Ketika iman bersemi dalam hati sesuai tuntunan syariat, niscaya hati ini rindu terbang ke jannah dan takut siksa neraka

Sabtu, 28 Juli 2012

Adab Membaca Al Quran


Al Quranul Karim adalah firman Alloh yang tidak mengandung kebatilan sedikit pun. Al Quran memberi petunjuk jalan yang lurus dan memberi bimbingan kepada umat manusia di dalam menempuh perjalanan hidupnya, agar selamat di dunia dan di akhirat, dan dimasukkan dalam golongan orang-orang yang mendapatkan rahmat dari Alloh ta’ala. Untuk itulah tiada ilmu yang lebih utama dipelajari oleh seorang muslim melebihi keutamaan mempelajari Al Quran. Sebagaimana sabda Nabi sholallahu ‘alaihi wa sallam,                                                           Sebaik-baik kamu adalah orang yg mempelajari Al Quran dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)


Ketika membaca Al Quran, maka seorang muslim perlu memperhatikan adab-adab berikut ini untuk mendapatkan kesempurnaan pahala dalam membaca Al Quran:
Pertama, Membaca dalam keadaan suci, dengan duduk yang sopan dan tenang. Dalam membaca Al Quran seseorang dianjurkan dalam keadaan suci. Namun, diperbolehkan apabila dia membaca dalam keadaan terkena najis. Imam Haromain berkata, “Orang yang membaca Al Qu’an dalam keadaan najis, dia tidak dikatakan mengerjakan hal yang makruh, akan tetapi dia meninggalkan sesuatu yang utama.” (At Tibyan, hal. 58-59)
Kedua, Membacanya dengan pelan (tartil) dan tidak cepat, agar dapat menghayati ayat yang dibaca. Rosululloh bersabda, “Siapa saja yang membaca Al Quran (khatam) kurang dari tiga hari, berarti dia tidak memahami” (HR. Ahmad dan para penyusun kitab-kitab Sunan). Sebagian sahabat membenci pengkhataman Al Quran sehari semalam, dengan dasar hadits di atas. Rosululloh telah memerintahkan Abdullah Ibnu Umar untuk mengkhatamkan Al Quran setiap satu minggu (7 hari) (HR. Bukhori, Muslim). Sebagaimana yang dilakukan Abdullah bin Mas’ud, Utsman bin Affan, Zaid bin Tsabit, mereka mengkhatamkan Al Quran sekali dalam seminggu.
Ketiga, Membaca Al Quran dengan khusyu’, dengan menangis, karena sentuhan pengaruh ayat yang dibaca bisa menyentuh jiwa dan perasaan. Alloh ta’ala menjelaskan sebagian dari sifat-sifat hamba-Nya yang shalih,
وَيَخِرُّونَ لِلأَذْقَانِ يَبْكُونَ وَيَزِيدُهُمْ خُشُوعاً
“Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu’ (Al-Isra’: 109). Namun demikian tidaklah disyariatkan bagi seseorang untuk pura-pura menangis dengan tangisan yang dibuat-buat.
Keempat, Membaguskan suara ketika membacanya. Sebagaimana sabda Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam, “Hiasilah Al Quran dengan suaramu” (HR Ahmad, Ibnu Majah dan Al-Hakim). Di dalam hadits lain dijelaskan, “Tidak termasuk umatku orang yang tidak melagukan Al-Qur’an” (HR. Bukhari dan Muslim). Maksud hadits ini adalah membaca Al Quran dengan susunan bacaan yang jelas dan terang makhroj hurufnya, panjang pendeknya bacaan, tidak sampai keluar dari ketentuan kaidah tajwid. Dan seseorang tidak perlu melenggok-lenggokkan suara di luar kemampuannya.
Kelima, membaca Al-Qur’an dimulai dengan Isti’adzah. Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman,
فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
“Dan bila kamu akan membaca Al Quran, maka mintalah perlindungan kepada Alloh dari (godaan-godaan) syaithan yang terkutuk” (An Nahl: 98)
Keenam, membaca Al Quran dengan tidak mengganggu orang yang sedang sholat, dan tidak perlu membacanya dengan suara yang terlalu keras atau di tempat yang banyak orang. Bacalah dengan suara yang lirih secara khusyu’. Rosululloh bersabda, “Ingatlah bahwasanya setiap dari kalian bermunajat kepada Rabbnya, maka janganlah salah satu dari kamu mengganggu yang lain, dan salah satu dari kamu tidak boleh bersuara lebih keras daripada yang lain pada saat membaca (Al Quran)” (HR. Abu Dawud, Nasa’i, Baihaqi dan Hakim). Wallohu a’lam.

Penulis: Yusuf Abu Hudzaifah (Alumni Ma’had Ilmi)  [sumber: buletin At Tauhid]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar