Ketika iman bersemi dalam hati sesuai tuntunan syariat, niscaya hati ini rindu terbang ke jannah dan takut siksa neraka

Selasa, 16 Oktober 2012

Barangsiapa Mentaati Ulama dan Umara’ Dalam Mengharamkan Apa Yang Dihalalkan Allah, Atau Menghalalkan Apa Yang Diharamkan Allah, Berarti Ia Telah Mempertuhankan Mereka


Ibnu 'Abbas berkata:
"Aku khawatir bila kalian ditimpa hujan batu dari langit. Aku menuturkan: "Telah bersabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam", tetapi kalian malah mengatakan: "Kata Abu Bakar dan 'Umar"."
Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan:

"Aku merasa heran dengan orang-orang yang tahu tentang isnad hadits dan keshahihannya, tapi mereka menjadikan pendapat Sufyan sebagai acuannya, padahal Allah Ta'ala telah berfirman (artinya): "Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa fitnah atau ditimpa siksa yang pedih." (An-Nur: 63)
Tahukah kamu apa pengertian fitnah disini. Yaitu: Syirik. Bisa jadi apabila dia menolak sabda beliau, akan terjadi dalam hatinya suatu kesesatan, sehingga celakalah dia."
Diriwayatkan dari 'Adiy bin Hatim bahwa ia mendengar Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam membaca firman Allah Ta'ala:
"Mereka menjadikan orang-orang alim dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah ..." (Bara'ah/At-Taubah: 31)
Tutur 'Adiy kemudian: Maka aku berkata kepada beliau: "Sungguh kami tidaklah menyembah mereka." Beliau bertanya: "Tidakkah mereka itu mengharamkan apa yang telah dihalalkan Allah, lalu kamu pun mengharamkannya; dan tidakkah mereka itu menghalalkan apa yang telah diharamkan Allah, lalu kamu pun menghalalkannya?" Aku menjawab: "Ya." Maka beliau bersabda: "Itulah ibadah (penyembahan) kepada mereka." (HR Imam Ahmad dan At-Tirmidzi dengan menyatakan hasan)
Kandungan tulisan ini:
  1. Tafsiran ayat dalam surah An-Nur. Ayat ini mengandung suatu peringatan supaya kita jangan sampai menyalahi Kitab dan Sunnah.
  2. Tafsiran ayat dalam surah Bara'ah. Ayat dalam surah Bara'ah menunjukkan bahwa barangsiapa mentaati seseorang dengan menyalahi hukum yang telah ditetapkan Allah berarti telah mengangkatnya sebagai tuhan selain Allah.
  3. Perlu diperhatikan arti "ibadah", yang sebelumnya diingkari oleh 'Adiy.
  4. Contoh kasus yang dikemukakan Ibnu 'Abbas dengan menyebut Abu Bakar dan 'Umar; dan yang dikemukakan oleh Imam Ahmad bin Hanbal dengan menyebut Sufyan.
  5. Hal tersebut telah berkembang sedemikian rupa, sehingga terjadi pada kebanyakan orang penyembahan orang-orang shaleh yang dianggap sebagai amal afdhal dan dipercayai sebagai wali (yang dapat mendatangkan suatu manfaat atau mara bencana) serta penyembahan orang-orang alim melalui ilmu pengetahuan dan fiqh (dengan diikuti apa saja yang mereka katakan, baik sesuai dengan firman Allah dan sabda Rasul-Nya atau tidak).
  6. Hal ini pun kemudian berkembang lebih parah lagi, sehingga disembah pula orang-orang yang tidak shaleh (dengan dipercayai sebagai wali meski perbuatannya melanggar perintah Allah dan Rasul-Nya) dan disembah juga orang-orang bodoh yang tidak berilmu (dengan dipatuhi saja pendapatnya, bahkan bid'ah dan syirik yang mereka lakukan juga diikuti).
Dikutip dari buku: "Kitab Tauhid" karangan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.
Penerbit: Kantor Kerjasama Da'wah dan Bimbingan Islam, Riyadh 1418 H.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar