Pertanyaan :
Apakah terdapat perbedaan antara nabi dan rasul ?
Jawab
:Memang benar, ada perbedaan antara nabi dan rasul. Ulama mengatakan bahwa nabi adalah seorang yang diberi wahyu oleh Allah dengan suatu syari'at namun tidak diperintah untuk
menyampaikannya, akan tetapi mengamalkannya sendiri tanpa ada keharusan untuk menyampaikannya.
Sedangkan rasul adalah seorang yang mendapat wahyu dari Allah dengan suatu syari'at dan ia diperintahkan untuk menyampaikannya dan mengamalkannya. Setiap rasul mesti nabi, namun tidak setiap nabi itu rasul. Jadi para nabi itu jauh lebih banyak ketimbang para rasul. Sebagian rasul-rasul itu dikisahkan oleh Allah Ta'ala dalam Al-Qur'an dan sebagian yang lain tidak dikisahkan.
Allah Ta'ala berfirman:
"Artinya : Dan
sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara
mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang
tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak dapat bagi seorang rasul membawa suatu
mu'jizat melainkan dengan seizin Allah". (Ghafir : 78)
Bertolak
dari ayat ini, maka dapat disimpulkan bahwa setiap nabi yang disebutkan di
dalam Al-Qur'an adalah juga sebagai rasul.
Pertanyaan
:
Apakah para rasul yang ada itu memiliki keutamaan yang sama di antara mereka ?
Jawab
:Apakah para rasul yang ada itu memiliki keutamaan yang sama di antara mereka ?
Rasul-rasul yang ada tidak memiliki keutamaan yang sama, Allah telah berfirman :
"Artinya : Rasul-rasul itu
Kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas sebagian yang lain. Di antara mereka
ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia) dan sebagiannya Allah
meninggikannya beberapa derajat". (Al-Baqarah : 253)
"Artinya
: Sungguh telah Kami utamakan sebagian nabi-nabi itu atas sebagian yang
lain". (Al-Isra : 55)
Kita
semua wajib beriman dengan seluruh rasul itu bahwa mereka itu benar dan jujur
dalam membawa risalah serta membenarkan apa yang diwahyukan kepada mereka.
Allah berfirman :
"Katakanlah (hai
orang-orang mu'min) : "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan
kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'kub dan
anak cucunya, dan apa yang telah diberikan kepada Musa dan 'Isa serta apa yang
diberikan kepada nabi-nabi dari Rabb-nya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun
di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya". (Al-Baqarah :
136)
Dan
ini adalah yang diyakini oleh Rasulullah Muhammad Shallallahu 'alaihi wa
sallam dan orang-orang yang beriman. Allah Ta'ala berfirman:
"Artinya : Rasul telah
beriman kepada Al-Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Rabbnya, demikian pula
orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya". (Al-Baqarah : 285)
Maka
kita tidak membedakan salah seorangpun dari rasul-rasul itu dalam hal
mengimaninya; masing-masing benar dan dibenarkan serta risalah yang dibawa
adalah haq.
Akan tetapi
kita boleh membedakan dalam dua hal : Pertama :
Dalam keutamaan. Kita mengutamakan sebagian dari para rasul atas sebagian yang lain sebagaimana Allah juga mengutamakan sebagian atas sebagian yang lain serta mengangkat sebagian dari mereka beberapa derajat. Akan tetapi kita tidak menyatakannya dengan nada membanggakan atau menyatakannya dengan nada membanggakan atau meremehkan yang diungguli.
Dalam hadits yang terdapat dalam kitab Shahih Al-Bukhari disebutkan bahwa seorang Yahudi telah bersumpah : "Tidak ! Demi yang memilih Musa atas sekalian manusia". Maka seorang laki-laki dari Anshar menempeleng muka laki-laki Yahudi itu ketika mendengar ucapannya seraya mengatakan : "Jangan kau katakan demikian sedangkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berada di tengah-tengah kami !". Maka si Yahudi itu datang menghadap Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, dan mengadu kepada beliau. "Aku punya dzimmah (jaminan perlindungan) dan perjanjian. Lalu apa gerangan yang membuat si fulan menempeleng mukaku ?" Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian bertanya kepada laki-laki anshar tadi : "Kenapa kamu menempeleng mukanya ?". Maka ia pun mengutarakan permasalahannya, dan Nabi akhirnya murka sampai terlihat sesuatu di muka beliau. Beliau kemudian bersabda, "Janganlah engkau melebihkan di antara nabi-nabi Allah!".
Dalam hadits Shahih Al-Bukhari dan yang lain juga disebutkan riwayat dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda : "Tidak layak bagi seorang hamba untuk mengatakan, Aku lebih baik daripada Yunus bin Mata !".
Kedua :
Dalam hal ittiba'. Kita tidak boleh mengikuti rasul kecuali yang memang diutus untuk kita, yaitu Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, karena syari'at Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah menasakh seluruh syari'at yang sebelumnya. Allah Ta'ala berfirman :
"Artinya : Dan Kami telah
turunkan kepadamu Al-Qur'an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang
sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian
terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa
yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan
meninggalkan kebenaran yang datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara
kamu, Kami berikan aturan (syari'at) dan jalan yang terang (minhaj)".
(Al-Maidah : 48)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar