Diantara
nikmat terbesar yang Allah karuniakan kepada kita ialah Allah mudahkan kita
untuk mempelajari agama Allah, sebab ilmu merupakan nikmat yang sangat besar,
yang mana Allah telah berfirman :
“Dan Allah
telah menurunkan kepadamu kitab dan hikmah dan Allah juga mengajarkan
kepadamu
apa-apa yang kamu tidak mengetahui sebelumnya, dan adalah keutamaan Allah yang
diberikan kepadamu adalam keutamaan yang sangat besar”
Kitab dan
Hikmah merupakan dasar ilmu dari agama Islam yang membawa kita kepada
kebahagiaan didunia dan diakhirat. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam
bersabda :
“Barangsiapa
yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memahamkan Agama-Nya
(Muttafaq ‘alaihi)
Dia akan
mendapat kebahagiaan didunia dan diakhirat ketika Allah memudahkannya dalam
mempelajari agama Allah. Allah ‘Azza wa Jalla Berfirman :
“Niscaya
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan.” (Mujadilah : 11)
Allah akan
mengangkatnya baik didunia dan diakhirat, coba lihat para Nabi dan Rasul, Allah
angkat derajat mereka dimuka bumi, dan para Sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in.
“Sebaik-baik
mereka adalah orang yang hidup pada zamanku, kemudian setelahnya, kemudian
setelahnya”
Begitu juga
dengan para ‘Ulama karena mereka mengambil apa yang diwariskan oleh para Nabi.
“Ulama
adalah pewaris para Nabi, sesungguhnya para Nabi itu tidak mewariskan dinar dan
dirham tapi mereka mewariskan ilmu, barangsiapa yang mengambil warisan para
Nabi maka ia telah mengambil bagian yang sangat besar” (Tirmidzi)
Ilmu akan tetap
bermanfaat walaupun pemiliknya telah meninggal, berbeda dengan harta yang
menjadi bagian bagi ahli warisnya. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam
bersabda :
“Apabila
anak adam telah meninggal maka amalnya akan terputus melainkan tiga hal,
sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak yang selalu mendoakannya”
(muslim)
Ilmu
merupakan jalan untuk dimudahkannya seseorang untuk menuju surga. Nabi Muhammad
shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
“Barangsiapa
yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah memudahkan bagi orang itu
jalan menuju surga” (Muslim)
Syaikh
Muhammad bin Shalih al Utsaimin menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan menempuh
perjalanan pada hadits ini bisa berarti ia benar-benar berjalan dari rumahnya
untuk pergi menuntut ilmu atau ketika seseorang menghadiri tempat-tempat taklim
atau duduknya seorang murid dihadapan gurunya untuk mendapatkan ilmu atau orang
yang mencari jawaban-jawaban atas masalah-masalah dalam kitab-kitab ulama.
Kita menyksikan beberapa ikhwah kita yang merasa malas untuk mendatangi majlis - majlis ilmu dalam rangka tholabul ilmiy. Padahal para ulama mereka bersemangat dalam bepergian untuk mencari ilmu walaupun mengeluarkan harta dan meninggalkan keluarganya. Jabir bin Abdillah yang beliau berangkat ke negeri syam untuk menemui sahabat yang lain untuk mendengar hadits Nabi shallallahu’alaihi wasallam, begitu juga dengan Ibnul Mubarak, Imam Ahmad mereka berpindah dari suatu negeri ke negeri yang lain. Coba lihat contoh-contoh yang diberikan oleh para ulama ini, mereka bersemangat dalam meluangkan waktunya dalam menuntut ilmu.
Terkadang kita terjebak dalam bermudah-mudahan dalam menuntut ilmu, tidur-tiduran sambil dengar kajian atau sambil minum kopi atau yang lainnya, dan tentunya ini tidaklah pantas dilakukan.
Termasuk perbuatan riba ialah apabila seseorang itu mengkredit motor lalu apabila kreditannya tidak dilunasi dalam waktu yang ditentukan maka pihak pemberi kredit meminta uang tambahan pada si pembeli, begitu juga dengan sistim asuransi, sistim ini termasuk dalam gharar atau dalam bahasa kesehariannya kita sebut dengan istilah “beli kucing dalam karung”
Dalam menuntut ilmu kita haruslah semata-mata ikhlas lillahi ta’ala. Allah mengancam orang yang menuntut ilmu untuk kepentingan duniawi, sebagaimana sabda Nabi-Nya:
Kita menyksikan beberapa ikhwah kita yang merasa malas untuk mendatangi majlis - majlis ilmu dalam rangka tholabul ilmiy. Padahal para ulama mereka bersemangat dalam bepergian untuk mencari ilmu walaupun mengeluarkan harta dan meninggalkan keluarganya. Jabir bin Abdillah yang beliau berangkat ke negeri syam untuk menemui sahabat yang lain untuk mendengar hadits Nabi shallallahu’alaihi wasallam, begitu juga dengan Ibnul Mubarak, Imam Ahmad mereka berpindah dari suatu negeri ke negeri yang lain. Coba lihat contoh-contoh yang diberikan oleh para ulama ini, mereka bersemangat dalam meluangkan waktunya dalam menuntut ilmu.
Terkadang kita terjebak dalam bermudah-mudahan dalam menuntut ilmu, tidur-tiduran sambil dengar kajian atau sambil minum kopi atau yang lainnya, dan tentunya ini tidaklah pantas dilakukan.
Termasuk perbuatan riba ialah apabila seseorang itu mengkredit motor lalu apabila kreditannya tidak dilunasi dalam waktu yang ditentukan maka pihak pemberi kredit meminta uang tambahan pada si pembeli, begitu juga dengan sistim asuransi, sistim ini termasuk dalam gharar atau dalam bahasa kesehariannya kita sebut dengan istilah “beli kucing dalam karung”
Dalam menuntut ilmu kita haruslah semata-mata ikhlas lillahi ta’ala. Allah mengancam orang yang menuntut ilmu untuk kepentingan duniawi, sebagaimana sabda Nabi-Nya:
“Barangsiapa
yang menuntut ilmu yang semestinya untuk mencari ridho Allah ‘azza wa jalla,
kemudian ia mempelajarinya dengan tujuan hanya untuk kedudukan/ kepentingan
duniawi, maka ia tidak akan mendapatkan baunya surga kelak dihari kiamat” (Abu
Dawud)
Ilmu syar’i
juga dapat mengantarkan pelakunya kepada Akhlak yang mulia. Dan orang yang
berakhlaq mulia kelak dia akan bersama dengan Rasulullah shallallahu’alaihi
wasallam.
“Sesungguhnya
orang yang peling dekat kedudukannya denganku dihari kiamat, yakni yang paling
bagus akhlaqnya”
Keutamaan
bertaqwa kepada Allah ‘azza wa jalla. Allah ‘azza wa jalla berfirman
“Barangsiapa
yang bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan memberikan jalan keluar kepadanya”
Allah juga
akan memberikan rezki dari arah yang tidak disangka-sangka. Menuntut ilmu juga
merupakan salah satu jalan untuk mendapatkan rezki, Ada sebuah kisah tentang
dua orang bersaudara yang satunya bekerja dan satunya menuntut ilmu kepada
Rasulullah Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam, lalu yang bekerja mengadu
kepada Rasulullah bahwa saudaranya terus menerus bersama engkau sementara saya
harus bekerja, lalu Nabi Shallallahu’alaihi wasallam menyatakan bahwa bisa jadi
engkau mendapatkan rezki disebabkan saudaramu itu tholabul ilmiy.
Tapi hadits ini jangan dipahami bahwa dengan begitu kita tidak perlu bersusah payah untuk bekerja atau berusaha mencari rezki.
Tapi hadits ini jangan dipahami bahwa dengan begitu kita tidak perlu bersusah payah untuk bekerja atau berusaha mencari rezki.
“Ya Tuhanku,
tambahkan kepadaku ilmu pengetahuan” (Thaha : 114)
Wallahu
a’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar