizbusyaiton.
Maka hendaklah kita menyikapi musuh kita sebagai musuh dan menyikapi kawan kita
sebagai kawan dalam rangka keselamatan kita dunia akhirat. sehingga kita keluar
sebagai pemenang /husnul khatimah.
BEKAL
Adapun bekal
kita yang harus dipunyai sebagai muslin untuk berlaga di medan perang ini
adalah ilmu, yaitu ilmu Al-kitab dan Assunnah..
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَن تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ
لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا
الْكِتَابَ مِن قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ
مِّنْهُمْ فَاسِقُونَ {16}
Allah berfirman:
“ Tidakkah
berguna bagi orang-orang yang beriman ketika mereka berdzikir kepada Allah dan
dengan kitab yang telah turun kepada mereka, dan jaganlah spt para alhul kitab
(yahudi dan nasoro) al hadid(16) mereka berkepannjangan dalam keadaan kosong dari
ilmu shg menjadi keras hati mereka sehingga mayoritas mrk menjadi fasik. Allah
mengingatkan kita adanyta kemungkinan kita terjerumus spt yahudi nasoro yang
diberi kitab sebelum kita agar kita selamat dari kemungkinan denikian.
Di kampus-kampus, tempat kerja kini
sedang gencar dilansir pemikiran liberalisme dalam beragama / islam liberal.
Pemikiran ini
bermula dari orang2yang dididik oleh kuffar dalam memahami islam dan ini digali
dari pemikiran kuno mulai dari zaman abbasiyah yaitu dai pemikiran
shufustoiyyah (relatifisme)/ filsafat yunani kuno, lalu di terjemahkan dalam
bahasa Arab pada zaman abbasiyyah lalu dipopiulerkan oleh tokoh2 shufustoiyyah
ini.
Pemikiran
relatifisme ini menyatakan didunia ini tidak ada sesuatu yang obyektif yang ada hanya sesuatu yang
sifatnya subyektif. Sehingga kebenaran itu adalah hanya berada di alam pikiran
tidak ada di alam nyata.
Pada Kelompok
relatifis yang masih percaya tuhan, maka mereka mengatakan kebenaran itu hanya
ada di sisi tuhan sedangkan dikalangan manusia sudah tidak ada lagi kebenaran
itu. Jadi karena segala sesuatiu itu relatif maka tidak berhak satu pihakpun mengkelaim dirinya
di atas kebenaran. Demikian relatifisme ini dikambangkan 1000 tahun yang lalu
dikalangan umat islam di zamamn abbasiyah.
Warisan yang bau
dan kuno ini dibongkar lagi diakhir2 pemerintahan abbasiyyah yaitu di zaman
Syeikhul islam Ibnu Taimiyyah 700 tahun yang lalu. Waktu itu dikampanyekan lagi
oleh pemerintahan Fatimiyyah yang wilayah kekuasaannya meliputi Mesir, Maroko,
Aljazair. Waktu itulah muncul Syeikhul Islam Ibnu Taimiyya dan murid-muridnya
melakukan upaya pembelaan terhadap islam dengan membantah akar-akar pemikiran
sufustoiyyah ini dan banyak menulis tentang ini dalam kitab-kitab beliau. Dalam
kitabnya beliau banyak membantah berbagai pemikiran-pemikiran libral yang
dikampanykan oleh tokoh-tokoh Fatimiyah disana.
Kemudian
pemikiran-pemikir tersebut dirobohkann
oleh pembuktian-pembuktian Syeikul Islam Ibnu Taimiyyah dan murid-muridnya
bahwa islam sesungguhnya bukan produk subyektifitas suatu kaum/orasng karena
dalam subyektifitas, islam di anggap produk pemikiran Muhammad Shalallahu
‘alayhi wasallam dan produk budaya. Muhammad Shalallahu ‘alayhi wasallam
adalah tokoh filsafat sebgaimana tokoh-tokoh filsafat yang lainnya. Alqur’an
adalah kitab filsafat spt kitab-kitab filsafat lainnya. Maka dalam
pembuktian-pembuktian ilmiah dibuktikan bahwa Alquran yang dibawa Muhammad Shalallahu
‘alayhi wasallam bukan produk bikinan Muhammad Shalallahu ‘alayhi
wasallam buktinya Alquran bukan saja mengoreksi orang lain tapi bahkan
mengoreksi Muhammad Shalallahu ‘alayhi wasallam. Beberapa banyak
kebijakan Muhammad Shalallahu ‘alayhi wasallam dikoreksi habis oleh
Alquran dan diabadikan dalam surat-surat
dalam Alquran antara lain: surat ‘Abasa, At-Tahrim dan berbagai ayat-ayat yang
mengoreksi kebijakan Muhammad Shalallahu ‘alayhi wassallam.
Maka sangat naif
jika dikatakan bahwa Alquran ini buatan Muhammad Shalallahu ‘alayhi wasallam
dan alhamdulillah pemahaman ini berhasil dirobohkan oleh gerakkan mujaddid
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah.
Kemudian
datanglah dizaman belakangan ini ketika orang-orang sudah mulai mengabaikan
agama, ilmu Al Qur’an dan sunnah maka orang sudah lupa dengan warisan para
ulama, kitab-kitab para ulama tidak lagi dibuka, akhirnya syaiton memerintahkan
kepada anak buahnya untuk memunculkan kembali warisan bau dan kuno ini
dikalangan umat islam dan dikampanyekan besar-besaran.
Jadi orang-orang
berpemikiran demikian ini adalah kuffar dan murtad dan tidak dianggap sebagai
muslim .
Maka agama yang
benar itu hanyalah yang datang dari Allah Ta’ala dan yang bisa dipastikan
secara ilmiyah agama yang datang dari Allah hanyalah Islam. “Innaddina
‘indallahil islam……”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar