Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
"Artinya : Tidak akan
datang kiamat sehingga .... zaman semakin berdekatan (terasa singkat)". (Shahih
Al-Bukhari, Kitab Al-Fitan 13:81-82)
Dan
diriwayatkan dari Abu Hurairah pula, katanya : Telah bersabda Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam.
"Artinya : Tidak akan
datang kiamat sehingga waktu semakin berdekatan (semakin singkat), setahun
seperti sebulan, sebulan seperti sejum'at, sejum'at seperti sehari, sehari
seperti sejam, dan sejam terasa hanya sekejap". (Musnad Ahmad 2 : 537-538
dengan catatan pinggir Muntakhab Al-Kanz. Dan diriwayatkan pula oleh Tirmidzi
dari Anas : Tuhfatul Ahwadzi Syarah Jami'ay Tirmidzi, Awab Zuhud, Bab Maa Ja-a
fi Taqoorubis Zaman wa Qashril Amal 6:624-625. Ibnu Katsir berkata,
"Isnadnya menurut syarat Muslim" : An-Nihayah fil Fitan wal Malahim
1:181 dengan tahqiq Dr Thaha Zaini)
Mengenai
berdekatnya zaman ini terdapat bermacam-macam pendapat ulama, antara
lain :
- Bahwa yang dimaksud dengan
berdekatnya zaman ialah sedikitnya barakah pada zaman (kesempatan) itu.
(Periksa : Ma'alimus sunan dengan catatan pinggir Mukhtashar Sunan Abu
Daud oleh Al-Mundziri 6:141-142; Jami'ul Ushul oleh Ibnu Atsir 10: 409;
Fathul Bari 13:16). Ibnu Hajar berkata, "Hal ini telah kita jumpai
pada masa sebelumnya". (Fathul Bari 31:16)
- Bahwa yang dimaksud ialah
zaman Al-Mahdi dan Isa 'Alaihissalam yang pada waktu itu manusia merasakan
kelezatan hidup, keamanan yang merata, dan keadilan yang menyeluruh.
Karena manusia itu bila hidup dalam kesenangan, mereka merasa hanya
sebentar, walaupun sebenarnya waktunya sudah lama. Dan sebaliknya mereka
merasakan penderitaan dan kesengsaraan itu lama sekali walaupun sebenarnya
saat penderitaan dan kesengsaraan itu hanya sebentar. (Fathul Bari
13:16)
- Bahwa yang dimaksud ialah
berdekatan atau hampir mirip kondisi masyarakat pada waktu itu karena
sedikitnya kepedulian mereka terhadap Ad-Din. Sehingga, sudah tidak
ada lagi orang yang menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
mungkar karena telah merajalelanya kefasikan dan eksisnya ahli kefasikan.
Hal ini terjadi ketika manusia sudah tidak mau menuntut ilmu tentang Ad-Din
(agama) dan ridha dengan kejahilan terhadap Ad-Din itu. Sebab,
keadaan sebagaimana dalam berilmu itu bertingkat-tingkat, tidak sama,
sebagaimana firman Allah : "Artinya : Dan di atas semua yang punya
ilmu itu ada lagi Yang Maha Mengetahui". (Yusuf : 76). Sedang
tingkat manusia dalam kejahilan itu setara. Yakni bila semua mereka itu
bodoh maka peringkat mereka sama saja.
- Bahwa yang dimaksud ialah
hubungan antar manusia pada zaman itu terasa begitu dekat karena
canggihnya alat-alat transportasi, baik lewat darat, udara (maupun laut)
yang demikian cepat sehingga jarak yang jauh terasa begitu dekat. (Itihaful
Jama'ah 1:497; dan Al-'Aqaid Al-Islamiyah oleh Sayid Sabiq : 247)
- Bahwa yang dimaksud ialah
jarak waktu semakin pendek dan berlalu dengan cepat secara hakiki. Ini
terjadi pada akhir zaman, dan hal ini belum terjadi hingga sekarang.
Persepsi ini diperkuat dengan alasan bahwa hari-hari Dajjal (pada zaman
Dajjal) menjadi panjang sehingga sehari itu seperti setahun, seperti
sebulan, dan seperti sejum'at lamanya. Bila saja hari-hari itu dapat
berubah menjadi panjang maka ia juga dapat berubah menjadi pendek. Hal ini
terjadi ketika aturan alam sudah rusak dan dunia telah mendekati masa
kehancurannya. (Mukhtashar Sunan Abu Daud 6:142 dan Jami'ul Ushul
10:409 dengan tahqiq Abdul Qadir Al-Arnauth)
Imam
Abu Hamzah 1) berkata : "Boleh jadi yang dimaksud dengan
berdekatannya zaman ialah jangka waktu itu menjadi pendek sebagaimana
disebutkan dalam hadits : "Tidak akan datang hari kiamat sehingga masa
setahun itu seperti sebulan". Dengan demikian, perpendekan waktu itu
boleh jadi bersifat hissiyah (inderawi) dan boleh jadi bersifat maknawi
(non inderawi). Yang bersifat hissi (inderawi) hingga sekarang belum
nampak, mungkin baru akan terjadi ketika kiamat sudah dekat.
Adapun yang
bersifat maknawi sudah terjadi, dan hal ini dapat dirasakan oleh
orang-orang yang memiliki pengetahuan agama dan yang memiliki perhatian dan
kejelian terhadap urusan duniawi. Hal ini dapat dijumpai ketika mereka tidak
lagi dapat menyelesaikan tugas atau pekerjaan-pekerjaan yang sebelumnya dapat
mereka selesaikan dengan porsi waktu yang sama. Mereka mengeluh hal itu, tetapi
tidak mereka ketahui sebabnya. Hal ini boleh jadi disebabkan lemahnya keimanan
karena banyaknyan perkara dan praktik hidup yang bertentangan dengan syara'
dalam pelbagai aspek. Dan lebih parah lagi dalam masalah makanan, di antaranya
ada yang haram melulu dan ada pula yang syubhat. Juga banyak pula orang yang
tidak memperdulikan cara mencari harta apakah dengan jalan halal atau dengan
jalan haram, yang penting mendapatkan hasil yang banyak. Pada kenyataannya, barakah pada waktu (masa), rizki, dan tanaman itu hanya diperoleh dengan iman yang kuat, mengikuti perintah Allah, dan menjauhi larangan-Nya. Allah berfirman.
"Artinya : Kalau penduduk
suatu negeri benar-benar beriman dan bertaqwa, niscaya Kami bukakan bagi mereka
barakah-barakah dari langit dan dari bumi". (Al-A'raf : 96)
Footnote:
1. Beliau adalah Al-'Allamah Abu Muhammad Abdullah bin Sa'ad bin Sa'id bin Abi Hamzah Al-Azdi Al-Andalusi Al-Maliki, seorang ulama hadits. Beliau memiliki banyak karangan, antara lain : "Jam'un Nihayah" yang merupakan Mukhtashar Shahih Bukhari, dan kitab "Al-Mara-i Al-Hisan" tentang hadits dan ru'ya. Ibnu Katsir berkata, "Beliau adalah Imam yang alim dan ahli ibadah..., suka menyampaikan kebenaran, menyuruh yang ma'ruf, dan mencegah yang mungkar. Beliau wafat di Mesir pada tahun 695H. Semoga Allah merahmati beliau. Al-Bidayah wan Nihayah 13:346, dan Al-A'lam 4:89.
Disalin dari buku Asyratus Sa'ah, Pasal
Tanda-Tanda Kiamat Kecil oleh Yusuf bin Abdullah bin Yusuf Al-Wabil, MA. edisi
Indonesia Tanda-Tanda Hari Kiamat hal. 119-121, terbitan Pustaka Mantiq,
Penerjemah Drs As'ad Yasin dan Drs Zaini Munir Fadholi. 1. Beliau adalah Al-'Allamah Abu Muhammad Abdullah bin Sa'ad bin Sa'id bin Abi Hamzah Al-Azdi Al-Andalusi Al-Maliki, seorang ulama hadits. Beliau memiliki banyak karangan, antara lain : "Jam'un Nihayah" yang merupakan Mukhtashar Shahih Bukhari, dan kitab "Al-Mara-i Al-Hisan" tentang hadits dan ru'ya. Ibnu Katsir berkata, "Beliau adalah Imam yang alim dan ahli ibadah..., suka menyampaikan kebenaran, menyuruh yang ma'ruf, dan mencegah yang mungkar. Beliau wafat di Mesir pada tahun 695H. Semoga Allah merahmati beliau. Al-Bidayah wan Nihayah 13:346, dan Al-A'lam 4:89.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar