Tentu
kita pernah mendengar tentang Luqman yang bijaksana dalam surat Al Luqman dalam
Al Qur`an yang oleh pengarang kitab Al_Kasyaf menjelaskan , dia adalah Luqman
bin Baa`ura` putra saudarinya Ayyub. Hidup selama 1000 tahun, sehingga berjumpa
dengan Daud `Alaihissalam dan belajar ilmu dan pengetahuan padanya. Ibnu Abbas
berkata bahwa Luqman bukan Nabi, juga bukan Raja, namun seorang penggembala berkulit
hitam yang kemudian di beri karunia kemerdekaan dan pengetahuan. Untuk itu akan
kita ceritakan salah satu kisah tentang ketaatannya kepada Allah Ta`ala
Diriwayatkan dari Sai`id bin Amir ia berkata. Telah bercerita kepada kami, Abu Ja`far, `Luqman Al-Habasy` adalah seorang budak milik seorang laki-laki.
Kamu akan kusuruh melakukan ini dan itu, jawab calon pembeli.
Aku mohon kepadamu agar mengurungkan niatmu untuk membeliku! pinta Luqman. Sikap ini selalu diperlihatkan oleh Luqman kepada para calon pembelinya hingga datanglah calon pembeli lainnya.
Apa yang hendak kamu lakukan terhadap diriku (setelah kamu membeliku nanti)? kata Luqman.
Kamu akan kuberi tugas sebagai penjaga rumahku, jawab laki-laki calon pembelinya.
Jika demikian, aku mau kamu beli! kata Luqman. Laki-laki tersebut kemudian membayar dan mengajak Luqman pulang ke rumahnya. Majikan Luqman pada saat itu juga mempunyai tiga orang anak wanita yang menjadi pelacur di desa itu. Suatu saat sang majikan ingin pergi ke kebunnya. Sebelum berangkat dia berpesan kepada Luqman ,
Aku telah menyiapkan makanan dan semua kebutuhan mereka di dalam kamarnya, sepeninggalku kuncilah pintu ini dan kamu harus berjaga di sini pula. Dan janganlah sekali-kali kamu membuka pintunya sebelum aku kembali ke rumah! Sejenak kemudian ketiga putri majikannya datang dan berkata kepada Luqman,
Bukalah pintu ini! Karena telah menerima pesan dari sang majikan, dan diamanahi untuk tidak membuka pintu dan namanya amanah akan dimintai pertanggung jawaban di hadapan Allah kelak maka Luqman pun menolak untuk membukanya dan akhirnya ketiga gadis itu marah dan mencederainya. Luqman kemudian membersihkan darah yang membasahi tubuhnya dan kembali berjaga di depan pintu . Saat sang majikan pulang ia tetap merahasiakan perilaku ketiga putri sang majikan terhadapnya.
Dalam kesempatan berikutnya sang majikan kembali bermaksud pergi ke kebunnya. Sebagaimana sebelumnya dia berpesan kepada Luqman,
Aku telah menyiapkan makanan dan semua kebutuhan mereka, oleh karena itu jangan perbolehkan mereka membuka pintu ini! Demikianlah, setelah Ayahnya berlalu, ketiga putri majikannya itu bergegas menemui Luqman dan berkata kepadanya :
Bukalah pintu ini! Sementara itu Luqman masih tetap memegang amanah yang dibebankan kepadanya tetap tidak bersedia membukakanya sebagaimana pesan dari majikannya. Akan tetapi, ketiga gadis itu kembali menyerang dan melukai Luqman yang tetap duduk di tempatnya. Sang majikan telah pulang ke rumah, Luqman tidak mau menceritakan perihal perilaku ketiga putrinya.
Melihat keteguhan hati Luqman, putri tertua majikannya kemudian rasa simpatinya datang dan berkata: Mengapa budak Habasyi ini lebih mengutamakan taat kepada Allah Subhanahu wa Ta`ala ketimbang aku ? Demi Allah, aku kan bertobat! Dan putri sulung majikan Luqman itupun bertobat kepada Allah Subhanahu wa Ta`ala.
Si bungsu berkata, Mengapa budak Habasyi dan kakak sulungku lebih mengutamakan taat kepada Allah Subhanahu wa Ta`ala ketimbang aku? Demi Allah, aku akan bertobat Demikianlah si bungsu akhirnya mengikuti jejak kakak sulungnya dengan bertobat kepada-Nya.
Setelah mengetahui bahwa kakak maupun adiknya telah bertobat , kedua majikannya Luqman lalu berkata Mengapa dua oranga saudaraku dan budak Habasyi ini lebih mengutamakan taat kepada Allah Subhanahu wa Ta`ala ketimbang ku? Demi aku, aku akan bertobat juga!; Akhirnya diapun bertobat.
Setelah ketiga putrinya yang berprofesi sebagai wanita penghibur itu bertobat, maka teman-teman seprofesinya di desa berkata,
Mengapa budak Habasyi dan ketiga gadis si Fulan itu lebih mengutamakan taat kepada Allah Subhanahu wa Ta`ala ketimbang kami? Hal tersebut mendorong mereka untuk bertobat sebagaimana ketiga rekannya sehingga jadilah mereka sebagai orang-orang yang ahli beribadat di desa itu.
Demikianlah bahwa hidayah datangnya bukan hanya lewat dakwah berupa ucapan tapi juga tindakan, atau amalan yang ditunjukkan oleh Luqman Al-Hakiem dalam memegang teguh amanah yang sudah menjadi tugasnya. Sehingga fitrah seorang manusia untuk selalui beribadah kepada Robb-Nya menjadi terketuk tatkala melihat seorang yang mampu menjalankan ibadah itu dengan baik
Sumber : Mereka yang Kembali. Ibnu Qudamah Al-Maqdisy terjemahan Abu Ahmad Najeh dan M Luqman Hakiem, Risalah Gusti, ed 1, Surabaya, 1417 H. Hal 120-122. Dengan beberapa perubahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar