Ketika iman bersemi dalam hati sesuai tuntunan syariat, niscaya hati ini rindu terbang ke jannah dan takut siksa neraka

Minggu, 29 Juli 2012

Kafirnya Dukun dan Tukang Sihir



الحَمْدُ للهِ بَارِئِ الأَنَامِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِهِ أَفْضَلَ صَلاَةٍ وَأَفْضَلَ سَلاَمٍ وَبَعْدُ :

Sesungguhnya tidak ada kesamaran bagi kita bahwa syirik adalah dosa yang terbesar secara mutlak. Allah Ta’ala berfirman:

]إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا[

Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu,
bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. [An-Nisa’: 48]

Oleh sebab itu, ibadah kepada Allah yang terbesar adalah menyebarkan perkataan para ulama yang membantah dan meruntuhkan berbagai syubhat dan tipu daya para penganut dan penyebar kesyirikan.

Di antara yang harus diwaspadai adalah serangan dan tipu daya para dukun, tukang sulap, ahli nujum, paranormal, illusionis, dan sebagainya terhadap aqidah Islam.

Perhatikan petikan berita berikut:

Ki Gendeng Ikuti Pertemuan Dukun Voodoo Sedunia di Maladewa
Arfi Bambani Amri – detikcom

22/10/2007 15:33 WIB

Jakarta - ….Ki Gendeng menghadiri pertemuan dukun voodoo sedunia di Maladewa.

“Saya lagi di Maladewa nih. Ada pertemuan paranormal voodoo sedunia di sini,” ungkap Ki Gendeng saat dihubungi detikcom, Senin (22/10/2007).
Ki Gendeng mengaku merupakan satu-satunya paranormal dari Indonesia yang diundang. “Karena saya satu-satunya paranormal voodoo di Indonesia,” kata Ki Gendeng.
Pertemuan paranormal voodoo atau paranormal yang memakai perantaraan benda fetish ini diikuti juga oleh paranormal voodoo dari Afrika. “Meraka hitam-hitam. Juga ada dari Arab, Melayu dan segala macam. Menariknya, 100 persen orang Maladewa itu Islam lho,” kata Ki Gendeng.
….
(aba/nrl)

David Copperfield Dibujuk Tetap Sihir Jakarta
Nurvita Indarini - detikcom

22/10/2007 16:40 WIB

Jakarta - Ilusionis asal AS David Copperfield membatalkan tampil di Jakarta dan beberapa kota di Asia. Pihak promotor pun mengirim surat berisi bujukan.
“Promotor dari Singapura, Kuala Lumpur, Bangkok, dan Jakarta mengirim surat kepada kuasa hukum Copperfield. Isinya, sudah banyak orang yang menunggu penampilannya, jadi kami minta dia tidak batal tampil,” ujar Presdir Buena Productions Peter Basuki dalam perbincangan dengan
detikcom, Senin (22/10/2007).
Intinya, lanjut dia, 4 promotor itu masih mencari solusi agar semua pihak sama-sama diuntungkan. “Dalam surat juga disampaikan penjualan tiketnya, berapa yang sudah dijual,” imbuh Peter.
Surat tersebut dikirimkan pada Senin 22 Oktober ini. Para promotor itu berharap akan mendapatkan responsnya segera.
Menurutnya, tiket pertunjukan Copperfield di Bangkok saja sudah terjual 70 ribu lembar. Sedangkan di Indonesia, tiket yang dijual dengan harga mulai Rp 300 ribu hingga Rp 1 juta itu sudah terjual 29 ribu lembar…..
(nvt/sss)


Maka saya berkata dengan mengharap taufiq dari Allah:


حَدَّثَنَا شَيْخُنَا أَحْمَدُ النَّجْمِيُّ مُتَّصِلاً بِشَيْخِ الإِسْلاَمِ الإِمَامِ المُجَدِّدِ مُحَمَّدِ بنِ عَبْدِ الوَهَّابِ بنِ سُلَيْمَانَ التَّمِيْمِيِّ النَّجْدِيِّ مِنْ طَرِيْقِ عَلاَّمَةِ عَسَّالِ الوَرْدِ -عَلَى حُدُوْدِ لُبْنَان- أَبِي الظَّاهِرِ العَسَّالِيِّ عَنْ عَبْدِ القَادِرِ القَصَّابِ عَنْ بَكْرِي بنِ حَامِدِ العَطَّارِ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الكَزْبُرِيِّ عَنْ مُحَمَّد عَابِد السِّنْدِيِّ عَنِ الإِمَامِ عَبْدِ اللهِ بنِ مُحَمَّدِ بنِ عَبْدِ الوَهَّابِ عَنْ أَبِيْهِ شَيْخِ الإِسْلاَمِ أَنَّهُ قَالَ فِي رِسَالَتِهِ نَوَاقِضِ الإِسْلاَمِ :

السَّابِعُ : السِّحْرُ, وَمِنْهُ الصَّرْفُ وَالعَطْفُ, فَمَنْ فَعَلَهُ أَوْ رَضِيَ بِهِ كَفَرَ, وَالدَّلِيْلُ قَوْلُهُ تَعَالَى : ]وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ[

Telah menyampaikan kepada kami Syaikhuna Mufti Kerajaan Saudi Arabia Bagian Selatan, Ahmad bin Yahya An-Najmi -Hafizhahullah- dengan sanad yang bersambung sampai kepada Syaikhul Islam Al-Imam Al-Mujaddid Muhammad bin Abdul Wahhab bin Sulaiman At-Tamimi An-Najdi –Rahimahullah-, beliau berkata dalam risalahnya Nawaqidhul Islam (pembatal-pembatal keislaman):

Ketujuh: Sihir. Di antaranya adalah sharf (yaitu sihir yang dapat menjauhkan antara suami dengan istri) dan ‘athf (yaitu ilmu pengasih atau pelet). Barangsiapa melakukannya atau meridhainya, maka dia kafir. Dan dalilnya adalah firman Allah Ta’ala:

]وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ [

Artinya: Sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang-pun sebelum mengatakan: “Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir”. [Al-Baqarah: 102]

Syaikhuna Ahmad bin Yahya An-Najmi -Hafizhahullah- berkata: Sesungguhnya Allah telah mengabarkan kepada kita bahwa belajar ilmu sihir adalah kekafiran dan konsekuensinya bahwa praktek sihir adalah kekafiran.

Dan Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

]وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ وَمَا هُمْ بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ[

Artinya: “Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh para setan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya para setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: “Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir”. Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberikan mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudharat kepadanya dan tidak bermanfaat. Sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.” [Al-Baqarah: 102]

Ayat ini menegaskan bahwa belajar ilmu sihir adalah kekafiran dan praktek ilmu sihir adalah kekafiran, berdasarkan firman-Nya:

]وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ[

Artinya: “Padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya para setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia.” [Al-Baqarah: 102]

Dan Allah berfirman:

]وَمَا أُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ[

Artinya: Dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: “Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir”. [Al Baqarah: 102].

Maka ini menunjukkan bahwa belajar ilmu sihir adalah kekafiran.

Dan diakhir ayat Allah Jalla Min Qail berfirman:

]وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ[

Artinya: “Dan sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat. [Al Baqarah: 102].

Yaitu, mereka tidak mendapatkan bagian apa-pun di akhirat, bahkan dia termasuk penduduk neraka dan termasuk yang berhak mendapatkan siksa. Ayat ini menegaskan kafirnya orang yang belajar ilmu sihir atau yang mempraktekkannya, sama saja apakah sihir sharf atau ‘athf atau selainnya.

Mayoritas Ulama’ berpendapat bahwa sihir adalah kekafiran, tetapi diriwayatkan dari Asy-Syafi’I yang berpendapat harus dirinci. Dia berkata: “Kita tanya tukang sihir tersebut : Sifatkan bentuk sihirmu”. Al Umm : 1/256.

Saya berkata : Sesungguhnya pendapat yang mengkafirkan tukang sihir tanpa dirinci adalah pendapat yang benar, berdasarkan keterangan yang tersebut didalam ayat dan berdasarkan riwayat dari Hafshah Radhiyallahu ‘anha bahwa dahulu dia memiliki budak wanita, kemudian budak tersebut menyihirnya, maka dia memerintahkan untuk membunuh budak tersebut.

Dan di dalam hadits Bajalah, dia berkata: “Umar bin Al Khaththab Radhiyallahu ‘anhu menulis surat (yang berisi perintah) untuk membunuh setiap tukang sihir pria dan wanita”. Bajalah berkata: “Kami telah membunuh tiga orang tukang sihir”.

Dan dari keterangan atsar-atsar juga menunjukkan –disandarkan kepada ayat yang telah lalu- bahwa sihir tidak mungkin bisa dilakukan kecuali oleh orang yang telah kafir.

Di antaranya adalah atsar yang diriwayatkan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha, dia berkata: “Seorang wanita dari penduduk Daumatul Jandal datang kepada saya. Dia bermaksud menemui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam setelah beliau wafat. Awalnya dia hendak bertanya tentang hal-hal yang berkaitan dengan sihir yang belum dia lakukan”.

Aisyah Radhiyallahu ‘anha bertanya kepada Urwah: “Wahai anak saudariku, engkau melihat dia menangis ketika dia tidak berjumpa dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam yang dapat menyelesaikan (masalahnya). Dia menangis sampai saya terharu kepadanya”.

Dia berkata: “Sesungguhnya saya takut menjadi orang yang binasa. Dahulu saya memiliki suami, kemudian dia pergi. Datang seorang wanita tua kepada saya, kemudian saya mengadukan hal tersebut kepadanya”

Maka dia menyarankan: “Jika kamu mau melakukan apa yang aku perintahkan, niscaya aku bisa membuatnya datang kembali kepadamu”.

Pada suatu malam, dia mendatangi saya dengan membawa dua anjing hitam. Maka dia menunggangi salah satunya dan saya mengunggangi yang lainnya. (Dalam perjalanan) tidak terjadi apa-apa sampai kami berhenti di Babil. Ternyata (saya mendapati) dua orang yang tergantung kaki-kakinya. Kemudian keduanya bertanya: “Apa yang mendorongmu datang kemari?”

Saya menjawab: “Saya akan belajar ilmu sihir”.

Keduanya berkata: “Sesungguhnya kami adalah cobaan (bagimu), maka janganlah engkau menjadi kafir! Kembalilah!”

Maka saya menolak seraya berkata: “Tidak!”

Keduanya berkata: “Kalau begitu pergilah ke tungku itu, kemudian kencinglah di dalamnya”.

Maka saya pergi, tetapi saya takut dan urung saya lakukan, kemudian saya kembali kepada keduanya.

Keduanya bertanya: “Sudah kau lakukan?”

Saya menjawab: “Ya!”

Keduanya bertanya: “Apakau engkau melihat sesuatu ?”

Saya menjawab: “Saya tidak melihat apa-apa !”

Keduanya bertanya: “Berarti engkau belum melakukannya! Kembalilah ke negerimu dan janganlah engkau menjadi kafir!”

Maka saya bimbang dan (akhirnya) saya menolak (untuk kembali).

Keduanya berkata: “Kalau begitu pergilah ke tungku itu, kemudian kencinglah di dalamnya”.

Kemudian saya pergi, saya menggigil dan takut, lalu saya kembali kepada keduanya seraya berkata: “Sudah saya lakukan!”

Keduanya bertanya: “Apa yang kau lihat?”

Saya menjawab: “Saya tidak melihat apa-apa!”

Keduanya berkata: “Engkau dusta, engkau belum melakukannya! Kembalilah ke negerimu dan janganlah engkau menjadi kafir, maka engkau tetap dalam keadaanmu semula!”

Maka saya bimbang dan (akhirnya) saya menolak.

Keduanya berkata: “Kalau begitu pergilah ke tungku itu, kemudian kencinglah di dalamnya!”.

Maka saya pergi kepadanya dan kencing di dalamnya. Maka saya melihat seorang penunggang kuda bertopi baja keluar dari diri saya. Kemudian, pergi ke langit dan menjauh sampai saya tidak melihatnya. Kemudian, saya datang kepada keduanya.

Lalu saya berkata: “Sudah saya lakukan!”

Keduanya bertanya: “Apa yang kau lihat?”

Saya menjawab: “Saya melihat seorang penunggang kuda bertopi baja keluar dari diri saya. Kemudian, pergi ke langit dan menjauh sampai saya tidak melihatnya”.

Keduanya berkata: “Engkau benar. Itulah Imanmu, telah keluar darimu! Pergilah!”

Maka saya berkata kepada wanita tua: “Demi Allah, saya tidak mendapat pengetahuan apa-apa, keduanya tidak berkata apa pun kepada saya!”

Wanita tua itu berkata: “Tentu! (Karena) kamu tidak ingin apa-apa, tetapi ambillah gandum ini, kemudian taburkan!”

Maka saya taburkan seraya berkata: “Tumbuhlah!” Maka tumbuhlah.

Dan saya berkata: “Bersemilah!”. Maka ia bersemi.

Kemudian saya berkata: “Rontokkanlah!” Maka ia merontokkannya.

Kemudian saya berkata: “Mengeringlah!” Maka ia mengering.

Kemudian saya berkata: “Tumbuklah!” Maka ia menumbuk.

Kemudian saya berkata: “Jadilah roti!” Maka ia menjadi roti.

Ketika saya melihat diri saya, bahwa tidaklah saya menginginkan sesuatu kecuali terjadi, saya bingung dan menyesal –demi Allah wahai Ummul mukminin!- Saya belum melakukan apa-apa dan tidak akan melakukannya selamanya.

Dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkannya dari Ar-Rabi’ bin Sulaiman secara panjang lebar sebagaimana yang telah lalu. Dan dia menambahkan setelah ucapannya: “Dan saya tidak akan melakukannya selamanya”. Maka wanita tersebut bertanya kepada para Shahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam yang baru saja beliau wafat –jumlah mereka masih banyak saat itu-. Mereka tidak mengetahui apa yang harus diucapkan kepadanya. Semuanya enggan dan khawatir untuk berfatwa terhadap perkara yang belum mereka ketahui, tetapi Ibnu Abbas atau sebagian Shahabat yang ada di sisinya berkata kepada wanita tersebut: “Andaikan kedua orang tua anda atau salah satunya masih hidup”.

Dan di antara hal yang menunjukkan bahwa tidak akan mampu menyihir, kecuali dia telah kafir:

Para setan yang dikirim melalui sihir pada orang yang disihir berkata: “Sesungguhnya si Fulan yang telah memerintahkan kami. Kami tidak bisa keluar darinya”.

Mereka menyebutkan bahwa ketika para setan itu mengajarkan sihir kepadanya, mereka mensyaratkan kepadanya untuk masuk toilet dengan membawa Al Qur’an, dia kencing di atasnya dan bersandal dengan Al Qur’an tersebut selama 40 hari.

Maka ini semua menunjukkan bahwa tukang sihir tidak mampu menyihir, kecuali setelah menjadi kafir.

Dari sini kami katakan bahwa sihir seluruhnya adalah kekafiran. Dan tukang sihir wajib dibunuh sebagai hukum had. Dan inilah yang tampak (dari keterangan yang ada) walaupun dia menampakkan taubatnya.

Ketahuilah bahwa sihir terbagi menjadi dua macam:

Pertama: Sihir ta’tsir.

Kedua: Sihir takhyil.

Sihir ta’tsir adalah sihir yang mengakibatkan khayalan-khayalan dan lain sebagainya pada orang yang disihir. Dan mempengaruhinya sampai hampir tidak mampu untuk mengendalikan diri. Terkadang bisa berlangsung tahunan, sementara dia tidak mampu merasakan ni’matnya ketentraman dan ni’matnya berakal. Dan jikalau dia dibawa ke rumah sakit dan para dokter memeriksanya secara medis, niscaya mereka akan menyatakan tidak ada penyakit apa-apa.

Dan dari jenis sihir ini terdapat hadits bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam pernah disihir. Dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha, dia berkata: “Nabi Shallallahu ’alaihi Wasallam pernah disihir sampai berkhayal telah melakukan sesuatu, padahal tidak melakukan apa-apa. Sampai pada suatu hari –dan beliau berada pada giliran saya-, beliau berdoa kepada Allah dengan suatu doa, kemudian berkata: “Apakan engkau mengetahui wahai Aisyah, bahwa Allah telah menjawab apa yang saya minta kepada-Nya tentangnya?”

Saya bertanya: “Apa itu wahai Rasulullah?”

Beliau bersabda: “Telah datang kepadaku dua orang, salah satunya duduk di bagian kepalaku dan yang lain duduk di bagian kedua kakiku. Kemudian salah satunya bertanya kepada temannya: “Apakah sakit orang ini?”

Dia menjawab: “Disihir”.

Temannya bertanya: “Siapa yang telah menyihirnya?”.

Dia menjawab: “Labid bin Al A’sham Yahudi dari Bani Zuraiq”.

Temannya bertanya: “Disihir dengan apa?”

Dia menjawab: “Dengan sisir, rambut dan mayang kurma jantan yang sudah kering”.

Temannya bertanya : “Di mana barang-barang tersebut?”

Dia menjawab : “Ada di sumur Dzu Arwan”.

Periwayat berkata: Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersama rombongan para sahabat pergi ke sumur tersebut. Kemudian, beliau memandang kepadanya dan di atasnya terdapat sebuah pohon korma, kemudian beliau kembali kepada Aisyah, lalu berkata: “Demi Allah, sungguh airnya seperti genangan hinna’ dan pohon kormanya seperti kepala-kepala setan”

Saya (Aisyah) bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah anda telah mengeluarkannya?”

Beliau bersabda: “Tidak! Adapun diriku telah dipulihkan dan disehatkan oleh Allah dan aku khawatir (ia) berpengaruh jelek kepada muslimin”. [HR Al Bukhari (5766) dan Muslim (2189)].

Sedangkan sihir takhyil adalah apa yang telah Allah sebutkan tentang (kisah) para tukang sihir yang bersama Fir’aun. Allah Azza min Qail berfirman:

]قَالَ أَلْقُوا فَلَمَّا أَلْقَوْا سَحَرُوا أَعْيُنَ النَّاسِ وَاسْتَرْهَبُوهُمْ وَجَاءُوا بِسِحْرٍ عَظِيمٍ[

Artinya : Musa menjawab: “Lemparkanlah (lebih dahulu)!” Maka tatkala mereka melemparkan, mereka menyulap mata orang dan menjadikan orang banyak itu takut, serta mereka mendatangkan sihir yang besar. Al A’raf : 116.

Dan Allah berfirman:

]قَالَ بَلْ أَلْقُوا فَإِذَا حِبَالُهُمْ وَعِصِيُّهُمْ يُخَيَّلُ إِلَيْهِ مِنْ سِحْرِهِمْ أَنَّهَا تَسْعَى[

Artinya: Berkata Musa: “Silakan kalian melemparkan”. Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka, terbayang kepada Musa seakan-akan ia merayap cepat, lantaran sihir mereka. [Thaha: 66]. Selesai.

Hukum Mendatangi Para Dukun, Tukang Sulap, Ahli Nujum, Paranormal, Illusionis, dan sebagainya

Syaikhuna Ahmad bin Yahya An-Najmi-Hafizhahullah-berkata: “Telah mutawatir hadits-hadits yang shahih yang menunjukkan bahwa barangsiapa datang kepada tukang ramal atau dukun atau ahli nujum, dia bertanya kepada mereka tentang sesuatu dari ilmu ghaib, kemudian dia membenarkan ucapan mereka, maka dia termasuk telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Sebab Al Qur’an telah menunjukkan bahwa hanya Allah yang mengetahui ilmu ghaib.” Allah Azza Wa Jalla berfirman:

]إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ [

Artinya: Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. [Luqman: 34]

Kemudian, Syaikhuna Ahmad An-Najmi berkata: “Maka barangsiapa datang kepada tukang ramal atau dukun atau ahli nujum, dia bertanya kepada mereka tentang sesuatu dari ilmu ghaib, kemudian dia membenarkan ucapan mereka, maka dia termasuk telah kafir dengan ayat ini dan tidak beriman dengannya. Sebab konsekuensi beriman dengannya adalah dengan tidak mendatangi para dukun, bertanya kepada mereka, terlebih lagi membenarkan mereka.”

Sejumlah ahlul ilmi telah menyebutkan kompromi di antara hadits-hadits ini bahwa barangsiapa mendatangi para dukun, kemudian tidak membenarkannya, maka tidak diterima shalatnya selama 40 hari. Sebab ini adalah sanksi baginya karena mendatangi para dukun.

Adapun barangsiapa mendatanginya, kemudian membenarkannya, maka dia termasuk telah kafir dengan apa yang diturunkan kepada Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.

Padanya terdapat peringatan keras dari mendatangi para dukun, mendengar ucapan mereka dan membenarkan kedustaan-kedustaan mereka. Dan untuk diketahui, bahwa yang demikian tidaklah terjadi melainkan pada diri orang yang lemah iman dan keyakinannya. Selesai dari yang saya ingin nukilkan.

Saudara-saudaraku, marilah kita semakin bersemangat, berjibaku, dan bahu membahu dalam berjihad untuk memberikan pencerahan tentang pentingnya tauhid dan bahayanya syirik. Dan berupaya menyampaikannya seluas-luasnya kepada seluruh lapisan masyarakat muslimin, baik di perkotaan, pedesaan maupun pelosok dengan cara yang termudah. Agar aqidah kaum muslimin terbentengi dengan kuat dari berbagai serangan iblis la’natullah ‘alaih dan bala tentaranya.
Al Faqir ila ‘afwi Rabbihi

Oleh: Abu Abdillah Muhammad Yahya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar