Masalah siapa yang lebih utama antara si kaya yang bersyukur dan si fakir yang
bersabar adalah masalah yang banyak dibicarakan oleh manusia. Sebagian mereka
menulis tentangnya. Syaikhuna Ahmad bin Yahya An-Najmi hafizhahullah berkata :
Diantara penulis yang kami ketahui yang membahas masalah ini dalam kitab
tersendiri adalah Al Allamah Ibnul Qayyim rahimahullah. Dia menulis sebuah
kitab yang berjudul
uddatush-shaabirin wa dzakhiratusy-syaakirin. Dan
Ash-Shan’ani rahimahullah juga menulis sebuah kitab yang berjudul as-saiful
baatir fil mufadhalah bainal faqiirish-shaabir wal ghaniyyi asy-syakir, dia
menyebutkannya di dalam Al Uddah seraya mengatakan bahwa dia meringkasnya dari
karya Ibnul Qayyim dan berkata : “Ini adalah kitab yang luar biasa, tidak ada
tandingannya. Kami menyusunnya di Makkah pada tahun 1135 H”.
Diantara argumen yang digunakan untuk mengunggulkan kedudukan si fakir yang
bersabar daripada si kaya yang beryukur adalah firman Allah Ta’ala :
] أُولَئِكَ يُجْزَوْنَ الْغُرْفَةَ بِمَا صَبَرُوا [ (الفرقان: مِن الآية75).
Artinya : Mereka itulah orang yang dibalas dengan martabat yang tinggi (dalam
surga) karena kesabaran mereka.
Muhammad bin Ali bin Al Husain berkata : “Kata ghurfah berarti syurga. Dan
kalimat bimaa shabaruu bermakna karena kesabaran mereka terhadap kefakiran di
dunia.
Dan diantaranya adalah bahwa kaum fuqara’ akan masuk kedalam syurga mendahului
kaum kaya setengah hari (sebelum mereka), setengah hari sebanding dengan 500
tahun (waktu di dunia). Dan terdapat riwayat dengan 40 kali musim gugur.
Sehingga kaum kaya muslimin berangan-angan bahwa seandainya mereka dahulu
termasuk kaum fuqara’.
Dan diantaranya adalah bahwa tidaklah Allah menyebutkan tentang dunia melainkan
dengan celaan. Terkadang Allah menyebutkan tentang harta yang merupakan sebab
bertindak melampaui batas, sebagaimana firman Allah Ta’ala :
] كَلَّا إِنَّ الْأِنْسَانَ لَيَطْغَى $ أَنْ رَآهُ اسْتَغْنَى [ (العلق:6-7).
Artinya : Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena
dia melihat dirinya serba cukup.
Dan terkadang Allah menyebutkan bahwa harta merupakan sebab kedurhakaan. Allah
Ta’ala berfirman :
] وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ [
(الشورى: مِن الآية27).
Artinya : Dan jikalau Allah melapangkan rizki kepada hamba-hamba-Nya tentulah
mereka akan durhaka di muka bumi.
Dan terkadang Allah menyebutkan bahwa harta merupakan fitnah :
] إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلادُكُمْ فِتْنَة [ (التغابن: مِن الآية15).
Artinya : Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah fitnah (bagimu).
Dan terkadang Allah menyebutkan bahwa harta dan anak tidak membantu untuk
mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala :
] وَمَا أَمْوَالُكُمْ وَلا أَوْلادُكُمْ بِالَّتِي تُقَرِّبُكُمْ عَندَنَا
زُلْفَى إِلَّا مَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحاً [ (سـبأ: مِن الآية37).
Artinya : Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kalian yang
mendekatkan kalian kepada Kami sedekat-dekatnya; kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal-amal saleh.
Dan diantara argumen yang digunakan untuk mengunggulkan kedudukan si fakir yang
bersabar adalah bahwa Nabi e dipilih oleh Allah dalam keadaan fakir.
Sesungguhnya telah ditawarkan kepada beliau kunci-kunci khazanah bumi, tetapi
beliau menolaknya seraya berkata :
((بَلْ أَجُوْعُ يَوْماً وَأَشْبَعُ يَوْماً، فَإِذَا جُعْتُ تَضَرَّعْتُ إِلَيْكَ
وَذَكَرْتُكَ، وَإِذَا شَبِعْتُ حَمِدْتُكَ وَشَكَرْتُكَ)).
Artinya : “Bahkan saya lapar sehari dan kenyang sehari. Apabila saya lapar,
maka saya merendahkan diri kepada-Mu dan mengingat-Mu. Dan apabila saya
kenyang, maka saya memuji-Mu dan bersyukur kepada-Mu”.
Ini adalah kesimpulan pendapat mereka yang mengunggulkan orang fakir yang
bersabar.
Pendapat tersebut telah disanggah oleh mereka yang mengunggulkan si kaya yang
bersyukur dengan dalil-dalil yang dibawakan oleh mereka yang mengunggulkan si
fakir yang bersabar. Kemudian mereka berkata :
Adapun ayat yang (kalian bawakan), maka tidak ada keterangan yang mendukung
pendapat kalian padanya, sebab kesabaran di dalam ayat tersebut umum, mencakup
seluruh macam kesabaran. Ia mencakup :
<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->sabar untuk tidak
melanggar yang diharamkan bagi yang memiliki kesempatan untuk melakukan
keharaman tersebut dengan hartanya,
<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->sabar dalam menjalankan
ketaatan,
<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->sabar dalam menerima
berbagai macam cobaan, seperti sakit, musibah, kefakiran, desakan kebutuhan dan
selainnya.
Adapun tentang masuknya kaum fuqara’ kedalam syurga, maka tidak serta merta hal
tersebut menunjukkan berkurangnya derajat si kaya, bahkan bisa jadi si kaya
yang belakangan masuk syurga, lebih tinggi derajatnya daripada si fakir yang
mendahuluinya masuk syurga.
Adapun celaan Allah terhadap dunia dan harta, sesungguhya celaan tersebut hanya
berlaku pada orang yang membelanjakan hartanya dalam bermaksiat kepada Allah.
Sedangkan orang yang membelanjakan hartanya di dalam ketaatan kepada Allah,
maka yang demikian adalah terpuji. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
] وَالَّذِينَ فِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ مَعْلُومٌ $ لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ [
(المعارج:24-25).
Artinya : Dan orang-orang yang di dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi
orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak
mau meminta).
Dan Allah Ta’ala berfirman :
] فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى $ وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى $ فَسَنُيَسِّرُهُ
لِلْيُسْرَى [ (الليل:5-7).
Artinya : Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa,
dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan
menyiapkan baginya jalan yang mudah.
Adapun tentang Nabi shalallahu 'alaihi wasallam, maka Allah telah menghimpun
bagi beliau antara kedudukan kaya bersyukur dan fakir bersabar. Berapa banyak
harta yang datang kepada beliau, namun beliau ‘alaihish-shalatu was-salam
enggan menerima dan menafkahkannya di dalam ketaatan kepada Allah Ta’ala.
Dan diantara dalilnya adalah bahwa sesungguhnya dahulu Nabi shalallahu 'alaihi
wasallam menjamu setiap tamu yang datang pada tahun-tahun terakhir setelah
fathu Makkah, padahal jumlah mereka banyak. Bersama itu beliau wafat dalam
keadaan baju perang beliau digadaikan kepada seorang Yahudi dengan 30 sha’
gandum sebagai nafkah bagi keluarga beliau.
Sementara diantara dalil yang mengunggulkan si kaya yang bersyukur daripada si
fakir yang bersabar adalah hadits :
عَنْ سُمَيٍّ مَوْلََى أَبِي بَكْرٍ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الحَارِثِ بْنِ
هِشَامٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ السَّمَّان عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ t أَنَّ فُقَرَاءَ
المُسْلِمِيْنَ أَتَوْا رَسُوْلَ اللهِ e فَقَالُوْا : يَا رَسُوْلَ اللهِ، ذَهَبَ
أَهْلُ الدُّثُوْرِ بِالدَّرَجَاتِ العُلَى وَالنَّعِيْمِ المُقِيْمِ، قَالَ : وَمَا
ذَاكَ ؟ قَالُوْا : يُصَلُّوْنَ كَمَا نُصَلِّي، وَيَصُوْمُوْنَ كَمَا نَصُوْمُ،
وَيَتَصَدَّقُوْنَ وَلاَ نَتَصَدَّقُ، وَيُعْتِقُوْنَ وَلاَ نُعْتِقُ، فَقَالَ
رَسُوْلُ اللهِ e : أَفَلاَ أُعَلِّمُكُمْ شَيْئاً تُدْرِكُوْنَ مَنْ سَبَقَكُمْ،
وَتَسْبِقُوْنَ بِهِ مَنْ بَعْدَكُمْ، وَلاَ يَكُوْنُ أَحَدٌ أَفْضَلَ مِنْكُمْ
إِلاَّ مَنْ صَنَعَ كَمَا صَنَعْتُمْ ؟! قَالُوْا : بَلَى يَا رَسُوْلَ اللهِ،
قَالَ : تُسَبِّحُوْنَ وَتُكَبِّرُوْنَ وَتَحْمَدُوْنَ دُبُرَ كُلِّ صَلاَةٍ
ثَلاَثاً وَثَلاَثِيْنَ مَرَّةً...
قَالَ أَبُوْ صَالِحٍ : فَرَجَعَ فُقَرَاءُ المُهَاجِرِيْنَ فَقَالُوْا : سَمِعَ
إِخْوَانُنَا أَهْلُ الأَمْوَالِ بِمَا فَعَلْنَا فَفَعَلُوْا مِثْلَهُ، فَقَالَ
رَسُوْلُ اللهِ e : ذَلِكَ فَضْلُ اللهِ يُؤْتِيْهِ مَنْ يَشَاءُ.))(<!--[if
!supportFootnotes]-->[1]<!--[endif]-->).
Dari Sumayyin maula Abu Bakar bin Abdurrahman bin Al Harits bin Hisyam dari Abu
Shalih As-Samman dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu :
“Bahwa kaum fuqara’ muslimin mendatangi Nabi shalallahu 'alaihi wasallam,
kemudian mereka berkata : Wahai Rasulullah, orang-orang kaya telah pergi dengan
membawa derajat yang tinggi dan kenikmatan yang kekal (di syurga).
Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bertanya : “Mengapa demikian ?”
Mereka menjawab : “Mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa
sebagaimana kami berpuasa, mereka bisa bersedekah sementara kami tidak bisa dan
mereka bisa memerdekakan budak sementara kami tidak bisa”.
Maka Rasulullah shallahu 'alaihi wasallam bersabda : “Bukankah saya ajarkan
kepada kalian sesuatu yang dengannya kalian dapat menyamai orang-orang sebelum
kalian dan kalian mendahului orang-orang setelah kalian serta tidak ada
seorang-pun yang lenih utama dari kalian kecuali dia melakukan apa yang kalian
lakukan ?!”
Mereka menjawab : “Betul wahai Rasulullah”.
Rasulullah bersabda : “Kalian bertasbih, bertakbir, dan bertahmid setiap
selesai shalat 33 kali…”.
Abu Shalih berkata : Kemudian kaum fuqara’ Muhajirin kembali, lalu berkata :
“Saudara-saudara kami orang-orang kaya mendengar apa yang kami lakukan,
kemudian mereka melakukan hal serupa”.
Maka Rasulullah shallahu 'alaihi wasallam bersabda : “Itulah keutamaan Allah
yang diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya”.
Ash-Shan’ani berkata di dalam Al Uddah :
“Dia berkata : Barangsiapa mengunggulkan si kaya yang bersyukur daripada si
fakir yang bersabar, maka kami memiliki dalil-dalil yang sangat banyak dan
kata-kata baik yang menyeluruh :
Pertama : Bahwa Allah memuji di dalam kitab-Nya berbagai amal perbuatan yang
tidak bisa dilakukan kecuali oleh orang-orang kaya, seperti :
<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->zakat,
<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->menafkahkan harta di dalam
berbagai amal kebajikan,
<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->jihad fi sabilillah,
<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->membekali para pejuang,
<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->memperhatikan orang-orang
yang membutuhkan,
<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->membebaskan budak,
<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->memberikan bantuan di masa
paceklik.
Dimana letak kesabaran si fakir dibanding dengan kebahagiaan orang yang
terdesak kebutuhan yang bisa membinasakan dirinya (setelah mendapatkan nafkah
dari si kaya) ?
Dimana letak kesabaran si fakir dibanding dengan manfaat yang diberikan oleh si
kaya dengan hartanya untuk menolong agama Allah, meninggikan kalimatullah dan
mematahkan musuh-musuh-Nya ?
Dimana letak kesabaran ahlus-Shuffah (para Shahabat yang fakir yang tinggal di
serambi masjid Nabi shalallahu 'alaihi wasallam ) dibanding dengan nafkah
Utsman radhiyallahu 'anhu untuk memenuhi berbagai kebutuhan, sampai Nabi
shalallahu 'alaihi wasallam bersabda :
((مَا ضَرَّ عُثْمَانَ مَا عَمِلَ بَعْدَ اليَوْمِ)).
Artinya : “Tidak ada yang membahayakan Utsman, apa yang dia lakukan setelah
hari ini”.
Mereka berkata : Orang-orang kaya yang bersyukur merupakan sebab ketaatan kaum
fuqara yang bersabar, dengan memberikan bantuan sedekah kepada mereka, berbuat
baik kepada mereka dan memperhatikan ketaatan mereka. Maka mereka mendapatkan bagian
yang besar dari pahala-pahala kaum fuqara’ ditambah dengan pahala mereka
sendiri dengan memberikan nafkah (kepada kaum fuqara’) dan ketaatan mereka. Hal
ini sebagaimana yang tersebut dalam hadits yang dikeluarkan oleh Ibnu Khuzaimah
rahimahullah dari hadits Salman radhiyallahu 'anhu secara marfu’ :
((مَنْ فَطَّرَ صَائِماً كَانَ مَغْفِرَةً لِذُنُوْبِهِ، وَعِتْقَ رَقَبَتِهِ مِنَ
النَّارِ، وَكَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَجْرِهِ
شَيْءٌ)).
Artinya : “Barangsiapa yang memberikan ifthar kepada yang berpuasa, maka yang
demikian itu adalah penghapus dosa-dosanya dan pembebas dirinya dari neraka dan
dia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang diberi ifthar tanpa mengurangi
sedikit-pun pahalanya.
Si kaya yang bersyukur ini mendapatkan pahala seperti pahala yang didapat oleh
si fakir dengan jamuan yang diberikan kepadanya.
Mereka berkata : Keutamaan-keutamaan bersedekah telah diketahui besarnya dan
manfaatnya tidak terhitung jumlahnya. Dan inilah diantara buah si kaya yang
bersyukur”. Selesai dari Al Uddah 3/88 karya Ash-Shan’ani dengan sedikit
perubahan.
Ini adalah kesimpulan dari hujjah yang digunakan oleh kedua kubu. Dan jelaslah
dari yang telah kami paparkan, keunggulan si kaya yang bersyukur daripada si
fakir yang bersabar. Dimaklumi bahwa tidak ada tempat bagi orang fakir yang
tidak bersabar dan orang kaya yang tidak bersyukur di dalam perbandingan
keutamaan disini. Selesai.
Oleh : Ustadz Abu Abdillah Muhammad Yahya
Makkah 'Isha - 25th December 2024
-
*Makkah Isha *
(Surah Hashr: Ayaah 18-24) *Sheikh Baleelah*
Download 128kbps Audio
4 jam yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar