(Pengasuh Utama Ma’had Dar Al-Hadits Ma’bar –
Yaman)
بسم الله الرحمن الرحيم
Berikut kami haturkan biografi
ringkas Guru dan Bapak kami Asy-Syaikh Muhammad Al-Imam حفظه الله, karena adanya beberapa ikhwah dari Indonesia yang meminta kami menyajikan
tema ini.
Nama beliau: Muhammad bin Abdullah bin Husain bin Thahir bin
‘Ali bin Ghazy Ar-Raimy
Gelar beliau: Al-Imam
Nama Kunyah: Abu Nashr (dan Nashr adalah putra beliau yang
ketiga)
Dilahirkan: Sekitar pada tahun 1380 H atau 1960 M, di Desa
As-Sahla, Kecamatan Kasmah, Propinsi Raimah (Daerah yang banyak dataran tinggi
di Yaman).
Asal beliau: Beliau berasal dari Raimah yang terletak di Barat
Laut Ibu Kota Shan’a. Raimah merupakan deretan dataran tinggi yang meliputi tiga
sisi (Barat, Selatan dan Timur). Yang menuntut penduduknya memilki sifat yang
gigih serta sabar, sehingga ini pun membentuk kepribadian Asy-Syaikh yang
begitu gigih menghadapi berbagai rintangan dan begitu sabar membimbing dan
menjalankan amanat dakwah, serta sabar menghadapi berbagai kesusahan.
Sebagian Sifat Asy-Syaikh:
Kita akan simak sebagian sifat
Asy-Syaikh, karena menyebutkan semuanya akan membuat panjang pembicaraan, namun
sebagian yang kita sebutkan ini semoga menjadi contoh:
1.
Telah tergambar di atas bahwa Asy-Syaikh adalah orang yang gigih dan sangat
penyabar.
Bentuk kegigihan beliau: Kita
ambil contoh dalam hal dakwah saja: Beliau mencurahkan hampir semua waktu untuk
mengemban dakwah salafiyah ini. Dari waktu ke waktu kisaran kegiatan beliau
adalah meneliti permasalahan ilmiyah, mengajar dan menulis. Sampai tulisan
beliau telah mencapai sekitar 50 karya tulis. Nanti akan kami sebutkan rincian
kegiatan beliau insyaallah.
Bentuk kesabaran beliau: Kita
ambil contoh urusan intern ma’had saja. Bagaimana beliau begitu sabar
membimbing ribuan murid beliau dari yang berumur anak-anak sampai yang lanjut
usia. Menjadi pengurus puncak yang memikirkan pelajaran mereka, tempat tinggal
mereka, kebutuhan pangan mereka, dan sebagainya. Meskipun beliau memiliki para
pendamping yang mengurus bidang-bidang tertentu, tapi beliaulah yang menjadi
pemutus dan semua urusan kembali pada beliau. Sampai suatu ketika dana
keseharian ma’had untuk ribuan pelajar ini tidak ada, maka beliau yang mencari
jalan keluar dalam tanggungan beliau sendiri, entah dari mana jalannya, yang
kami tahu waktu itu dalam rupiah minus 250 juta rupiah. Dan Asy-Syaikh bersabar
dan bertawakal serta memohon jalan keluar hanya kepada Allah تعالى, disertai usaha yang sekiranya beliau mampu menempuhnya
(dan bukan dengan jalan meminta-minta). Dan akhirnya beberapa waktu kemudian
Allah تعالى segera menutup kekurangan
tersebut melalui hamba-hamba-Nya yang Dia pilih.
2.
Kecintaan beliau terhadap ibadah
Beliau adalah orang yang banyak
melakukan shalat, puasa sunnah, dan berdzikir di setiap kesempatan. Sebagai
contoh, beliau sebatas yang saya tahu hampir tidak pernah meninggalkan puasa
Senin – Kamis, puasa 3 hari dalam satu bulan (Ayam Al-Bidh). Beliau selalu
menunaikan shalat dhuha, selalu menunaikan shalat tahajud, baik ketika di rumah
ataupun safar. Oleh karena itu selalu mengajak murid-muridnya untuk melatih
diri menunaikan shalat tahajud, karena itulah amalannya orang shalih.
Maka tidak heran kalau wujud
kecintaan Allah تعالى terlihat pada beliau. Kami
saksikan jalan keluar dari kesulitan mudah beliau dapatkan, perlindungan dari
mara bahaya beliau rasakan, dan doa yang beliau panjatkan pun kami saksikan
pengabulannya dari Allah تعالى. Contoh saja, pada suatu jum’ah beliau mengajak doa minta hujan, maka malam harinya turun hujan sampai
membanjiri kamar kami waktu itu tanpa ada pertanda lebih dahulu akan turun
hujan.
3.
Rendah hati (Tawadhu’)
Contoh bentuk tawadhu’ beliau
adalah: Ketika dibacakan kepada beliau pertanyaan dengan menyebut beliau
Al-‘Allamah (orang yang sangat luas ilmunya), maka beliau segera berkata kepada
penanya: “Sebaiknya tinggalkan itu kata Al-‘Allamah, saya lebih suka disebut
dengan Akh Muhammad.” Demikian pula beliau tidak sungkan makan bersama kami
dalam satu nampan. Saya sendiri pernah beberapa kamli makan satu nampan dengan
beliau dan beliau yang mengambilkan daging untuk saya. Padahal beliau ibarat
rembulan di langit sedang saya batu di dasar gunung.
4.
Kedermawanan beliau
Beliau sangat murah hati dan
dermawan, hal ini pun dikenal oleh kawan dan lawan (orang yang tak cocok dengan
beliau). Sampaipun orang awam yang bukan murid beliau berkata: “Al-Imam itu
orangnya sangat baik dan sangat dermawan.” Betapa tidak, mendengar ada tamu
apalagi dari Indonesia, maka beliau langsung menyiapkan menu potong kambing
terbaik, berapapun jumlah tamu beliau. Kalau ada orang kesusahan dan datang
meminta bantuan pada beliau, maka beliaupun segera membantunya. Meskipun tidak
minta kalau beliau tahu sesuatu telah terjadi maka beliau segera mengutus orang
menyampaikan sesuatu. Dan inipun saya alami sendiri ketika mengetahui saya
sakit maka beliau mengirimkan sesuatu untu saya. Semoga Allah تعالى membalas perhatian beliau terhadap murid-muridnya
dan setiap orang.
5.
Sifat Qana’ah (Merasa cukup) dan Zuhud
Beliau tidak suka dengan tampilan
megah, beliau mengambil dari dunia ini apa yang membantu beliau untuk lancar
urusan akhiratnya. Dari tampang, beliau tampil sederhana biasa. Kalau orang
baru pertama kali melihat niscaya akan terheran bahwa beliau adalah Asy-Syaikh
Muhammad Al-Imam. Orangnya kurus, pakaiannya sederhana, layaknya orang biasa.
Namun ketika melihat para pengawal beliau baru menyadari bahwa orang ini luar
biasa. Setiap harinya beliau didampingi tiga pengawal yang tanggap dan siap
siaga. Alasan ketatnya pengawalan beliau bukan di sini tempat pemaparannya.
Suatu ketika ada orang membangun
sebuah rumah besar, kalau saya bilang gedung, lalu orang tersebut datang ke
Asy-Syaikh dan berkata: “Saya telah membangun sebuah rumah, silahkan Asy-Syaikh
huni, rumah itu untuk anda.” Namun Asy-Syaikh menolaknya dengan lembut, sudah
cukup dengan yang ada. Akhirnya rumah tersebut diberikan oleh yang bangun
kepada anak beliau.
6.
Sangat suka menempuh jalan terbaik dan yang lebih hati-hati
Sebagai contoh, dalam
permasalahan khilaf sesama ahlus sunnah, beliau berusaha pertama kali meredam
fitnah itu agar tidak meluas. Maka beliau membendung setiap jalan yang
menjadikan fitnah itu meluas, orang yang tidak bersangkutan diminta diam, orang
yang bersangkutan diminta menyelesaikan fitnah secara intern. Sampaipun
kalaupun diri beliau dihina karena cara itu, beliau tetap diam, kecuali yang
dihina adalah ulama atau dakwah, maka beliau angkat bicara tanpa menunjuk
hidung.
Saya pernah menyaksikan ketika di
kamar beliau, ada telpon dari seseorang tentang khilaf, maka beliau berkata:
“Tutup celah, tutup celah, jangan nyalakan fitnah!!!”
Ketika kami minta nasehat terkait
fitnah dan khilaf, maka beliau menasehatkan: “Upayakan nasehat dengan baik 2x,
jika dia menerima alhamdulillah, jika tidak maka engkau telah menunaikan
kewajiban, dan jangan memaksakan kehendak. Selesaikan masalah dihadapan orang
yang lebih tua dan berilmu. Hindari bentrokan dan benturan.”
Maka begitu besar perhatian
beliau dalam menyelamatkan arus bawah yang terncam terombang ambing fitnah dan
khilaf.
7.
Besarnya perhatian beliau terhadap umat
Contohnya, ketika datang
orang-orang yang memiliki maslah untuk diselesaikan maka beliau pun siap
menjadi penengah, ketika ada orang hendak meminta fatwa dan bertanya maka
beliaupun menyediakan waktu menjawab. Beliupun menyediakan waktu khusus untuk
menasehati orang-orang sakit melalui ceramah, dan menyediakan waktu khusus
untuk meruqyah dan mendengarkan keluhan orang-orang sakit.
Terkait perhatian beliau terhadap
para pelajar, maka beliau seperti sikap seorang bapak terhadap anaknya, selalu
memberikan yang terbaik. Terlebih terhadap kami yang dari luar Yaman. Mengingat
apa yang telah beliau curahkan untuk kami, kami hanya bisa terharu dan
meneteskan air mata. Perhatian dalam segala bidang, pembelaan dari segala
rintangan. Pernah beliau berkhutbah jum’ah khusus untuk kami yang membuat kami
berllinang air mata, sebuah pembelaan untuk kami dari gangguan para pengganggu.
Semoga Allah تعالى membalas segala kebaikan beliau.
Sebagai gambaran, dulu Asy-Syaikh
sebelum konsen ke ilmu agama beliau pernah belajar ilmu pengobatan.
Sebenarnya ada tanya-jawab kami
dengan Asy-Syaikh tentang kondisi Indonesia, namun belum selesai kami tata.
Semoga bisa segera kami kirim ke Indonesia.
8.
Hubungan beliau dengan pemerintah
Mungkin ini terakhir yang akan
kami sebutkan, supaya tidak terlalu panjang. Beliau selalu mentaati pemerintah
selama apa yang ditetapkan pemerintah tidak melanggar aturan Allah تعالى. Sebagai cantoh, ketika kami orang asing tidak
boleh memegang senjata, maka Asy-Syaikh melarang muridnya yang dari luar Yaman
untuk tidak berdekatan dengan senjata, mendekat saja tidak boleh apalagi
memegang. Maka dari itu kalau ada yang berkata kami dilatih perang dan teror,
maka kami akan bertanya apa buktinya, kami berdekatan dengan senjata saja tidak
boleh. Insyaallah akan jelas ketika kami menyebutkan kegiatan yang Asy-Syaikh
dan kami lakukan setiap harinya.
Lebih dari itu Asy-Syaikh juga
menyeru orang Yaman sendiri untuk tidak keluar menenteng senjata padahal tidak
ada keperluan yang mendesak.
Perjalanan
Beliau Menuntut IlmuFase Pertama: Pada tahun-tahun awal beliau, masalah pendidikan masih sangat minim. Namun beliau tetap belajar membaca dan menulis pada seseorang di desa beliau.
Fase Kedua: Menginjak masa remaja, maka beliau melakukan selayaknya anak muda Yaman, yaitu mencari rizqi untuk keluarganya. Dan waktu itu arah perjalan beliau adalah ke kota Ta’iz (kota industri Yaman). Namun beliau tidak berhenti belajar, maka disamping mencari rizqi, beliau juga belajar di suatau Ma’had di Ta’iz, sampai beliau menghafal 15 juz dari Al-Qur’an.
Fase Ketiga: Setelah menghafal setengah dari Al-Qur’an, maka Allah تعالى anugerahkan kelezatan ilmu pada diri Asy-Syaikh, sehingga merasa kalau hanya seperti ini maka tidak akan lega dahaga ilmu ini. Maka beliau berpikir harus rihlah menuntut ilmu, namun kemana??
Dan Allah تعالى taqdirkan jalannya, maka beliau mendengar ada seorang ‘alim ulama yang datang dari Arab Saudi ke Sha’dah (Dammaj), yang mana mengajari para pelajar tanpa menmungut biaya dari muridnya, bahkan ‘alim tersebut menanggung semua kebutuhan pangan dan papan. ‘Alim tersebut adalah Syaikh dari para Masyayikh Yaman, ahli hadits Yaman saat ini, yaitu Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’iy رحمه الله.
Maka Asy-Syaikh tergugah untuk mereguk siraman yang memuaskan dahaganya itu dari Asy-Syaikh tersebut. Berangkatlah beliau ke Dammaj dengan dana tabungannya, karena Asy-Syaikh bukanlah orang yang suka berpoya-poya denga hartanya. Maka beliau belajar di ma’had yang dikenal dengan Dar Al-Hadits As-Salafiyah Dammaj. Di sinilah beliau berubah total perjalanannya, beliau berusaha segigih mungkin untuk menjadi ulama. Karena kecintaan kepada ilmu ini beliau pernah bercerita pada kami, bahwa ceramah Asy-Syaikh Muqbil yang sangat beliau sukai adalah yang membahas keutamaan dan kelezatan ilmu.
Di Dammaj beliau menyelasaikan hafalan Al-Qur’annya dalam dua bulan. Beliau bahkan mau membantu pekerjaan dapur, asalkan yang dibantu ini mau menyimak hafalan Al-Qur’annya. Sehingga beliau merasakan bagaimana besarnya jasa orang yang mengurusi dapur santri, sehingga di Ma’bar pun beliau sangat memuliakan para petugas yang mengurusi dapur santri, sebuah pelayanan yang sangat besar kata beliau. Beliau juga mempelajari ilmu-ilmu yang lain, dari bahasa, aqidah, hadits, fiqih, dan lain sebagianya. Beliau juga mengahfal kitab-kitab penting.
Fase Keempat: Setelah Asy-Syaikh menikah dan telah dipandang matang oleh Asy-Syaikh Muqbil, maka beliau dipilih dan diutus oleh Asy-Syaikh Muqbil رحمه الله untuk berdakwah dan mengajar di Ma’bar, yang kala itu masih terpenuhi oleh pemikiran syi’ah. Utusan ini atas permintaan Asy-Syaikh Ahmad Al-Banus رحمه اللهpendiri masjid An-Nur Dar Al-Hadits Ma’bar.
Di Ma’bar Asy-Syaikh Al-Imam terus melanjutkan telaah ilmunya melalui kitab-kitab di perpustakaan, yang sekarang berisi puluhan ribu kitab dari berbagai bidang ilmu. Beliau mulai mengajar para pelajar yang ingin merasakan ilmu al-haq, meskipun syi’ah pada waktu itu begitu benci dan berusaha menyakiti Asy-Syaikh, naum beliau bersabar.
Murid beliau pada awalnya hanya tujuh orang saja, namun makin hari makin bertambah dengan keutamaan Allah تعالى. Hingga kini telah mencapai kurang lebih empat ribu orang, dan sudah ada yang mempunyai ma’had sendiri-sendiri dan murid-murid yang di ajari. Perjuangan yang tak kenal lelah selama 25 tahun, perjuangan yang hasilnya tidak sia-sia. Karena perjuangan ini karena Allah تعالى dan untuk Allah تعالى. Semoga kami bisa sebutkan diantara murid-murid Asy-Syaikh yang berhasil tersebut.
Kini Ma’bar telah menjadi daerah yang bersinar darinya cahaya ilmu syar’i al-haq. Sampai-sampai Asy-Sayikh Abdullah ‘Utsman Adz-Dzamary حفظه الله mengatakan: “Dakwah Asy-Syaikh Muhammad Al-Imam telah dirasakan hasilnya orang manusia dan jin.” Adapun manusia maka kami lihat secara nyata. Adapun jin mungkin karena banyaknya orang kesurupan yang datang ke beliau untuk dibantu lepas dari jin, dan mungkin diantara jin tersebut ada yang menerima dakwah beliau. Itulah keutamaan Allah تعالى yang Dia berikan kepada siapapun yang dikehendaki-Nya.
Keluarga Asy-Syaikh Muhammad Al-Imam
Beliau hanya memilki satu istri, yang mana istri beliau sifatnya tak kalah jauh dengan beliau. Demikian istri saya menyebutkan. Mengajar dan mengurusi pelajaran para santriwati, terlebih santriwati yang dari luar Yaman, maka sangat diperhatikan agar bisa mendapat pelajaran yang pas.
Putra-putri beliau: Setahu saya ada sekitar 9 anak. Yang laki-laki secara urut: Abdurrahman, Abdullah, Nashr, Yusuf, Abdurrahim, Abdul ‘Aziz, dan mungkin sisanya putri. Semuanya ini dari satu istri tadi yaitu Ummu Abdurrahman Al-Imam.
Yang Berusaha Merintangi Dakwah dan Perjuangan Beliau
Suatu ketika saya pernah ngobrol dengan orang dekat beliau, maka saya gunakan kesempatan itu untuk bertanya. Pihak siapa sajakah yang merintangi perjuangan Asy-Syaikh dan berusaha mencelakakan Asy-Syaikh?
Orang tersebut berkata: “Yang sangat berusaha merintangi dan mencelakakan Asy-Syaikh ada empat pihak:
1. Orang-orang Syi’ah (khususnya Rafidhah – Al-Hutsy),
2. Orang-orang Al-Qaidah (Jama’ah Jihad, termasuk didalamnya oknum Ikhwan Al-Muslimin),
3. Isytiraky (sekelompok orang yang berada di Yaman Selatan, yang kebanyakannya berpemikiran komunis),
4. Amerika Trio (karena Asy-Syaikh selalu berusaha menyingkap makar trio (Amerika-Israel-Iran) terhadap arab dan islam).” Sehingga sering sekali Asy-Syaikh setelah khutbah jum’ah berdoa: “Ya Allah runtuhkan Amerika dan pihak-pihak yang bersamanya 3x, Ya Allah runtuhkan Israel dan pihak-pihak yang bersamanya 3x, dan jadikanlah ia ghanimah untuk kaum muslimin.”
Beberapa kali pihak-pihak tertentu berusaha mencelakakan nyawa beliau dan tinggal menarik pelatuk saja, akan tetapi Allah تعالى masih berkehendak cahaya ini tetap bersinar. Perlindungan Allah تعالى menggagalkan tindakan orang tersebut. Dalam hadits Qudsy Allah تعالى berfirman: “Siapa yang memusuhi waliku maka Aku telah mengumumkan peperangan terhadapnya.” Semoga Allah تعالى senantiasa menjaga beliau dan memperbanyak orang yang seperti beliau.
Dan dari musuh beliau yang kedua yaitu (Al-Qaidah) bisa kita simpulkan: Bagaimana Asy-Syaikh dan ma’hadnya disebut teroris dan mengajarkan teror? Padahal kaum teroris saja mengancam beliau? Kenapa Al-Qaidah memusuhi Asy-Syaikh? Karena Asy-Syaikh selalu mengingatkan orang dan pemerintah agar hati-hati dari perbuatan bejat teror, pengeboman, penggulingan dan semisalnya.
Akankah Asy-Syaikh Bersedia ke Indonesia??
Banyak orang dari Indonesia berharap dan bertanya apakah Asy-Syaikh bersedia ke Indonesia?? Saya bersama beberapa teman pernah menanyakan kesediaan beliau untuk ke Indonesia. Beberapa ustadz yang berkunjung juga melakukan hal yang sama. Kalau dijumlah mungkin sudah 5 kali kami bertanya.
Dan jawaban beliau: “Lebih baik kalian meminta selain aku, alhamdulillah beberapa masyayikh ada yang siap untuk itu. Adapun aku sangat padat kegiatan dan tanggung jawabku, lebih dari itu tidak mudah (aman) bagiku untuk bepergian keluar.” Dari empat pihak yang memusuhi beliau tadi kami menjadi tahu kenapa beliau sulit diminta daurah ke negeri lain. Padahal permintaan banyak berdatangan dari beberapa negara Eropa, Jazair, Tunis, termasuk Indonesia.
Semoga Allah تعالى membalas kebaikan yang berlimpah pada beliau.
Kegiatan Asy-Syaikh
Berikut kami sebutkan kegiatan
Asy-Syaikh sehari-sehari secara kebanyakan kebiasaan beliau dari pagi sampai
pagi:
- Setelah shalat subuh sampai terbit matahari atau sekitar jam 7.30 pagi, beliau melakukan muraja’ah Al-Qur’an dan menyimak hafalan Al-Qur’an putra-putra beliau di kamar beliau yang terletak di ujung perpustakaan, terutama Nashr dan Yusuf. Sebagaimana saya lihat sendiri, waktu saya menemui beliau di kamar beliau pada waktu tersebut.
- Setelah itu beliau pulang ke rumah melakukan sarapan dan bersih-bersih diri. Kecuali kalau beliau sedang puasa maka tidak sarapan pagi.
- Jam 09.00 pagi beliau kembali kekamar beliau, dan melakukan shalat dhuha.
- Setelah itu beliau istirahat sekitar 30 menit di kamar beliau (kamar beliau ada dua bagian) untuk mempersiapkan diri menghadapi kegiatan yang akan bertumpuk sepanjang hari nanti.
- Setelah itu beliau melanjutkan kegiatan beliau setiap harinya, membahas, meneliti, menulis dan mempersiapkan pelajaran, sampai datang waktu zhuhur. Kecuali ada janji dengan seseorang maka beliau bertemu dengan orang tersebut.
- Setelah shalat zhuhur beliau
mengajarkan tafsir, pertama membaca tafsir Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’dy
setelah itu beliau memberikan tafsir sesuai ilmu yang Allah تعالى anugerahkan pada beliau.
Tafsir beliau sungguh menyejukkan kalbu kami, mengandung nasehat,
pembahasan ilmiyah dan sebagainya. Kami sedang berusaha mentranskripnya ke
dalam tulisan semoga Allah تعالى memudahkan agar bisa
direguk faedahnya oleh umat. Jazahullahkhair.
- Setelah mengajar tafsir beliau ke kamar beliau di perpustakaan, melayani orang-orang yang inginbertemu beliau, entah dari kalangan pelajar atau tamu orang awam. Beliau mendengar setiap permasalahan yang diajukan kemudian memberikan pemecahan. Satu demi satu masuk sampai antrian habis. Kemudian beliau pulang ke rumah untuk makan siang. Kecuali kalau sedang puasa maka beliau tetap tinggal.
- Setelah makan siang beliau kembali ke kamar beliau di perpustakaan dan melanjutkan pembahasan beliau serta menyiapkan pelajaran sampai datang waktu Ashr.
- Setelah shalat Ashr beliau mengajarkan Shahih Al-Bukhary dengan penjelasan yang penuh saduran ilmu.
- Setelah pelajaran beliau kembali ke kamar beliau dan melayani orang yang ingin bertemu, namun biasanya beliau melihat tingkat pentingnya masalah yang akan diajukan. Karena beliau pada waktu ini sangat sibuk dengan kegiatan penulisan dan menyiapkan pelajaran sampai datang waktu Maghrib.
- Setelah Maghrib beliau mengajarkan Shahih Muslim sampai satu jam ke depan. Pelajaran yang meluas yang faedahnya meliputi pembahasan semua bidang dari bahasa, aqidah – manhaj, ilmu ushul fiqih, ilmu hadits dan fiqih. Pelajaran ini sudah dua kali tamat dan sekarang dimulai dari awal lagi. Rekaman pelajaran sedang dalam proses transkrip untuk diterbitkan dalam bentuk buku.
- Setelah isya’ beliau menyediakan waktunya untuk mendengar permasalahan umat, siapapun yang datang. Kecuali pada hari Sabtu maka beliau memberikan ceramah nasehat khsusus untuk orang sakit. Hari Ahad untuk meruqyah orang yang memerlukan ruqyah. Selama 1 jam.
- Sekitar jam 10 malam beliau kembali ke rumah, dan sepertiga malam terakhir bangun melakukan shalat malam (tahajud). Ini bukan rahasia lagi bagi setiap muridnya.
Beginilah para ulama, waktunya
begitu padat, namun teratur dan orangnya disiplin. Sehingga beliau sering
menasehati muridnya untuk disiplin dalam hal waktu dan memanfaatkan waktu
sebaik mungkin jangan sampai ada yang terbuang sedikitpun.
Adapun kapan beliau makan malam,
maka kami belum tahu pasti, kemungkinan sekitar jam 10 malam ini.
Pelajaran Asy-Syaikh
Ada tiga pelajaran beliau: Tafsir
As-Sa’dy (setalah Zhuhur), Shahih Al-Bukhary (setelah Ashr), Shahih Muslim
(setelah Maghrib). Semua disiarkan secara langsung di link berikut ini: http://www.olamayemen.net/default_ar.aspx?id=219&Name=%D8%AF%D8%A7%D8%B1_%D8%A7%D9%84%D8%AD%D8%AF%D9%8A%D8%AB_%D8%A8%D9%85%D8%B9%D8%A8%D8%B1_(_%D8%A7%D9%84%D8%B4%D9%8A%D8%AE_%D8%A7%D9%84%D8%A5%D9%85%D8%A7%D9%85_)
Pada malam Kamis terkadang ada
nasehat khusus, pada malam Minggu ada nasehat khusus untuk orang sakit (tidak
siaran langsung). Semua siarang langsung dengan batasan waktu Yaman.
Biaya Hidup Asy-Syaikh
Mungkin sebagian orang bertanya
biaya hidup Asy-Syaikh dari mana? Sepertinya dari kegiatan beliau terlihat
beliau tidak mencari penghidupan?
Jawabannya: Secara pasti kami
juga tidak mengetahuinya. Pernah kami mendengar bahwa beliau memiliki suatu
toko, tapi kami belum tahu pasti. Tapi para donatur juga tidak tinggal diam,
mereka lebih suka mendermakan harta mereka untuk menjaga seorang ulama yang
menyeiakan waktunya untuk umat. Mereka berpikir harta mudah dicari di setiap
tempat, tapi mencetak seorang ulama itu ratusan kali lebih sulit dari
mengumpulkan harta. Mereka tidak membiarkan Asy-Syaikh untuk keluar mencari
penghidupan dan menelantarkan para pelajarnya. Di sinilah terwujud ta’awun
antara ulama dan pemilik harta dalam mengemban dakwah ini.
Bisa kita lihat pada sifat
qana’ah beliau, bagaimana beliau dibangunkan rumah, meski beliau tiak
menerimanya. Ini juga mengisyaratkan, beliau sangat teliti bagaimana mangatur
pengeluaran untuk kepentingan ma’had. Beliau jalankan dana sesuai amanah sang
pemberi dana.
Karya Tulis Beliau
Beliau telah menerbitkan sekitar
50 karya tulis, ada yang terkait masalah jin, sihir, perdukunan dan ruqyah, ada
yang terkait bantahan terhadap makar orang-orang kafir terhadap islam, ada yang
terkait pelurusan kekeliruan masyarakat islam, dan lain-lain. Yang mana tidak
bisa kami sebutkan satu per satu di sini.
Makanan Dan Kesehatan Beliau
Beliau sangat memperhatikan
kebaikan makanan yang beliau konsumsi. Beliau hanya makan secukupnya makanan
yang tidak banyak memudharatkan. Kebanyakannya alami yang tidak mengandung
banyak unsur kimia.
Contohnya: ketika mengajar beliau
selalu di sediakan sebotol air madu atau jus wortel. Setahu saya beliau tidak
minum minuman bersoda, sangat menjaga konsumsinya.
Hasilnya: Kesehatan beliau sangat
prima, bertahun tahun di sini belum pernah sekalipun syaikh absen mengajar
karena sakit. Sakit beliau yang pernah saya saksikan hanya serak karena
kecapekan.
Seorang pengajar aqidah di sini
mengatakan pada saya: Asy-Syaikh pernah berkata sendiri: “Aku tidak pernah
merasakan butuh berobat ke rumah sakit semenjak 25 tahun.” Subhanallah, Allah تعالى memberikan penjagaan ekstra kepada beliau.
Sehingga beliaupun merasa harus lebih banyak beibadah.
Mungkin terkait pribadi
Asy-Syaikh kita cukupkan sekian, semoga menjadi pelajaran bagi kita semua,
bagaimana kita mentauladani para ulama kita.
Sumber: http://thalibmakbar.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar