Aku bertanya kepada ayahku dan
Abu Zur’ah radliyallahu'anhuma tentang
madzhab Ahlus Sunnah dalam
masalah ushuluddin (pokok–pokok agama) juga tentang
pemahaman para ulama di berbagai
kota yang mereka ketahui, serta apa saja yang mereka
berdua yakini. Maka, keduanya
berkata : Kami telah berjumpa dengan para ulama di
seluruh kota baik di Hijaz, Iraq,
Mesir, Syam maupun Yaman, maka diantara madzhab yang
mereka anut adalah1:
1. Iman itu berupa perkataan dan
perbuatan2, bertambah dan
berkurang3.
2. Al–Qur’an adalah kalam Allah
dan bukan makhluk, dalam segala aspeknya4.
3. Takdir yang baik maupun yang
buruk adalah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala5
4. Di kalangan ummat ini, sebaik–baik
orang setelah Nabi adalah Abu Bakar Ash–Shiddiq,
kemudian ‘Umar bin Al–Khattab,
lalu ‘Utsman, lalu ‘Ali bin Abu Thalib radliyallahu
1 Periwayatan hadits diatas dapat
dilihat pada text asli dalam bahasa arabnya
2 Perkataan (ucapan) dengan lisan,
keyakinan dengan hati dan perbuatan dengan anggota badan
3 Banyak dalil mengenai hal itu,
diantaranya adalah firman Allah Ta’ala : “Dan orang – orang yang
mendapat
petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan kepada mereka
(balasan)
ketaqwaannya.”
(Muhammad 12). Allah Ta’ala juga berfirman : “Dan supaya orang –
orang yang
beriman bertambah imannya.” (Al-Muddatstsir 31). Dia juga berfirman pula : “Dan
apabila kepada
mereka dibacak ayat-ayat-Nya, maka bertambah iman mereka.” (Al-Anfal 2)
4 Ia dihafal di dalam dada,
diucapkan dengan lidah dan ditulis di berbagai mushaf. Barangsiapa yang
berkeyakinan bahwa Al–Qur’an itu
makhluk, maka ia adalah seorang penganut faham Jahmiyah
yang sesat. Ahlus Sunnah wal Jama’ah
bersepakat bahwa Al–Qur’an adalah kalam Allah dan
bukan makhluk.
Peringatan:
Sebagian ahlul ahwa’ dan orang–orang
yang di dalam hatinya ada penyakit, menyatakan bahwa Al-Imam Al-
Bukhari berkata : “Bacaan Al-Qur’anku
adalah makhluk.” Pernyataan ini merupakan kebohongan dan
kedustaan yang diatasnamakan
Al-Bukhari Abu ‘Abdillah ‘sang matahari agama dan dunia’ rahimahullah. Itu
tidak lain merupakan perkataan
orang–orang yang memusuhi dan dengki.
Muhammad bin Nashr berkata : “Saya
pernah mendengar Muhammad bin Isma’il Al-Bukhari
berkata : “Barangsiapa menyatakan
bahwa aku pernah mengatakan : ‘Bacaan Al-Qur’anku adalah
makhluk maka sesungguhnya ia
adalah seorang pendusta. Sungguh aku tidak pernah
mengatakannya.’ Maka saya bertanya
kepadanya : “Wahai Abu Abdillah, orang–orang banyak
sekali memprbicangkan hal ini ?”
Ia menjawab : “Yang benar hanyalah apa yang kukatakan ini.”
Lihat ‘Hadyus Sari Muqaddimmah
Fathul Bari’ 492, ‘Thabaqat Al-Hanabillah’ 1/227, ‘Siyar A’lam
An-Nubala’ XII/457, ‘Mukhtashar
Ash-Shawa’iq’, Ibnul Qayyim.
5 Allah Ta’ala berfirman : “Sesungguhnya,
segala sesuatu Kami ciptakan dengan takdir.” (Al-Qamar
49). Takdir adalah rahasia Allah.
Barangsiapa yang tidak menerima ketentuan dan takdir Allah
dengan ridla, maka hidupnya tidak
akan tenang.
. 2
'anhum. Mereka Khulafaur
Rasyidun Al–Mahdiyun para khalifah yang berpegang teguh
kepada agama dan mengikuti
kebenaran6.
5. Bahwa sepuluh sahabat yang
disebut dan dinyatakan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam masuk jannah, mereka
itu sesuai dengan pernyataan beliau7 dan perkataan
beliau itu benar.
6. Memintakan kasih sayang8 bagi seluruh
sahabat serta keluarga Muhammad shallallahu
'alaihi wa sallam, serta menahan
untuk membicarakan perselisihan yang terjadi diantara
mereka.
7. Bahwa Allah berada di atas ‘Arsy-Nya9, terpisah dari
seluruh makhluk-Nya,
sebagaimana sifat yang
diberitahukan-Nya dalam kitab-Nya melalui lisan Rasul-Nya,
tanpa diketahui kaif (bagaimana)nya.
Ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. Tidak ada
sesuatupun yang serupa dengan-Nya
dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
8. Allah Tabaraka wa Ta’ala akan
dapat dilihat di akhirat10. Segenap
penduduk jannah akan
melihat-Nya dengan mata kepala
mereka. Allah berbicara, sebagaimana dia
berkehendak.
9. Jannah (syurga) adalah
benar dan naar (neraka) adalah benar (adanya). Keduanya adalah
makhluk yang kekal abadi11. Jannah adalah
balasan bagi para wali-Nya, sedangkan
6 Mengenai hal itu terdapat beberapa
hadits shahih dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang
bersabda : “Hendaklah kalian
mengikuti sunnahku dan sunnah para khulafaur rasyidin sesudahku.”
Riwayat ini melalui jalur
Al-Irbadh bin Sariyah. Adapula riwayat dari Ibnu ‘Umar yang
berkata : “Kami berkata, sedangkan
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam masih hidup : Sebaik –
baik ummat Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam setelah beliau adalah Abu Bakar, Umar kemudian
Utsman.” Muttafaqun ‘Alaih.
7 Ada beberapa atsar (hadits) yang
diriwayatkan mengenai hal itu. Dari Sa’id bin Zaid yang berkata :
Bahwa saya pernah mendengar bahwa
beliau bersabda : “Sepuluh orang ada di jannah, Nabi di
jannah, Abu Bakar
di jannah, Umar di jannah, Utsman di jannah, Ali di jannah, Thalhah di jannah,
Sa’ad bin Malik
di jannah, Abdurrahman bin ‘Auf di jannah. Bila aku mau akan kusebutkan yang
kesepuluh.” Para sahabat
bertanya : “Siapakah dia ?” Beliau bersabda : “Sa’id bin Zaid” Hadits
shahih yang diriwayatkan oleh
Ashabus Sunan selain An-Nasa’i. Adapula riwayat lain yang
menyebutkan kesepuluh orang itu,
dari jalur Abdurrahman bin ‘Auf pada riwayat At-Tirmidzi dan
Ibnu Majah dengan sanad shahih. Di
situ, yang kesepuluh adalah Az–Zubair bin Al–‘Awwam.
8 Memintakan kasih sayang dan ridla
untuk para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
merupakan salah satu sifat hamba–hamba
Allah yang beriman dan bertaqwa, yang di dalam hati
mereka tidak terdapat kebencian,
kemunafikan dan kedengkian. Bagaimana mungkin seorang
mukmin tidak memintakan rahmat dan
ridla Allah untuk para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam, sedangkan mereka semua
berada di jannah berdasarkan keterangan dari nash Al-Qur’an :
“Dan Allah menjanjikan, untuk
masing–masing al-husna (kebaikan).” Al-Husna (kebaikan) disini
artinya jannah. Allah sendiri
telah menyatakan keridlaan-Nya kepada mereka : “Allah meridlai
mereka dan mereka
pun ridla kepada Allah.”
9 Bersemayamnya Allah di atas ‘Arsy-Nya
disebutkan dalam tujuh tempat di Al-Qur’an yaitu :
1). Al-A’raf ayat 56
2). Yunus ayat 3
3). Ar – Rad ayat 2
4). Thaha ayat 5
5). Al – Furqan ayat 59
6). As – Sajadah ayat 4
7). Al – Hadid ayat 4
10 Allah Ta’ala berfirman : “Wajah–wajah
mu’minin pada hari itu berseri–seri kepada Rabbnya
mereka melihat.” (Al-Qiyamah
22-23). Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda : “Sungguh kalian
akan
melihat Rabb
kalian seperti kalian melihat bulan pada malam purnama…” Hadits ini
terdapat dalam kitab–kitab
shahih.
neraka adalah hukuman bagi orang–orang
yang bermaksiat kepada-Nya, kecuali yang
mendapatkan rahmat-Nya.
10. Shirath adalah benar
(adanya)12.
11. Mizan (timbangan) yang
memiliki dua sisi timbangan untuk menimbang amalan para
hamba, yang baik maupun yang
buruk adalah benar (adanya)13.
12. Haudh (telaga) yang
dijadikan sebagai penghormatan bagi Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam dan segenap keluarganya,
adalah benar (adanya)14.
13. Syafa’at adalah benar
(adanya). Dan bahwa sebagian ahli tauhid keluar dari neraka
lantaran adanya syafa’at,
adalah benar 15.
14. Adzab kubur adalah
benar (adanya)16.
15. Munkar dan Nakir adalah benar
(adanya)17.
16. Malaikat mulia yang mencatat
amal perbuatan menusia adalah benar (adanya)18.
17. Kebangkitan setelah mati
adalah benar (adanya)19.
18. Para pelaku dosa besar berada
dalam masyi’ah (kehendak) Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kita tidak mengkafirkan ahli
kiblah disebabkan dosa mereka. Kita menyerahkan urusan
batin mereka kepada Allah ‘Azza
wa Jalla.
11 Dalam Syarah Aqidah Thahawiyah hal.
476-477, Imam Ath-Thahawi berkata : “Ahlus Sunnah
bersepakat bahwa jannah dan
neraka adalah dua makhluk yang sekarang telah ada…” Kemudian
beliau menyebutkan banyak dalil,
diantaranya Allah Ta’ala berfirman : “Telah disediakan (jannah)
itu bagi orang–orang
yang bertaqwa.”
(Ali ‘Imran 133). Dia Subhanahu wa Ta’ala juga
berfirman : “Yang telah
disediakan (jahannam itu) bagi orang kafir.” (Ali ‘Imran 131). Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda menceritakan kisah ‘Isra’ dan Mi’raj : “Kemudian, saya
memasuki jannah,
ternyata ia berupa bukit–bukit permata.” Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan
Muslim.
Peringatan
Penting :
Salah satu kesalahan yang banyak
menimpa para tokoh adalah penisbatan pendapat mengenai
ketidak kekalan neraka, kepada
Al-Hafizh Ibnul Qayyim rahimahullah. Hal itu telah diberitakan
kepada kita oleh Doktor Bakr Abu Zaid
dalam bukunya, “Asy-Syafa’ah wa Bayaanul Ladzina
Yasyfa’un.”
12 Shirath adalah jembatan
di atas Jahannam. Kita memohon kesentosaan dan keselamatan kepada
Allah. Mengenai itu terdapat
banyak hadits yang diriwayatkan dalam kitab – kitab shahih, sunan,
musnad dan mu’jam. Lihat buku kami
: “Asy-Syafa’ah wa Bayaanul Ladzina Yasyfa’un.”
13 Allah Ta’ala berfirman : “Kami
memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat.”
(Al-Anbiya’ 47). Ayat–ayat atau
hadits – hadits mengenai hal ini telah diketahui.
14 Hadits – hadits mengenai telaga
ini mencapai derajat mutawatir, diriwayatkan oleh lebih dari tiga
puluh sahabat. Lihat “Al-Bidayah
wan Nihayah” Ibnu Katsir, “As-Sunnah” Ibnu Abi Syaibah
dan “Ma’arij Al-Qabul”
Al-Hakamiy. Dari Anas bin Malik yang berkata : Nabi shallallahu 'alaihi
wa sallam bersabda : “Periuk di
telagaku besarnya antara Ailah hingga Shan’a di Yaman. Di sana
terdapat gayung
sebanyak jumlah bintang – bintang di langit.” Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan
Muslim.
15 Lihat buku kami “Asy-Syafa’ah
wa Bayaanul Ladzina Yasyfa’un kama Warada fil Qur’an was Sunnah Ash-
Shahihah.”
16 Terdapat hadits–hadits yang
diriwayatkan secara mutawatir dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
mengenai hal ini. Barangsiapa
menyangka bahwa hadits–hadits tersebut tergolong hadits ahad,
maka ia keliru.
17 Namanya disebut dalam hadits yang
diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dengan sanad hasan dari
Abu Hurairah.
18 Allah Ta’ala berfirman : “Dan
sesungguhnya bagi kamu ada malaikat–malaikat yang mengawasi.
Yang mulia dan
mencatat.”
(Al-Infithar 10-11)
19 Penyebutan tentang kebangkitan ini
banyak sekali terdapat dalam Al-Kitab Al-‘Aziz, khususnya
dalam surat–surat Makkiyah,
demikian pula dalam sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
19. Kita melaksanakan kewajiban
jihad dan haji bersama imam–imam kaum muslimin,
disetiap masa.
20. Kita tidak boleh melakukan
pembelotan terhadap para imam atau peperangan di masa
fitnah.
21. Kita mendengar dan menta’ati
siapa saja yang dijadikan Allah sebagai pemimpin kita.
Kita tidak akan melepaskan diri
dari ketaatan.
22. Kita mengikuti sunnah dan
jama’ah serta menghindari sikap menyimpang (nyleneh),
perselisihan dan perpecahan.
23. Jihad berlaku semenjak Allah
mengutus Nabi-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam hingga
terjadinya hari kiamat, bersama
imam–imam kaum muslimin, tanpa ada sesuatupun
yang menghapuskannya.
24. Demikian pula haji.
25. Begitu pula pembayaran zakat saimah20 kepada imam kaum
muslimin yang menjadi
pemimpin bagi kita.
26. Pada aslinya manusia secara
umum digolongkan mukmin berdasarkan hukum–hukum
dan pewarisan, adapun hakekat
keimanan mereka disisi Allah tidak diketahui.
Barangsiapa yang berkata bahwa ia
seorang mu’min sejati, maka ia adalah orang yang
berbuat bid’ah. Barangsiapa yang
berkata bahwa ia adalah orang yang mu’min disisi
Allah, maka ia termasuk pendusta,
sedangkan orang yang mengatakan, “Saya beriman
kepada Allah” maka yang
dilakukannya adalah benar21.
27. Kaum Murji’ah adalah
kaum yang berbuat bid’ah dan tersesat.
28. Kaum Qadariah adalah
kaum yang berbuat bid’ah dan tersesat. Barangsiapa diantara
mereka yang menyatakan bahwa
Allah Ta’ala tidak mengetahui apa yang akan terjadi
sebelum terjadinya, maka ia
kafir.
29. Kaum Jahmiyah adalah
kafir22.
30. Kaum Rafidhah adalah
kaum yang menolak Islam.
31. Kaum Khawarij adalah
kaum yang meluncur keluar dari agama23.
32. Barangsiapa menyatakan bahwa
Al–Qur’an itu makhluk, maka ia orang yang kafir
kepada Allah Yang Maha Agung,
dengan kekafiran yang mengeluarkannya dari millah.
Barangsiapa yang faham tetapi
meragukan kekafirannya, maka ia kafir.
20 Saimah ialah binatang –
binatang ternak baik itu unta, sapi maupun kambing, yang digembalakan
di padang maupun tanah kosong
selama satu tahun atau lebih.
21 Barangsiapa yang ingin lebih
mendalami kajian masalah ini, hendaklah ia membaca
Aqidah Thahawiyah
hal.
390-395.
22 Jahmiyah adalah nama yang
dinisbatkan kepada Jahm bin Shofwan, dialah orang yang
menyatakan peniadaan dan penolakan
sifat – sifat Allah.
23 Mereka adalah anjing penduduk
neraka, sebagaimana yang disebutkan dalam riwayat Al-Bukhari.
. 5
33. Barangsiapa yang ragu terhadap
Kalam Allah Ta’ala (Al–Qur’an), bimbang mengenainya
dan mengatakan, “Saya tidak tahu
apakah makhluk atau bukan makhluk” maka ia orang
yang berfaham jahmiyah.
34. Orang yang bimbang mengenai
Al–Qur’an dikarenakan kebodohan, maka harus diajari
dan dibid’ahkan, tetapi tidak
dikafirkan.
35. Barangsiapa yang mengatakan “Bacaan
Al–Qur’an-ku adalah makhluk” atau “Al–Qur’an
dengan bacaanku adalah makhluk”
maka ia adalah orang yang berpaham jahmiyah.
Syaikh Abu Thalib berkata:
Ibrahim bin ‘Umar berkata: Ali bin Abdul ‘Aziz berkata : Abu
Muhammad berkata: Saya mendengar
ayahku radliyallahu 'anhu berkata :
36. Tanda–tanda ahli bid’ah
adalah mengumpat ahlul ‘atsar (orang – orang yang berpegang
teguh dengan sunnah-pent).
37. Tanda–tanda orang zindiq adalah
mereka menyebut ahlul ‘atsar sebagai orang hasywiyah,
karena ingin menghapuskan sunnah.
38. Tanda–tanda kaum jahmiyah adalah
mereka menyebut ahlus sunnah sebagai kaum
musyabbihah.
39. Tanda–tanda kaum qadariyah
adalah mereka menyebut ahlus sunnah sebagai kaum yang
berpaham jabriyah.
40. Tanda–tanda kaum murji’ah adalah
mereka menyebut ahlus sunnah sebagai kaum
mukhalifah (yang suka
mempertentangkan) atau nuqshaniyah (yang suka mengurangi.
41. Tanda–tanda kaum rafidhah adalah
mereka menyebut ahlus sunnah sebagai kaum
tsaniyah.
42. Dalam perkara ini telah
tersesat banyak kelompok (dalam memahami ahlus sunnah),
padahal ahlus sunnah hanya
menyandang satu nama dan nama – nama ini semua tidak
mungkin menyatu (ada) pada
mereka.
43. Abu Muhammad bercerita kepada
kami, katanya: Dan saya mendengar ayahku dan Abu
Zur’ah mengisolasi orang yang
memiliki pemahaman yang menyimpang dan melakukan
bid’ah, menyalahkan pendapat
mereka dengan keras, menolak penulisan buku–buku
dengan pendapat tanpa berdasarkan
atsar, melarang berteman dengan ahli kalam atau
membaca buku–buku kaum
mutakallimin, serta berkata “Penganut ilmu kalam tidak
akan beruntung selamanya.”
Telah saya sampaikan semuanya,
dan segala puji bagi Allah Rabb semua alam,
semoga Allah melimpahkan shalawat
dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad
shallallahu 'alaihi wa sallam dan para keluarganya.
Akhir kitab I’tiqaduddin.
Oleh:
Ibnu Abi Hatim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar