الحَمْدُ للهِ بَارِئِ الأَنَامِ وَالصَّلاَةُ
وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِهِ أَفْضَلَ صَلاَةٍ وَأَفْضَلَ سَلاَمٍ وَبَعْدُ :
Sesungguhnya tidak ada kesamaran bagi kita bahwa
syirik adalah dosa yang terbesar secara mutlak. Allah Ta’ala berfirman:
]إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ
ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا
عَظِيمًا[
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa
syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu,
bagi
siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka
sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. [An-Nisa’: 48]
Oleh sebab itu,
ibadah kepada Allah yang terbesar adalah menyebarkan perkataan para ulama yang
membantah dan meruntuhkan berbagai syubhat dan tipu daya para penganut dan
penyebar kesyirikan.
Di antara yang harus diwaspadai adalah serangan dan
tipu daya para dukun, tukang sulap, ahli nujum, paranormal, illusionis, dan
sebagainya terhadap aqidah Islam.
Perhatikan petikan berita berikut:
Ki
Gendeng Ikuti Pertemuan Dukun Voodoo Sedunia di Maladewa
Arfi Bambani Amri – detikcom
Arfi Bambani Amri – detikcom
22/10/2007 15:33 WIB
Jakarta - ….Ki Gendeng menghadiri pertemuan
dukun voodoo sedunia di Maladewa.
“Saya lagi di Maladewa
nih. Ada pertemuan paranormal voodoo sedunia di sini,” ungkap Ki Gendeng saat
dihubungi detikcom, Senin (22/10/2007).
Ki Gendeng mengaku merupakan satu-satunya paranormal dari Indonesia yang diundang. “Karena saya satu-satunya paranormal voodoo di Indonesia,” kata Ki Gendeng.
Pertemuan paranormal voodoo atau paranormal yang memakai perantaraan benda fetish ini diikuti juga oleh paranormal voodoo dari Afrika. “Meraka hitam-hitam. Juga ada dari Arab, Melayu dan segala macam. Menariknya, 100 persen orang Maladewa itu Islam lho,” kata Ki Gendeng.
….(aba/nrl)
Ki Gendeng mengaku merupakan satu-satunya paranormal dari Indonesia yang diundang. “Karena saya satu-satunya paranormal voodoo di Indonesia,” kata Ki Gendeng.
Pertemuan paranormal voodoo atau paranormal yang memakai perantaraan benda fetish ini diikuti juga oleh paranormal voodoo dari Afrika. “Meraka hitam-hitam. Juga ada dari Arab, Melayu dan segala macam. Menariknya, 100 persen orang Maladewa itu Islam lho,” kata Ki Gendeng.
….(aba/nrl)
David
Copperfield Dibujuk Tetap Sihir Jakarta
Nurvita Indarini - detikcom
Nurvita Indarini - detikcom
22/10/2007 16:40 WIB
Jakarta - Ilusionis asal AS David
Copperfield membatalkan tampil di Jakarta dan beberapa kota di Asia. Pihak
promotor pun mengirim surat berisi bujukan.
“Promotor dari Singapura, Kuala Lumpur, Bangkok, dan Jakarta mengirim surat kepada kuasa hukum Copperfield. Isinya, sudah banyak orang yang menunggu penampilannya, jadi kami minta dia tidak batal tampil,” ujar Presdir Buena Productions Peter Basuki dalam perbincangan dengan detikcom, Senin (22/10/2007).
Intinya, lanjut dia, 4 promotor itu masih mencari solusi agar semua pihak sama-sama diuntungkan. “Dalam surat juga disampaikan penjualan tiketnya, berapa yang sudah dijual,” imbuh Peter.
Surat tersebut dikirimkan pada Senin 22 Oktober ini. Para promotor itu berharap akan mendapatkan responsnya segera.
Menurutnya, tiket pertunjukan Copperfield di Bangkok saja sudah terjual 70 ribu lembar. Sedangkan di Indonesia, tiket yang dijual dengan harga mulai Rp 300 ribu hingga Rp 1 juta itu sudah terjual 29 ribu lembar…..
(nvt/sss)
“Promotor dari Singapura, Kuala Lumpur, Bangkok, dan Jakarta mengirim surat kepada kuasa hukum Copperfield. Isinya, sudah banyak orang yang menunggu penampilannya, jadi kami minta dia tidak batal tampil,” ujar Presdir Buena Productions Peter Basuki dalam perbincangan dengan detikcom, Senin (22/10/2007).
Intinya, lanjut dia, 4 promotor itu masih mencari solusi agar semua pihak sama-sama diuntungkan. “Dalam surat juga disampaikan penjualan tiketnya, berapa yang sudah dijual,” imbuh Peter.
Surat tersebut dikirimkan pada Senin 22 Oktober ini. Para promotor itu berharap akan mendapatkan responsnya segera.
Menurutnya, tiket pertunjukan Copperfield di Bangkok saja sudah terjual 70 ribu lembar. Sedangkan di Indonesia, tiket yang dijual dengan harga mulai Rp 300 ribu hingga Rp 1 juta itu sudah terjual 29 ribu lembar…..
(nvt/sss)
Maka saya
berkata dengan mengharap taufiq dari Allah:
حَدَّثَنَا شَيْخُنَا أَحْمَدُ النَّجْمِيُّ مُتَّصِلاً
بِشَيْخِ الإِسْلاَمِ الإِمَامِ المُجَدِّدِ مُحَمَّدِ بنِ عَبْدِ الوَهَّابِ بنِ
سُلَيْمَانَ التَّمِيْمِيِّ النَّجْدِيِّ مِنْ طَرِيْقِ عَلاَّمَةِ عَسَّالِ
الوَرْدِ -عَلَى حُدُوْدِ لُبْنَان- أَبِي الظَّاهِرِ العَسَّالِيِّ عَنْ عَبْدِ
القَادِرِ القَصَّابِ عَنْ بَكْرِي بنِ حَامِدِ العَطَّارِ عَنْ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ الكَزْبُرِيِّ عَنْ مُحَمَّد عَابِد السِّنْدِيِّ عَنِ الإِمَامِ
عَبْدِ اللهِ بنِ مُحَمَّدِ بنِ عَبْدِ الوَهَّابِ عَنْ أَبِيْهِ شَيْخِ
الإِسْلاَمِ أَنَّهُ قَالَ فِي رِسَالَتِهِ نَوَاقِضِ الإِسْلاَمِ :
السَّابِعُ : السِّحْرُ, وَمِنْهُ الصَّرْفُ وَالعَطْفُ,
فَمَنْ فَعَلَهُ أَوْ رَضِيَ بِهِ كَفَرَ, وَالدَّلِيْلُ قَوْلُهُ تَعَالَى : ]وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ
فَلَا تَكْفُرْ[
Telah menyampaikan kepada kami Syaikhuna Mufti
Kerajaan Saudi Arabia Bagian Selatan, Ahmad bin Yahya An-Najmi -Hafizhahullah- dengan sanad yang
bersambung sampai kepada Syaikhul Islam Al-Imam Al-Mujaddid Muhammad bin Abdul
Wahhab bin Sulaiman At-Tamimi An-Najdi –Rahimahullah-, beliau
berkata dalam risalahnya Nawaqidhul
Islam (pembatal-pembatal keislaman):
Ketujuh: Sihir.
Di antaranya adalah sharf (yaitu sihir yang dapat menjauhkan antara
suami dengan istri) dan ‘athf (yaitu ilmu pengasih atau pelet).
Barangsiapa melakukannya atau meridhainya, maka dia kafir. Dan dalilnya adalah
firman Allah Ta’ala:
]وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ
فَلَا تَكْفُرْ [
Artinya: Sedang
keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang-pun sebelum mengatakan:
“Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir”. [Al-Baqarah: 102]
Syaikhuna Ahmad bin Yahya An-Najmi -Hafizhahullah- berkata: Sesungguhnya Allah telah mengabarkan kepada kita bahwa
belajar ilmu sihir adalah kekafiran dan konsekuensinya bahwa praktek sihir
adalah kekafiran.
Dan Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
]وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو
الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ
الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنْزِلَ عَلَى
الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى
يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا
يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ وَمَا هُمْ بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ
أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا
يَنْفَعُهُمْ وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ
خَلَاقٍ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ[
Artinya: “Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh
para setan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman
itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir),
hanya para setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan
sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di
negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu)
kepada seorangpun sebelum mengatakan: “Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu),
sebab itu janganlah kamu kafir”. Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat
itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami)
dengan isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberikan mudharat dengan
sihirnya kepada seorangpun kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari
sesuatu yang memberi mudharat kepadanya dan tidak bermanfaat. Sesungguhnya
mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan
sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat dan amat jahatlah perbuatan
mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.” [Al-Baqarah:
102]
Ayat ini
menegaskan bahwa belajar ilmu sihir adalah kekafiran dan praktek ilmu sihir
adalah kekafiran, berdasarkan firman-Nya:
]وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ
الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ[
Artinya: “Padahal Sulaiman tidak kafir (tidak
mengerjakan sihir), hanya para setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir).
Mereka mengajarkan sihir kepada manusia.” [Al-Baqarah: 102]
Dan Allah berfirman:
]وَمَا أُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ
بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولَا
إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ[
Artinya: Dan apa yang diturunkan kepada dua orang
malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak
mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: “Sesungguhnya kami
hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir”. [Al Baqarah: 102].
Maka ini
menunjukkan bahwa belajar ilmu sihir adalah kekafiran.
Dan diakhir ayat Allah Jalla Min Qail berfirman:
]وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ
مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ[
Artinya: “Dan sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa
barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya
keuntungan di akhirat. [Al Baqarah: 102].
Yaitu, mereka
tidak mendapatkan bagian apa-pun di akhirat, bahkan dia termasuk penduduk
neraka dan termasuk yang berhak mendapatkan siksa. Ayat ini
menegaskan kafirnya orang yang belajar ilmu sihir atau yang mempraktekkannya,
sama saja apakah sihir sharf atau ‘athf atau selainnya.
Mayoritas Ulama’ berpendapat bahwa sihir adalah
kekafiran, tetapi diriwayatkan dari Asy-Syafi’I yang berpendapat harus dirinci.
Dia berkata: “Kita tanya tukang sihir tersebut : Sifatkan bentuk sihirmu”. Al
Umm : 1/256.
Saya berkata : Sesungguhnya pendapat yang mengkafirkan tukang sihir tanpa dirinci
adalah pendapat yang benar, berdasarkan keterangan yang tersebut didalam ayat
dan berdasarkan riwayat dari Hafshah Radhiyallahu ‘anha bahwa dahulu
dia memiliki budak wanita, kemudian budak tersebut menyihirnya, maka dia
memerintahkan untuk membunuh budak tersebut.
Dan di dalam hadits Bajalah, dia berkata: “Umar bin Al
Khaththab Radhiyallahu
‘anhu menulis surat (yang berisi perintah) untuk membunuh
setiap tukang sihir pria dan wanita”. Bajalah berkata: “Kami telah membunuh
tiga orang tukang sihir”.
Dan dari keterangan atsar-atsar juga menunjukkan –disandarkan kepada ayat yang telah lalu- bahwa sihir
tidak mungkin bisa dilakukan kecuali oleh orang yang telah kafir.
Di antaranya
adalah atsar yang diriwayatkan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya dari Aisyah Radhiyallahu
‘anha, dia berkata: “Seorang wanita dari penduduk Daumatul
Jandal datang kepada saya. Dia bermaksud menemui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam setelah beliau wafat. Awalnya dia hendak bertanya tentang hal-hal yang
berkaitan dengan sihir yang belum dia lakukan”.
Aisyah Radhiyallahu ‘anha bertanya kepada Urwah: “Wahai anak
saudariku, engkau melihat dia menangis ketika dia tidak berjumpa dengan
Rasulullah Shallallahu
‘alaihi Wasallam yang dapat menyelesaikan (masalahnya). Dia menangis
sampai saya terharu kepadanya”.
Dia berkata: “Sesungguhnya saya takut menjadi orang
yang binasa. Dahulu saya memiliki suami, kemudian dia pergi. Datang seorang
wanita tua kepada saya, kemudian saya mengadukan hal tersebut kepadanya”
Maka dia menyarankan: “Jika kamu mau melakukan apa
yang aku perintahkan, niscaya aku bisa membuatnya datang kembali kepadamu”.
Pada suatu malam, dia mendatangi saya dengan membawa
dua anjing hitam. Maka dia menunggangi salah satunya dan saya mengunggangi yang
lainnya. (Dalam perjalanan) tidak terjadi apa-apa sampai kami berhenti di
Babil. Ternyata (saya mendapati) dua orang yang tergantung kaki-kakinya.
Kemudian keduanya bertanya: “Apa yang mendorongmu datang kemari?”
Saya menjawab: “Saya akan belajar ilmu sihir”.
Keduanya berkata: “Sesungguhnya kami adalah cobaan
(bagimu), maka janganlah engkau menjadi kafir! Kembalilah!”
Maka saya menolak seraya berkata: “Tidak!”
Keduanya berkata: “Kalau begitu pergilah ke tungku
itu, kemudian kencinglah di dalamnya”.
Maka saya pergi, tetapi saya takut dan urung saya
lakukan, kemudian saya kembali kepada keduanya.
Keduanya bertanya: “Sudah kau lakukan?”
Saya menjawab: “Ya!”
Keduanya bertanya: “Apakau engkau melihat sesuatu ?”
Saya menjawab: “Saya tidak melihat apa-apa !”
Keduanya bertanya: “Berarti engkau belum melakukannya!
Kembalilah ke negerimu dan janganlah engkau menjadi kafir!”
Maka saya bimbang dan (akhirnya) saya menolak (untuk
kembali).
Keduanya berkata: “Kalau begitu pergilah ke tungku
itu, kemudian kencinglah di dalamnya”.
Kemudian saya pergi, saya menggigil dan takut, lalu
saya kembali kepada keduanya seraya berkata: “Sudah saya lakukan!”
Keduanya bertanya: “Apa yang kau lihat?”
Saya menjawab: “Saya tidak melihat apa-apa!”
Keduanya berkata: “Engkau dusta, engkau belum
melakukannya! Kembalilah ke negerimu dan janganlah engkau menjadi kafir, maka
engkau tetap dalam keadaanmu semula!”
Maka saya bimbang dan (akhirnya) saya menolak.
Keduanya berkata: “Kalau begitu pergilah ke tungku
itu, kemudian kencinglah di dalamnya!”.
Maka saya pergi kepadanya dan kencing di dalamnya.
Maka saya melihat seorang penunggang kuda bertopi baja keluar dari diri saya.
Kemudian, pergi ke langit dan menjauh sampai saya tidak melihatnya. Kemudian,
saya datang kepada keduanya.
Lalu saya berkata: “Sudah saya lakukan!”
Keduanya bertanya: “Apa yang kau lihat?”
Saya menjawab: “Saya melihat seorang penunggang kuda
bertopi baja keluar dari diri saya. Kemudian, pergi ke langit dan menjauh
sampai saya tidak melihatnya”.
Keduanya berkata: “Engkau benar. Itulah Imanmu, telah
keluar darimu! Pergilah!”
Maka saya berkata kepada wanita tua: “Demi Allah, saya
tidak mendapat pengetahuan apa-apa, keduanya tidak berkata apa pun kepada
saya!”
Wanita tua itu berkata: “Tentu! (Karena) kamu tidak
ingin apa-apa, tetapi ambillah gandum ini, kemudian taburkan!”
Maka saya taburkan seraya berkata: “Tumbuhlah!” Maka
tumbuhlah.
Dan saya berkata: “Bersemilah!”. Maka ia bersemi.
Kemudian saya berkata: “Rontokkanlah!” Maka ia merontokkannya.
Kemudian saya berkata: “Mengeringlah!” Maka ia
mengering.
Kemudian saya berkata: “Tumbuklah!” Maka ia menumbuk.
Kemudian saya berkata: “Jadilah roti!” Maka ia menjadi
roti.
Ketika saya melihat diri saya, bahwa tidaklah saya
menginginkan sesuatu kecuali terjadi, saya bingung dan menyesal –demi Allah
wahai Ummul mukminin!- Saya belum melakukan apa-apa dan tidak akan melakukannya
selamanya.
Dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkannya dari Ar-Rabi’ bin
Sulaiman secara panjang lebar sebagaimana yang telah lalu. Dan dia menambahkan
setelah ucapannya: “Dan saya tidak akan melakukannya selamanya”. Maka wanita
tersebut bertanya kepada para Shahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam yang baru saja beliau wafat –jumlah mereka masih banyak saat itu-.
Mereka tidak mengetahui apa yang harus diucapkan kepadanya. Semuanya enggan dan
khawatir untuk berfatwa terhadap perkara yang belum mereka ketahui, tetapi Ibnu
Abbas atau sebagian Shahabat yang ada di sisinya berkata kepada wanita
tersebut: “Andaikan kedua orang tua anda atau salah satunya masih hidup”.
Dan di antara
hal yang menunjukkan bahwa tidak akan mampu menyihir, kecuali dia telah kafir:
Para setan yang dikirim melalui sihir pada orang yang
disihir berkata: “Sesungguhnya si Fulan yang telah memerintahkan kami. Kami
tidak bisa keluar darinya”.
Mereka menyebutkan bahwa ketika para setan itu
mengajarkan sihir kepadanya, mereka mensyaratkan kepadanya untuk masuk toilet
dengan membawa Al Qur’an, dia kencing di atasnya dan bersandal dengan Al Qur’an
tersebut selama 40 hari.
Maka ini semua menunjukkan bahwa tukang sihir tidak
mampu menyihir, kecuali setelah menjadi kafir.
Dari sini kami
katakan bahwa sihir seluruhnya adalah kekafiran. Dan tukang sihir wajib dibunuh
sebagai hukum had. Dan inilah yang tampak (dari
keterangan yang ada) walaupun dia menampakkan taubatnya.
Ketahuilah
bahwa sihir terbagi menjadi dua macam:
Pertama: Sihir ta’tsir.
Kedua: Sihir takhyil.
Sihir ta’tsir adalah sihir yang mengakibatkan
khayalan-khayalan dan lain sebagainya pada orang yang disihir. Dan
mempengaruhinya sampai hampir tidak mampu untuk mengendalikan diri. Terkadang
bisa berlangsung tahunan, sementara dia tidak mampu merasakan ni’matnya
ketentraman dan ni’matnya berakal. Dan jikalau dia dibawa ke rumah sakit dan
para dokter memeriksanya secara medis, niscaya mereka akan menyatakan tidak ada
penyakit apa-apa.
Dan dari jenis sihir ini terdapat hadits bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam pernah
disihir. Dari Aisyah Radhiyallahu
‘anha, dia berkata: “Nabi Shallallahu ’alaihi Wasallam pernah disihir sampai berkhayal telah melakukan sesuatu, padahal tidak
melakukan apa-apa. Sampai pada suatu hari –dan beliau berada pada giliran
saya-, beliau berdoa kepada Allah dengan suatu doa, kemudian berkata: “Apakan
engkau mengetahui wahai Aisyah, bahwa Allah telah menjawab apa yang saya minta
kepada-Nya tentangnya?”
Saya bertanya: “Apa itu wahai Rasulullah?”
Beliau bersabda: “Telah datang kepadaku dua orang,
salah satunya duduk di bagian kepalaku dan yang lain duduk di bagian kedua
kakiku. Kemudian salah satunya bertanya kepada temannya: “Apakah sakit orang
ini?”
Dia menjawab: “Disihir”.
Temannya bertanya: “Siapa yang telah menyihirnya?”.
Dia menjawab: “Labid bin Al A’sham Yahudi dari Bani
Zuraiq”.
Temannya bertanya: “Disihir dengan apa?”
Dia menjawab: “Dengan sisir, rambut dan mayang kurma
jantan yang sudah kering”.
Temannya bertanya : “Di mana barang-barang tersebut?”
Dia menjawab : “Ada di sumur Dzu Arwan”.
Periwayat berkata: Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersama rombongan para sahabat pergi ke sumur tersebut. Kemudian,
beliau memandang kepadanya dan di atasnya terdapat sebuah pohon korma, kemudian
beliau kembali kepada Aisyah, lalu berkata: “Demi Allah, sungguh airnya seperti
genangan hinna’ dan pohon kormanya seperti kepala-kepala setan”
Saya (Aisyah) bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah anda
telah mengeluarkannya?”
Beliau bersabda: “Tidak! Adapun diriku telah
dipulihkan dan disehatkan oleh Allah dan aku khawatir (ia) berpengaruh jelek kepada
muslimin”. [HR Al Bukhari (5766) dan Muslim (2189)].
Sedangkan sihir takhyil adalah apa
yang telah Allah sebutkan tentang (kisah) para tukang sihir yang bersama
Fir’aun. Allah Azza min Qail berfirman:
]قَالَ أَلْقُوا فَلَمَّا أَلْقَوْا
سَحَرُوا أَعْيُنَ النَّاسِ وَاسْتَرْهَبُوهُمْ وَجَاءُوا بِسِحْرٍ عَظِيمٍ[
Artinya : Musa menjawab: “Lemparkanlah (lebih
dahulu)!” Maka tatkala mereka melemparkan, mereka menyulap mata orang dan
menjadikan orang banyak itu takut, serta mereka mendatangkan sihir yang besar.
Al A’raf : 116.
Dan Allah berfirman:
]قَالَ بَلْ أَلْقُوا فَإِذَا
حِبَالُهُمْ وَعِصِيُّهُمْ يُخَيَّلُ إِلَيْهِ مِنْ سِحْرِهِمْ أَنَّهَا تَسْعَى[
Artinya: Berkata Musa: “Silakan kalian melemparkan”.
Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka, terbayang kepada Musa
seakan-akan ia merayap cepat, lantaran sihir mereka. [Thaha: 66]. Selesai.
Hukum
Mendatangi Para Dukun, Tukang Sulap, Ahli Nujum, Paranormal, Illusionis, dan
sebagainya
Syaikhuna Ahmad bin Yahya An-Najmi-Hafizhahullah-berkata: “Telah mutawatir hadits-hadits yang shahih yang
menunjukkan bahwa barangsiapa datang kepada tukang ramal atau dukun atau ahli
nujum, dia bertanya kepada mereka tentang sesuatu dari ilmu ghaib, kemudian dia
membenarkan ucapan mereka, maka dia termasuk telah kafir terhadap apa yang
diturunkan kepada Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Sebab Al Qur’an telah menunjukkan bahwa hanya Allah
yang mengetahui ilmu ghaib.” Allah Azza Wa Jalla berfirman:
]إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ
السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ وَمَا تَدْرِي
نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ
اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ [
Artinya: Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya
sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan
mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat
mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang
pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal. [Luqman: 34]
Kemudian, Syaikhuna Ahmad An-Najmi berkata: “Maka
barangsiapa datang kepada tukang ramal atau dukun atau ahli nujum, dia bertanya
kepada mereka tentang sesuatu dari ilmu ghaib, kemudian dia membenarkan ucapan
mereka, maka dia termasuk telah kafir dengan ayat ini dan tidak beriman
dengannya. Sebab konsekuensi beriman dengannya adalah dengan tidak mendatangi
para dukun, bertanya kepada mereka, terlebih lagi membenarkan mereka.”
Sejumlah ahlul ilmi telah menyebutkan kompromi di
antara hadits-hadits ini bahwa barangsiapa mendatangi para dukun, kemudian
tidak membenarkannya, maka tidak diterima shalatnya selama 40 hari. Sebab ini
adalah sanksi baginya karena mendatangi para dukun.
Adapun barangsiapa mendatanginya, kemudian
membenarkannya, maka dia termasuk telah kafir dengan apa yang diturunkan kepada
Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.
Padanya terdapat peringatan keras dari mendatangi para
dukun, mendengar ucapan mereka dan membenarkan kedustaan-kedustaan mereka. Dan
untuk diketahui, bahwa yang demikian tidaklah terjadi melainkan pada diri orang
yang lemah iman dan keyakinannya. Selesai dari yang saya ingin nukilkan.
Saudara-saudaraku, marilah kita semakin bersemangat,
berjibaku, dan bahu membahu dalam berjihad untuk memberikan pencerahan tentang
pentingnya tauhid dan bahayanya syirik. Dan berupaya menyampaikannya
seluas-luasnya kepada seluruh lapisan masyarakat muslimin, baik di perkotaan,
pedesaan maupun pelosok dengan cara yang termudah. Agar aqidah kaum
muslimin terbentengi dengan kuat dari berbagai serangan iblis la’natullah
‘alaih dan bala tentaranya.
Al Faqir ila ‘afwi Rabbihi
Oleh: Abu Abdillah
Muhammad Yahya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar