Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu 'anhu
seorang shahabat yang mulia, berkisah: “Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda kepadaku: ‘Bacakanlah Al-Qur`an untukku.’ Aku bertanya heran: ‘Wahai
Rasulullah, apakah aku membacakan untukmu sementara Al-Qur`an itu diturunkan
kepadamu?’ Beliau menjawab: ‘Iya, bacalah.’ Aku pun membaca surat An-Nisa`
hingga sampai pada ayat:
فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ
بِشَهِيْدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلىَ هَؤُلاَءِ شَهِيْدًا
“Maka bagaimanakah
jika Kami mendatangkan seorang saksi bagi setiap umat dan Kami mendatangkanmu
sebagai saksi atas mereka itu.” (An-Nisa’: 41)Beliau bersabda: ‘Cukuplah.’
Aku menengok ke arah beliau, ternyata aku dapati kedua mata beliau basah
berlinang air mata.”1Saudariku muslimah, semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala
merahmatimu! Demikianlah keadaan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam ketika
membaca Al-Qur`an dan mendengarkannya. Sementara beliau adalah orang yang paling
tahu kandungan Al-Qur`an serta paling paham maknanya. Beliau juga adalah orang
yang telah diampuni dosa-dosanya. Namun bersamaan dengan itu, beliau tetap
tersentuh hatinya kala mendengarkan bacaan Al-Qur`an. Bahkan, beliau pernah
shalat dalam keadaan dada beliau bergemuruh karena isak tangis saat membaca
surat Al-Qur`an2.Allah Subhanahu wa Ta'ala memang telah menyebutkan
kandungan Al-Qur`an berupa janji dan ancaman, kisah surga dan kenikmatannya
berikut neraka dengan azabnya. Yang kesemua itu mestinya menggugah ambisi untuk
menggapai surga-Nya dan menangis karena takut akan neraka beserta azabnya. Allah
Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
اللهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيْثِ
كِتَابًا مُتَشَابِهًا مَثَانِيَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُوْدُ الَّذِيْنَ
يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِيْنُ جُلُوْدُهُمْ وَقُلُوْبُهُمْ إِلَى ذِكْرِ
اللهِ ذلِكَ هُدَى اللهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُضْلِلِ اللهُ فَمَا
لَهُ مِنْ هَادٍ
“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik yaitu
Al-Qur`an yang serupa ayat-ayatnya lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit
orang-orang yang takut kepada Rabb mereka, kemudian menjadi tenang kulit dan
hati mereka di waktu berzikir (mengingat) Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan
kitab itu, Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang
disesatkan Allah, maka tidak ada seorang pun pemberi petunjuk baginya.”
(Az-Zumar: 23)Dan Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memuji suatu kaum dalam
firman-Nya:
قُلْ آمِنُوا بِهِ أَوْ لاَ تُؤْمِنُوا إِنَّ الَّذِيْنَ
أُوتُوا الْعِلْمَ مِنْ قَبْلِهِ إِذَا يُتْلَى عَلَيْهِمْ يَخِرُّوْنَ
لِلأَذْقَانِ سُجَّدًا. وَيَقُوْلُوْنَ سُبْحَانَ رَبِّنَا إِنْ كَانَ وَعْدُ
رَبِّنَا لَمَفْعُوْلاً. وَيَخِرُّوْنَ لِلأَذْقَانِ يَبْكُوْنَ وَيَزِيْدُهُمْ
خُشُوْعًا
“Katakanlah (wahai Muhammad): ‘Berimanlah kalian kepadanya atau
tidak usah beriman. Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya,
apabila Al-Qur`an dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur di atas wajah
mereka sujud kepada Allah, seraya berkata: ‘Maha suci Rabb kami, sesungguhnya
janji Rabb kami pasti dipenuhi.’ Dan mereka menyungkur di atas wajah mereka
sambil menangis dan mereka bertambah khusyu.” (Al-Isra`: 107-109)Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri telah menganjurkan umatnya untuk khusyuk,
menghinakan diri, dan menangis saat membaca Al-Qur`an karena takut kepada Allah
Subhanahu wa Ta'ala. Beliau bersabda:
عَيْنَانِ لاَ تَمُسُّهُمَا
النَّارُ: عَيْنٌ بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ اللهِ وَعَيْنٌ بَاتَتْ تَحْرُسُ فِي
سَبِيْلِ اللهِ
“Dua mata yang tidak akan disentuh oleh api neraka:
(pertama) mata yang menangis karena takut kepada Allah, (kedua) mata yang
bermalam dalam keadaan berjaga di jalan Allah.”3Bahkan beliau menerangkan,
seseorang yang menangis karena takut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala akan masuk
ke dalam surga-Nya:
لاَ يَلِجُ النَّارَ رَجُلٌ بَكَى مِنْ خَشْيَةِ اللهِ
حَتَّى يَعُوْدَ اللَّبَنُ فِي الضَّرْعِ ...
“Tidak akan masuk neraka
seseorang yang menangis karena takut kepada Allah sampai susu (yang diperah)
bisa kembali ke kantung susu (kambing) ….”4Para shahabat Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam membaca Al-Qur`an dengan menghadirkan hati,
merenungi dan mengambil pelajaran dari ayat-ayatnya, hingga mengalirlah air mata
mereka dan khusyuk hati mereka. Mereka mengangkat tangan mereka kepada Rabb
mereka dengan menghinakan diri memohon kepada-Nya agar amal-amal mereka diterima
dan berharap ampunan dari ketergelinciran mereka. Mereka merindukan kenikmatan
nan abadi yang ada di sisi-Nya. Diriwayatkan bahwasanya Abu Bakr Ash-Shiddiq
radhiyallahu 'anhu ketika masih di Makkah, membangun tempat shalat di halaman
rumahnya. Beliau shalat di tempat tersebut dan membaca Al-Qur`an, hingga membuat
wanita-wanita musyrikin dan anak-anak mereka berkumpul di sekitarnya karena
heran dan takjub melihat apa yang dilakukan Abu Bakr. Sementara Abu Bakr
radhiyallahu 'anhu adalah sosok insan yang sering menangis, tidak dapat menahan
air matanya saat membaca Al-Qur`an5.‘Umar ibnul Khaththab radhiyallahu 'anhu
pun punya kisah. Beliau shalat mengimami manusia dan menangis saat membaca
Al-Qur`an dalam shalatnya, hingga bacaannya terhenti dan isaknya terdengar
sampai shaf ketiga di belakangnya. Beliau membaca ayat:
وَيْلٌ
لِلْمُطَفِّفِيْنَ
“Celakalah orang-orang yang berbuat curang.”Ketika
sampai pada ayat:
يَوْمَ يَقُوْمُ النَّاسُ لِرَبِّ
الْعَالَمِيْنَ
“Pada hari manusia berdiri di hadapan Rabb semesta
alam.”Beliau menangis hingga terhenti bacaannya.Al-Imam Al-Qurthubi
rahimahullah berkata: “Allah Subhanahu wa Ta'ala memuji orang-orang yang
menangis karena membaca/mendengar bacaan Al-Qur`an ketika mengabarkan tentang
para nabi dan para wali-Nya:
إِنَّ الَّذِيْنَ أُوتُوا الْعِلْمَ مِنْ
قَبْلِهِ إِذَا يُتْلَى عَلَيْهِمْ يَخِرُّوْنَ لِلأَذْقَانِ سُجَّدًا.
وَيَقُولُوْنَ سُبْحَانَ رَبِّنَا إِنْ كَانَ وَعْدُ رَبِّنَا
لَمَفْعُوْلاً
“Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan
sebelumnya, apabila Al-Qur`an dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur di atas
wajah mereka sujud kepada Allah, seraya berkata: ‘Maha suci Rabb kami,
sesungguhnya janji Rabb kami pasti dipenuhi’.” (Al-Isra`: 107-108)
إِذَا
تُتْلَى عَلَيْهِمْ آيَاتُ الرَّحْمنِ خَرُّوا سُجَّدًا وَبُكِيًّا
“Apabila
dibacakan kepada mereka ayat-ayat Ar-Rahman, mereka tersungkur dalam keadaan
sujud dan menangis.” (Maryam: 58)
وَيَخِرُّوْنَ لِلأَذْقَانِ يَبْكُوْنَ
وَيَزِيْدُهُمْ خُشُوْعًا
“Dan mereka menyungkur di atas wajah mereka
sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk.” (Al-Isra`: 109)Allah
Subhanahu wa Ta'ala mengabarkan bahwa tangisan karena takut kepada Allah
Subhanahu wa Ta'ala itu menambah kekhusyukan mereka. Sementara hanya orang-orang
berilmulah yang memiliki rasa takut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala sebagaimana
dalam firman-Nya:
إِنَّمَا يَخْشَى اللهَ مِنْ عِبَادِهِ
الْعُلَمَاءُ
“Hanyalah yang takut kepada Allah dari kalangan
hamba-hamba-Nya adalah para ulama.” (Fathir: 28)Dengan demikian orang yang
paling kenal dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala, dialah yang paling takut kepada
Allah Subhanahu wa Ta'ala. Karena itulah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
أَمَا وَاللهِ، إِنِّي لأَخْشَاكُمْ لِلّهِ وَأَتْقَاكُمْ
لَهُ
“Demi Allah, aku adalah orang yang paling takut kepada Allah di
antara kalian dan paling bertakwa kepada-Nya….” 6Abu Raja` berkata: “Aku
pernah melihat Ibnu ‘Abbas radhiyallahu 'anhuma, di bawah kedua matanya ada
garis semisal tali sandal yang usang karena sering dialiri air
mata.”7Saudariku… Demikianlah keadaan salaful ummah, orang-orang shalih dan
orang-orang terbaik dari kalangan umat ini. Bila salah seorang mereka melewati
penyebutan tentang neraka, terasa lepas hatinya karena takut dari neraka dan
ngeri akan siksanya. Bila melewatinya sebutan surga dan kenikmatannya, serasa
gemetar persendian mereka karena khawatir diharamkan dari merasakan
kenikmatannya yang kekal. Dua keadaan ini demikian memberi pengaruh, hingga
meneteslah air matanya dan khusyuk hatinya. Ia pun berusaha menyembunyikan
tangisan itu dari orang-orang di sekitarnya. Namun tak jarang tangis itu
terdengar dan mereka pun tahu keadaannya. Demikianlah tangis karena takut kepada
Allah Subhanahu wa Ta'ala dan amal yang ikhlas karena mengharap
wajah-Nya.Apa yang dilakukan orang-orang belakangan dengan mengeraskan suara
dan isakan ketika menangis dalam shalat bukanlah kebiasaan salaf. Karena hal itu
justru akan mengganggu orang-orang yang shalat di sekitarnya, dan dikhawatirkan
akan jatuh ke dalam perbuatan riya‘ serta menyelisihi petunjuk Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam. Semestinya seseorang menyembunyikannya dari
manusia semampunya, karena hal itu lebih baik dan lebih utama.Termasuk
perkara yang perlu menjadi perhatian sehubungan dengan pembacaan Al-Qur`an
adalah beradab terhadap Al-Qur`an dengan diam mendengarkannya, dalam rangka
mengamalkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ
فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
“Apabila
dibacakan Al-Qur`an maka dengarkanlah dan diamlah, mudah-mudahan kalian
dirahmati.” (Al-A’raf: 204)Sepantasnya bagi seorang muslim untuk menjaga apa
yang telah dihapalnya dari Al-Qur`an dan terus menerus membacanya agar tetap
tersimpan di dadanya. Karena Al-Qur`an begitu cepat lepasnya (hilang dari
ingatan) apabila tidak dijaga. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
تَعَاهَدُوْا هَذَا الْقُرْآنَ فَوَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ
بِيَدِهِ لَهُوَ أَشَدُّ تَفَلُّتًا مِنَ اْلإِبِلِ فِي
عُقُلِهَا
“Biasakanlah untuk terus menerus membaca Al-Qur`an karena demi
Zat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya sungguh dia (bacaan/hafalan
Al-Qur`an) itu lebih cepat lepas/hilangnya daripada unta dari tali pengikat
kakinya.”8Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah pernah berkata: “Orang-orang
sebelum kalian memandang Al-Qur`an sebagai surat-surat dari Rabb mereka. Mereka
pun mentadabburinya pada waktu malam dan merealisasikannya di waktu
siang.”Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata: “Pembawa Al-Qur`an adalah
pembawa bendera Islam. Tidak pantas baginya bermain-main bersama orang yang
main-main, dan tidak pula lalai bersama orang yang lalai, tidak berbuat laghwi
(sia-sia) bersama orang yang berbuat laghwi, dalam rangka mengagungkan hak
Al-Qur`an.” (At-Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur`an, hal. 44)Wallahu ta’ala
a’lam bish-shawab.(Diringkas dengan sedikit tambahan oleh Ummu Ishaq
Al-Atsariyyah dari kitab Al-Mukhtar lil Hadits fi Syahri Ramadhan Yastafidu
Minhul Wa’izh wal Khathib, hal. 118-125)
1 HR. Al-Bukhari no. 50502
Sebagaimana dalam hadits dari Mutharrif dari ayahnya Abdullah bin Asy-Syikhir
bin ‘Auf radhiyallahu 'anhu, ia berkata:
رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلىَّ
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي وَفِي صَدْرِهِ أَزِيْزٌ كَأَزِيْزِ الرَّحَى
مِنَ الْبُكَاءِ
“Aku melihat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
shalat dalam keadaan dada beliau berbunyi keras seperti suara periuk yang
mendidih karena tangisan beliau.” (HR. Abu Dawud no. 904, dishahihkan Asy-Syaikh
Al-Albani t dalam Shahih Abi Dawud)3 HR. At-Tirmidzi no. 1639, dishahihkan
Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih At-Tirmidzi dan Al-Misykat no. 38294 HR.
At-Tirmidzi no. 1633, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih At-Tirmidzi
dan Al-Misykat no. 38285 HR. Al-Bukhari no. 39056 HR. Al-Bukhari no.
50637 Siyar A’lamin Nubala`, 3/3528 HR. Al-Bukhari dan Muslim
Penulis : Al-Ustadzah Ummu Ishaq Zulfa Husen Al-Atsariyyah
Makkah 'Isha - 25th December 2024
-
*Makkah Isha *
(Surah Hashr: Ayaah 18-24) *Sheikh Baleelah*
Download 128kbps Audio
4 jam yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar