Kalau ada sosok yang ditunggu-tunggu kedatangannya sepanjang
sejarah Islam, dimana setiap orang ingin menjadi sosok itu, maka dia adalah
sang penakluk Konstantinopel. Bahkan para shahabat Nabi sendiri pun berebutan
ingin menjadi orang yang diceritakan
Nabi SAW dalam sabdanya.
Betapa tidak, beliau Nabi SAW memang betul-betul memuji
sosok itu. Beliau bersabda “Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam.
Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang
berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.”
[H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335].
Dari Abu Qubail berkata: Ketika kita sedang bersama Abdullah
bin Amr bin al-Ash, dia ditanya: Kota manakah yang akan dibuka terlebih dahulu;
Konstantinopel atau Rumiyah?
Abdullah meminta kotak dengan lingkaran-lingkaran miliknya.
Kemudian dia mengeluarkan kitab. Abdullah berkata: Ketika kita sedang menulis
di sekitar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, beliau ditanya: Dua kota ini
manakah yang dibuka lebih dulu: Konstantinopel atau Rumiyah/Roma?
Rasul menjawab, “Kota Heraklius dibuka lebih dahulu.” Yaitu:
Konstantinopel.
(HR. Ahmad, ad-Darimi, Ibnu Abi Syaibah dan al-Hakim)
Hadits ini dishahihkan oleh al-Hakim. Adz-Dzahabi sepakat
dengan al-Hakim. Sementara Abdul Ghani al-Maqdisi berkata: Hadits ini hasan
sanadnya. Al-Albani sependapat dengan al-Hakim dan adz-Dzahabi bahwa hadits ini
shahih. (Lihat al-Silsilah al-Shahihah 1/3, MS)
Ada dua kota yang disebut dalam nubuwwat nabi di hadits
tersebut;
1. Konstantinopel
Kota yang hari ini dikenal dengan nama Istambul, Turki.
Dulunya berada di bawah kekuasaan Byzantium yang beragama Kristen Ortodoks.
Tahun 857 H / 1453 M, kota dengan Benteng legendaris tak tertembus akhirnya
runtuh di tangan Sultan Muhammad al-Fatih, sultan ke-7 Turki Utsmani.
2. Rumiyah
Dalam kitab Mu’jam al-Buldan dijelaskan bahwa Rumiyah yang
dimaksud adalah ibukota Italia hari ini, yaitu Roma. Para ulama termasuk Syekh
al-Albani pun menukil pendapat ini dalam kitabnya al-Silsilah al-Ahadits
al-Shahihah.
Kontantinopel telah dibuka 8 abad setelah Rasulullah
menjanjikan nubuwwat tersebut. Tetapi Roma, hingga hari ini belum kunjung
terlihat bisa dibuka oleh muslimin. Ini menguatkan pernyataan Nabi dalam hadits
di atas. Bahwa muslimin akan membuka Konstantinopel lebih dulu, baru Roma.
Itu artinya, sudah 15 abad sejak Rasul menyampaikan
nubuwwatnya tentang penaklukan Roma, hingga kini belum juga Roma jatuh ke
tangan muslimin.
Kekaisaran Romawi terpecah dua, Katholik Roma di Vatikan dan
Yunani Orthodoks di Byzantium atau Constantinople yang kini menjadi Istanbul.
Perpecahan tersebut sebagai akibat konflik gereja meskipun dunia masih tetap
mengakui keduanya sebagai pusat peradaban. Constantine The Great memilih kota
di selat Bosphorus tersebut sebagai ibukota, dengan alasan strategis di batas
Eropa dan Asia, baik di darat sebagai salah satu Jalur Sutera maupun di laut
antara Laut Tengah dengan Laut Hitam dan dianggap sebagai titik terbaik sebagai
pusat kebudayaan dunia, setidaknya pada kondisi geopolitik saat itu.
Constantinople yang kini menjadi Istanbul. Perpecahan tersebut sebagai akibat
konflik gereja meskipun dunia masih tetap mengakui keduanya sebagai pusat
peradaban. Constantine The Great memilih kota di selat Bosphorus tersebut
sebagai ibukota, dengan alasan strategis di batas Eropa dan Asia, baik di darat
sebagai salah satu Jalur Sutera maupun di laut antara Laut Tengah dengan Laut
Hitam dan dianggap sebagai titik terbaik sebagai pusat kebudayaan dunia,
setidaknya pada kondisi geopolitik saat itu.
Yang mengincar kota ini untuk dikuasai termasuk bangsa
Gothik, Avars, Persia, Bulgar, Rusia, Khazar, Arab Muslim dan Pasukan Salib
meskipun misi awalnya adalah menguasai Jerusalem. Arab-Muslim terdorong ingin
menguasai Byzantium tidak hanya karena nilai strategisnya, tapi juga atas
kepercayaan kepada ramalan Rasulullah SAW melalui riwayat Hadits di atas.
Sayangnya, prestasi yang satu itu, yaitu menaklukkan kota
kebanggaan bangsa Romawi, Konstantinopel, tidak pernah ada yang mampu
melakukannya. Tidak dari kalangan sahabat, tidak juga dari kalangan tabi`in,
tidak juga dari kalangan khilafah Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah.
Di masa sahabat, memang pasukan muslim sudah sangat dekat
dengan kota itu, bahkan salah satu anggota pasukannya dikuburkan di seberang
pantainya, yaitu Abu Ayyub Al-Anshari radhiyallahuanhu. Tetapi tetap saja kota
itu belum pernah jatuh ke tangan umat Islam sampai 800 tahun lamanya.
Konstantinopel memang sebuah kota yang sangat kuat, dan
hanya sosok yang kuat pula yang dapat menaklukkannya. Sepanjang sejarah kota
itu menjadi kota pusat peradaban barat, dimana Kaisar Heraklius bertahta.
Kaisar Heraklius adalah penguasa Romawi yang hidup di zaman Nabi SAW, bahkan
pernah menerima langsung surat ajakan masuk Islam dari beliau SAW.
Ajakan Nabi SAW kepada sang kaisar memang tidak lantas
disambut dengan masuk Islam. Kaisar dengan santun memang menolak masuk Islam,
namun juga tidak bermusuhan, atau setidaknya tidak mengajak kepada peperangan.
Biografi Singkat
Sultan Mehmed II atau juga dikenal sebagai Muhammad Al-Fatih
(bahasa Turki Ottoman: م*مد ثانى
Mehmed-i sānī, bahasa Turki: II. Mehmet, juga dikenal sebagai el-Fatih (الفات), "sang Penakluk", dalam bahasa
Turki Usmani, atau, Fatih Sultan Mehmet dalam bahasa Turki;
Sultan Muhammad II dilahirkan pada 29 Maret 1432 Masehi di
Adrianapolis (perbatasan Turki – Bulgaria). menaiki takhta ketika berusia 19
tahun dan memerintah selama 30 tahun (1451 – 1481).
Lambang Kekhalifahan
Beliau merupakan seorang sultan Turki Utsmani yang
menaklukkan Kekaisaran Romawi Timur. Mempunyai kepakaran dalam bidang
ketentaraan, sains, matematika & menguasai 7 bahasa yaitu Bahasa Arab,
Latin, Yunani, Serbia, Turki, Persia dan Israil. Beliau tidak pernah
meninggalkan Shalat fardhu, Shalat Sunat Rawatib dan Shalat Tahajjud sejak
baligh. Beliau wafat pada 3 Mei 1481 kerana sakit gout sewaktu dalam perjalanan
jihad menuju pusat Imperium Romawi Barat di Roma, Italia. Dari sudut pandang
Islam, ia dikenal sebagai seorang pemimpin yang hebat, pilih tanding, dan
tawadhu'' setelah Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (pahlawan Islam dalam perang
Salib) dan Sultan Saifuddin Mahmud Al-Qutuz (pahlawan Islam dalam peperangan di
''Ain Al-Jalut" melawan tentara Mongol).
Usaha Sultan dalam Menaklukan Konstantinopel
Istanbul atau yang dulu dikenal sebagai Konstantinopel,
adalah salah satu Bandar termasyhur dunia. Bandar ini tercatat dalam tinta emas
sejarah Islam khususnya pada masa Kesultanan Utsmaniyah, ketika meluaskan wilayah
sekaligus melebarkan pengaruh Islam di banyak negara. Bandar ini didirikan
tahun 330 M oleh Maharaja Bizantium yakni Constantine I. Kedudukannya yang
strategis, membuatnya punya tempat istimewa ketika umat Islam memulai
pertumbuhan di masa Kekaisaran Bizantium. Rasulullah Shallallahu ''Alaihi
Wasallam juga telah beberapa kali memberikan kabar gembira tentang penguasaan
kota ini ke tangan umat Islam seperti dinyatakan oleh Rasulullah Shallallahu
''Alaihi Wasallam pada perang Khandaq.
Para khalifah dan pemimpin Islam pun selalu berusaha
menaklukkan Konstantinopel. Usaha pertama dilancarkan tahun 44 H di zaman
Mu''awiyah bin Abi Sufyan Radhiallahu ''Anhu. Akan tetapi, usaha itu gagal.
Upaya yang sama juga dilakukan pada zaman Khilafah Umayyah. Di zaman pemerintahan
Abbasiyyah, beberapa usaha diteruskan tetapi masih menemui kegagalan termasuk
di zaman Khalifah Harun al-Rasyid tahun 190 H. Setelah kejatuhan Baghdad tahun
656 H, usaha menawan Kostantinopel diteruskan oleh kerajaan-kerajaan kecil di
Asia Timur (Anatolia) terutama Kerajaan Seljuk. Pemimpinnya, Alp Arselan
(455-465 H/1063-1072 M) berhasil mengalahkan Kaisar Roma, Dimonos (Romanus
IV/Armanus), tahun 463 H/1070 M. Akibatnya sebagian besar wilayah Kekaisaran
Roma takluk di bawah pengaruh Islam Seljuk.
Awal kurun ke-8 hijriyah, Daulah Utsmaniyah mengadakan
kesepakatan bersama Seljuk. Kerjasama ini memberi nafas baru kepada usaha umat
Islam untuk menguasai Konstantinopel. Usaha pertama dibuat di zaman Sultan
Yildirim Bayazid saat dia mengepung bandar itu tahun 796 H/1393 M. Peluang yang
ada telah digunakan oleh Sultan Bayazid untuk memaksa Kaisar Bizantium
menyerahkan Konstantinople secara aman kepada umat Islam. Akan tetapi, usahanya
menemui kegagalan karena datangnya bantuan dari Eropa dan serbuan bangsa Mongol
di bawah pimpinan Timur Lenk.
Selepas Daulah Utsmaniyyah mencapai perkembangan yang lebih
maju dan terarah, semangat jihad hidup kembali dengan nafas baru. Hasrat dan
kesungguhan itu telah mendorong Sultan Murad II (824-863 H/1421-1451 M) untuk
meneruskan usaha menaklukkan Kostantinopel. Beberapa usaha berhasil dibuat
untuk mengepung kota itu tetapi dalam masa yang sama terjadi pengkhianatan di
pihak umat Islam. Kaisar Bizantium menabur benih fitnah dan mengucar-kacirkan
barisan tentara Islam. Usaha Sultan Murad II tidak berhasil sampai pada zaman
anak beliau, Sultan Muhammad Al-Fatih (Mehmed II), sultan ke-7 Daulah
Utsmaniyyah.
Semenjak kecil, Sultan Muhammad Al-Fatih telah mencermati
usaha ayahnya menaklukkan Konstantinopel. Bahkan beliau mengkaji usaha-usaha
yang pernah dibuat sepanjang sejarah Islam ke arah itu, sehingga menimbulkan
keinginan yang kuat baginya meneruskan cita-cita umat Islam. Ketika beliau naik
tahta pada tahun 855 H/1451 M, dia telah mulai berpikir dan menyusun strategi
untuk menawan kota bandar tadi. Kekuatan Sultan Muhammad Al-Fatih terletak pada
ketinggian pribadinya. Sejak kecil, dia dididik secara intensif oleh para
''ulama terulung di zamannya. Di zaman ayahnya, yaitu Sultan Murad II,
Asy-Syeikh Muhammad bin Isma''il Al-Kurani telah menjadi murabbi Amir Muhammad
(Al-Fatih). Sultan Murad II telah menghantar beberapa orang ''ulama untuk
mengajar anaknya sebelum itu, tetapi tidak diterima oleh Amir Muhammad. Lalu,
dia menghantar Asy-Syeikh Al-Kurani dan memberikan kuasa kepadanya untuk
memukul Amir Muhammad jika membantah perintah gurunya.
Waktu bertemu Amir Muhammad dan menjelaskan tentang hak yang
diberikan oleh Sultan, Amir Muhammad tertawa. Dia lalu dipukul oleh Asy-Syeikh
Al-Kurani. Peristiwa ini amat berkesan pada diri Amir Muhammad lantas setelah
itu dia terus menghafal Al-Qur''an dalam waktu yang singkat. Di samping itu,
Asy-Syeikh Aaq Samsettin (Syamsuddin) merupakan murabbi Sultan Muhammad
Al-Fatih yang hakiki. Dia mengajar Amir Muhammad ilmu-ilmu agama seperti Al-Qur''an,
hadits, fiqih, bahasa (Arab, Parsi dan Turki), matematika, falak, sejarah, ilmu
peperangan dan sebagainya.
Syeikh Aaq Syamsudin lantas meyakinkan Amir Muhammad bahwa
dia adalah orang yang dimaksudkan oleh Rasulullah Shallallahu ''Alaihi Wasallam
di dalam hadits pembukaan Kostantinopel.
Hari Jumat, 6 April 1453 M, Muhammad II bersama gurunya
Syeikh Aaq Syamsudin, beserta tangan kanannya Halil Pasha dan Zaghanos Pasha
merencanakan penyerangan ke Konstantinopel dari berbagai penjuru benteng kota
tersebut. Dengan berbekal 250.000 ribu pasukan dan meriam -teknologi baru pada
saat itu- Para mujahid lantas diberikan latihan intensif dan selalu diingatkan
akan pesan Rasulullah Shallallahu ''Alaihi Wasallam terkait pentingnya
Konstantinopel bagi kejayaan Islam.
Muhammad II mengirim surat kepada Paleologus untuk masuk
islam atau menyerahkan penguasaan kota secara damai dan membayar upeti atau
pilihan terakhir yaitu perang. Constantine menjawab bahwa dia tetap akan
mempertahankan kota dengan dibantu Kardinal Isidor, Pangeran Orkhan dan Giovani
Giustiniani dari Genoa.
Constantine XI
Setelah proses persiapan yang teliti, akhirnya pasukan
Sultan Muhammad Al-Fatih tiba di kota Konstantinopel pada hari Kamis 26 Rabiul
Awal 857 H atau 6 April 1453 M. Di hadapan tentaranya, Sultan Al-Fatih lebih
dahulu berkhutbah mengingatkan tentang kelebihan jihad, kepentingan memuliakan
niat dan harapan kemenangan di hadapan Allah Subhana Wa Ta''ala. Dia juga
membacakan ayat-ayat Al-Qur''an mengenainya serta hadis Nabi Shallallahu
''Alaihi Wasallam tentang pembukaan kota Konstantinopel. Ini semua memberikan
semangat yang tinggi pada Bala tentera dan lantas mereka menyambutnya dengan
zikir, pujian dan doa kepada Allah Subhana Wa Ta'ala.
Kota dengan benteng >10m tersebut memang sulit ditembus,
selain di sisi luar benteng pun dilindungi oleh parit 7m. Dari sebelah barat
pasukan Artileri harus membobol benteng dua lapis, dari arah selatan Laut
Marmara pasukan laut Turki harus berhadapan dengan pelaut Genoa pimpinan
Giustiniani dan dari arah timur Armada laut harus masuk ke selat sempit Golden
Horn yang sudah dilindungi dengan rantai besar hingga kapal perang ukuran kecil
pun tak bisa lewat.
Berhari-hari hingga berminggu-mingGu benteng Byzantium tak
bisa jebol, kalaupun runtuh membuat celah maka pasukan Constantine langsung
mempertahankan celah tsb dan cepat menutupnya kembali. Usaha lain pun dicoba
dengan menggali terowongan di bawah benteng, cukup menimbulkan kepanikan kota,
namun juga gagal.
Hingga akhirnya sebuah ide yang terdengar bodoh dilakukan
hanya dalam waktu semalam. Salah satu pertahanan yang agak lemah adalah melalui
Teluk Golden Horn yang sudah dirantai. Ide tersebut akhirnya dilakukan, yaitu
dengan memindahkan kapal-kapal melalui darat untuk menghindari rantai
penghalang, hanya dalam semalam dan 70-an kapal bisa memasuki wilayah Teluk
Golden Horn (ini adalah ide ”tergila” pada masa itu namun Taktik ini diakui
sebagai antara taktik peperangan (warfare strategy) yang terbaik di dunia oleh
para sejarawan Barat sendiri).
70 kapal di tarik melewati bukit di daerah Galata untuk
masuk ke Teluk Golden Horn yang di hadang rantai.
Rantai yang melindungi pintu masuk ke Teluk Golden Horn
Sultan Muhammad Al-Fatih pun melancarkan serangan
besar-besaran ke benteng Bizantium di sana. Takbir "Allahu Akbar, Allahu
Akbar!" terus membahana di angkasa Konstantinopel seakan-akan meruntuhkan
langit kota itu. Pada 27 Mei 1453, Sultan Muhammad Al-Fatih bersama tentaranya
berusaha keras membersihkan diri di hadapan Allah Subhana Wa Ta''ala. Mereka
memperbanyak shalat, doa, dan dzikir. Hingga tepat jam 1 pagi hari Selasa 20
Jumadil Awal 857 H atau bertepatan dengan tanggal 29 Mei 1453 M, setelah sehari
istirahat perang, pasukan Turki Utsmani dibawah komando Sultan Muhammad II
kembali menyerang total, diiringi hujan dengan tiga lapis pasukan, irregular di
lapis pertama, Anatolian army di lapis kedua dan terakhir pasukan elit
Yanisari.
Giustiniani sudah menyarankan Constantine untuk mundur atau
menyerah tapi Constantine tetap konsisten hingga gugur di peperangan. Kabarnya
Constantine melepas baju perang kerajaannya dan bertempur bersama pasukan biasa
hingga tak pernah ditemukan jasadnya. Giustiniani sendiri meninggalkan kota
dengan pasukan Genoa-nya. Kardinal Isidor sendiri lolos dengan menyamar sebagai
budak melalui Galata, dan Pangeran Orkhan gugur di peperangan.
Ottoman Siege : Pasukan Turki Utsmani yang sangat canggih di
zamannya dengan teknologi Meriam Terbesar di zamannya
Para mujahidin diperintahkan supaya meninggikan suara takbir
kalimah tauhid sambil menyerang kota. Tentara Utsmaniyyah akhirnya berhasil
menembus kota Konstantinopel melalui Pintu Edirne dan mereka mengibarkan
bendera Daulah Utsmaniyyah di puncak kota. Kesungguhan dan semangat juang yang
tinggi di kalangan tentara Al-Fatih, akhirnya berjaya mengantarkan cita-cita
mereka.
Konstantinopel telah jatuh, penduduk kota berbondong-bondong
berkumpul di Hagia Sophia/ Aya Sofia, dan Sultan Muhammad II memberi
perlindungan kepada semua penduduk, siapapun, baik Yahudi maupun Kristen karena
mereka (penduduk) termasuk non muslim dzimmy (kafir yang harus dilindungi
karena membayar jizyah/pajak), muahad (yang terikat perjanjian), dan musta’man
(yang dilindungi seperti pedagang antar negara) bukan non muslim harbi (kafir
yang harus diperangi). Konstantinopel diubah namanya menjadi Islambul (Islam
Keseluruhannya). Hagia Sophia pun akhirnya dijadikan masjid dan gereja-gereja
lain tetap sebagaimana fungsinya bagi penganutnya.
Toleransi tetap ditegakkan, siapa pun boleh tinggal dan
mencari nafkah di kota tersebut. Sultan kemudian membangun kembali kota,
membangun sekolah gratis, siapapun boleh belajar, tak ada perbedaan terhadap
agama, membangun pasar, membangun perumahan, membangun rumah sakit, bahkan
rumah diberikan gratis bagi pendatang di kota itu dan mencari nafkah di sana.
Hingga akhirnya kota tersebut diubah menjadi Istanbul, dan pencarian makam Abu
Ayyub dilakukan hingga ditemukan dan dilestarikan. Dan kini Hagia Sophia sudah
berubah menjadi museum.
Keterangan tambahan
mengenai pasukan infanteri:
Janisari berasal dari bahasa Turki Utsmaniyah Yeniceri yang
berarti "pasukan baru" adalah pasukan infanteri yang dibentuk oleh
Sultan Murad I dari Kekalifahan Bani Seljuk pada abad ke-14. Pasukan ini
berasal dari bangsa-bangsa Eropa Timur yang wilayahnya berhasil dikuasai oleh Turki.
Utsmani Tentara ini dibentuk tak lama setelah Kekaisaran Byzantium kalah oleh
Turki Utsmani. Alasan utama pembentukan laskar Janisari adalah karena tentara
Turki Utsmani yang ada tidak memadai, terutama karena terdiri dari suku-suku
yang kesetiaanya diragukan. Janisari awalnya adalah para tahanan perang
(terutama yang asalnya dari Eropa Timur - Balkan) yang diampuni tetapi dengan
syarat harus membela Kekaisaran Turki Utsmani.
Sejalan dengan waktu, untuk memastikan kesetiaan kesatuan
ini, selanjutnya Sultan punya ide untuk merekrut pasukan Janisari ini dari
budak yang masih bocah, sehingga mereka bisa diajari (didoktrin) untuk membela
dan mengawal Sultan. Pada masa itu, pasukan Janisari ini adalah pasukan terkuat
di dunia. Konon pasukan ini adalah pasukan yg pertama sekali memakai
senapan.(yang kemudian ditiru oleh orang Eropa). Saat itu Turki memiliki
persediaan mesiu yang cukup banyak (dimana pada saat itu di daerah lain masih
langka). Pasukan ini adalah pasukan kedua setelah Mongol yang berhasil menjajah
Eropa.
Janisari adalah brigade terpisah dari pasukan reguler Turki
yang bertugas mengawal Sultan Dinasti Utsmani (Ottoman Empire). Sedangkan Bani
Seljuk adalah Dinasti sebelum Utsmani. Utsman diambil dari pemimpin kabilah
Osmani yg mempunyai kekuatan yang besar sewaktu Bani Seljuk masih berkuasa.
Waktu Seljuk pecah, kabilah yang dipimpin Osmani menyatukannya kembali dibawah
bendera baru. Kekuasaan Turki Utsmani mencapai seluruh wilayah di Balkan dan
Eropa Tenggara. Kota Wina dua kali diserang oleh kakuatan Turki Utsmani, tetapi
karena seluruh kerajaan di Eropa bersatu untuk membendung dengan kekuatan penuh
dan logistik yang memadai, Ambisi Turki Utsmani untuk menguasai seluruh Eropa
tidak berhasil.
Pakaian khas Janisari adalah sejenis long musket. Ciri
khasnya adalah topinya yang memakai tutup kain dari depan ke belakang leher,
menyerupai sorban.
Kisah terkenal mengenai kehebatan pasukan ini adalah ketika
Byzantine kalah total saat Constantinopel ditaklukan oleh Turki Utsmani yang
dipimpin oleh Sultan Mahmud Al-Fatih, beliau anak dari Sultan Murad II. Saat
itu Janisari adalah pasukan yang berperan penting dalam pertempuran tersebut.
Yang menarik, pada zaman Sultan Mahmud, Pasukan Janisari termasuk yang ikut
bertempur melawan Dracula si Penyula dari Wallachia dekat Transyvania yang haus
darah. Dracula (Vlad Teppes) sempat dikalahkan adiknya sendiri yaitu Radu yang
saat itu menjadi pemimpin Janisari untuk menaklukan Dracula. (Dracula artinya
anak Dracul atau anak naga karena bapaknya adalah Vlad Dracul yang menjadi
anggota Ordo Naga).
Jannisary sendiri dibagi manjadi dua kesatuan, yaitu:
infantri dan kavaleri.
1. Jannisarry
Heavy Infantry, merupakan pasukan infantry Bentukan pertama yang membawa nama
harum pasukan turki ke berbagai belahan eropa dan asia, pasukan ini menggunakan
baju zirah dan rantai besi, tidak membawa tameng dan bersenjatakan haldberd
(semacam tombak panjang yang memiliki mata kapak). pasukan ini sangat ganas dan
nyaris tak terkalahkan dalam setiap pertempuran.
2. Jannisarry
Musketter (Kaveleri). Setelah sukses menguasai sebagian besar eropa, maka
kekaisaran ottoman mulai membentuk satuan pasukan penembak khusus yang dicomot
dari pasukan infantry janissary terdahulu, dan diberikan senapan teknologi
terbaik di jamannya yaitu ” musketter” yang lebih baik dari hand gun biasa.
Selain Janisari, Turki Utsmaniyah juga masih mempunyai
kesatuan elite lainnya, yaitu: Tentara Ghulam, Cavalary Sipahi, dan tentunya
pasukan Onta.
Selama beberapa abad Janisari bertahan sebagai pasukan elit
pengawal Sultan. Karena statusnya itu Janisari, baik secara jumlah dan status
berkembang semakin besar. Sekitar abad 19 Janisari dibubarkan oleh Sultan
Mahmud II pada tahun 1826 karena terjadinya insiden Auspicious, dimana laskar
Janisari mencoba melakukan kudeta terhadap kekaisaran Turki Ottoman.
sumber: http://indonesiaindonesia.com/f/88091-sejarah-penaklukan-konstantinopel-muhammad-al-fatih/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar