diberitakan sebagai pihak yang menyerang ialah gerombolan yang menamakan dirinya MAJELIS MUJAHIDIN INDONESIA (MMI). Gerombolan tersebut tidak terima ketika anak-anak muda SALAFIYAH itu membikin majlis saresehan untuk menjawab pemberitaan di majalah MMI. Pemberitaan di majalah itu berisi gosip yang riwayatnya bersumber dari seorang Yahudi sebagai rawi majhul ( nara sumber tak dikenal). Rawi majhul dari kalangan Yahudi tersebut sangat dipercaya beritanya oleh MMI, sehingga diberitakan dalam majalah mereka. Beritanya mengatakan bahwa “ orang-orang salafi telah dapat diperalat oleh yahudi”. Sementara anak-anak muda SALAFIYAH itu terbakar kecemburuannya dan merasa berhak menjawab gosip murahan yang dikemas indah dan menggiring kepada satu opini bahwa orang-orang Salafi itu diperalat oleh Yahudi.
Saya mengamati, rupanya MMI sedang
menjalankan politik pemberitaan AGS (Asal gue suka) untuk mendukung
perjuangannya yang berlabel “menegakkan Syari'ah Islamiyah” . Gerombolan
ini dengan se-enaknya memberitakan bahwa orang-orang Salafi telah diperalat
oleh Yahudi, yang notabene sebagai vonis sepihak tanpa pengadilan in absensia
sekalipun. Namun ketika berita itu dibantah dalam majelis yang khusus diadakan
untuk menolak vonis itu, serta merta gerombolan ini beraksi (di depan liputan
masmedia) dan menuduh majelis anak-anak muda Salafiyah itu sebagai orang-orang
yang mendiskreditkan majalah Risalah Mujahidin. Rupanya Syari'ah MMI mengajarkan
: Kalau menuduh dan memvonis orang lain meskipun dengan gosip murahan, itu
boleh dan bagus, asal dalam rangka perjuangan menegakkan Syari'ah. Tapi kalau
ada orang lain yang membantahnya, itu berarti mendiskreditkan perjuangan
Mujahidin Indonesia . Dengan kata lain, MMI dengan Risalah Mujahidin- nya
sedang menampilkan gaya politik arogan yang monolitik.
Sikap demikian inilah yang menyeret
mereka terus berbenturan dengan Ummat Islam yang ada di kalangan pemerintahan,
bahkan dengan Ummat Islam lainnya yang dinilai akan menghalangi perjuangan
mereka. Dan benturan itu akan lebih mudah tersulut, bila mereka terbakar oleh
api hizbiyah (fanatisme kelompok berdasar hawa nafsu) yang menitahkan : Pejuang
penegakan Syari'ah Islamiyah itu hanyalah Abu Bakar Ba'syir dan pengikutnya.
Maka yang menentang orang ini dan pengikutnya berarti menentang perjuangan
menegakkan Syari'ah Islamiyah. Siapa yang menentang perjuangan ini harus
dianggap musuh Islam, atau minimal dianggap sebagai kaki tangan musuh Islam
atau dengan kata lain sebagai orang yang diperalat oleh musuh Islam.
Bila kita memahami firman hizbiyah
yang sangat bombastis tersebut, maka dengan mudah kita memahami mengapa
majalah mereka dan sikap mereka itu sangat agitatif terhadap siapapun yang
diluar komunitas gerakannya. Namun yang saya tidak paham, mengapa semangat
mereka ini kok berkutat di arena politik praktis? Termasuk issu yang selalu
disuarakan dalam retorika politik mereka: Berjuang menegakkan Syari'ah ,
ternyata hampir sepenuhnya dilagakan di arena sial itu. Padahal, bukankah
bersikap adil terhadap lawan dan kawan itu adalah inti penegakan Syari'ah
Islamiyah (lihat QS Al Maidah 8)? Bukankah berkata benar itu adalah inti akhlaq
yang menjadi landasan bagi penegakan Syari'ah Islamiyah (lihat QS An Nisa' 58)
? Bukankah mengikhlaskan segala pengamalan agama itu semata-mata untuk Allah
Ta'ala, tanpa pretensi politik apapun atau kepentingan dunia yang manapun juga
menjadi landasan bagi penegakan Syari'ah Islamiyah (QS. Al Bayyinah 5)? Tetapi
mengapa kepentingan mendidik Ummat Islam untuk bersikap ikhlas bagi Allah
Ta'ala, sulit dimengerti dalam kiprah mereka yang selalu tabrak lari dalam
berbagai kasus berdarah? Mengapa kepentingan mendidik Ummat Islam untuk jujur
dan berkata benar, sulit dipahami dalam aksi tebar gosip dan pemutar balikan
fakta yang selalu mereka kiprahkan? Mengapa kepentingan mendidik Ummat Islam
untuk bersikap adil terhadap lawan dan kawan, amat sulit dipahami dalam
tampilan mereka sebagai lambang perlawanan terhadap penguasa? Saya benar-benar
tidak paham penampilan-penampilan yang serba kontradiktif antara perkataan
dengan perbuatannya.
Adapun anak-anak muda Salafiyah,
saya menganjurkan kepada kalian untuk berani di jalan Allah Ta'ala. Sebab Salafus
Shaleh (yaitu Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wasallam dan para
Sahabatnya radhiyallahu ‘anhum) yang menjadi panutan kita, adalah Imamnya para
pemberani. Mereka adalah macan yang mengaum dan bukan ayam yang mengaum. Sebab
kalau ayam mencoba untuk mengaum, baru dikerumuni ayam-ayam yang lainnya, sudah
mengkerut dan ganti berkotek dan tidak bisa mengaum lagi. Nabi Muhammad
Shallallahu alaihi wa aalihi wasallam dan para Sahabatnya radhiyallahu ‘anhum
adalah contoh para pemberani di jalan Allah dan tidak takut cercaan si pencerca
di manapun dan kapanpun. Allah Ta'ala memuji dan menyanjung mereka dalam
firmanNya QS. Al Maidah 54 : “Hai orang-orang yang beriman, siapa dari
kalian yang murtad dari agamanya, niscaya Allah akan datangkan suatu kaum yang
Allah mencintai mereka dan mereka mencintaiNya. Mereka ini adalah kaum yang
bersikap rendah hati terhadap sesama kaum Mu'minin dan tegas penuh kemuliaan
dihadapan orang-orang kafir. Kiprah mereka selalu berjihad di jalan Allah dan
tidak takut cercaan si pencerca. Demikianlah keutamaan Allah yang Dia berikan
kepada siapa saja yang Dia kehendaki dan Allah itu Maha luas keutamaanNya dan
Maha Mengetahui kepada siapa sepantasnya keutamaan itu diberikan”.
Semua
orang selain Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa aalihi wasallam, pantas untuk
dikritik. Maka jangan takut mengkritik Ja'far Umar Thalib ataupun Abu Bakar
Ba'syir, ataupun diri-diri kalian sendiri, dimanapun dan kapanpun. Jangan takut
mengkritik, bila kritik itu memang diperlukan dalam rangka mendidik Ummat Islam
agar terbiasa mengontrol dan mengendalikan semua perbuatannya dengan Al
Qur'an dan As Sunnah . Dan bila kritik itu dalam rangka mendidik keikhlasan
berislam untuk Allah semata. Jangan takut itu sinonimnya adala berani.
Oleh sebab itu jadi Salafi memang harus berani !!!
ghuroba.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar