Banyak hadits-hadits yang tersebar
di kalangan masyarakat menjelaskan keutamaan-keutamaan sebagian surat-surat
Al-Qur’an. Namun sayangnya, banyak di antara hadits itu yang lemah, bahkan
palsu. Maka cobalah perhatikan hadits berikut:
إن لكل شيء قلبا, وإن قلب القرآن (يس) , من قرأها فكأنما قرأ القرآن عشر مرات
"Sesungguhnya segala sesuatu memiliki hati, sedang hatinya Al-Qur’an
adalah Surat Yasin. Barang siapa yang membacanya, maka seakan-akan ia telah
membaca Al-Qua’an sebanyak 10 kali". [HR. At-Tirmidziy dalam As-Sunan
(4/46), dan Ad-Darimiy dalam Sunan-nya (2/456)]
Hadits ini adalah hadits maudhu’ (palsu), karena dalam sanadnya terdapat dua
rawi hadits yang tertuduh dusta, yaitu: Harun Abu Muhammad, dan Muqotil bin
Sulaiman. Karenanya, Ahli Hadits zaman ini, yaitu Syaikh Muhammad Nashiruddin
Al-Albaniy -rahimahullah- menggolongkannya sebagai hadits palsu dalam kitabnya
As-Silsilah Adh-Dho’ifah (no.169).
Sumber: Buletin Jum’at Al-Atsariyyah edisi 19 Tahun I. Penerbit: Pustaka Ibnu
Abbas. Alamat: Pesantren Tanwirus Sunnah, Jl. Bonto Te’ne No. 58, Kel. Borong
Loe, Kec. Bonto Marannu, Gowa-Sulsel. HP: 08124173512 (a/n Ust. Abu Fa’izah).
Pimpinan Redaksi/Penanggung Jawab: Ust. Abu Fa’izah Abdul Qadir Al Atsary, Lc.
Dewan Redaksi: Santri Ma’had Tanwirus Sunnah – Gowa. Editor/Pengasuh: Ust. Abu
Fa’izah Abdul Qadir Al Atsary, Lc. Layout: Abu Muhammad Mulyadi. Untuk
berlangganan/pemesanan hubungi: Ilham Al-Atsary (085255974201). (infaq Rp.
200,-/exp)
http://almakassari.com/?p=134
Hadits-hadits tentang Keutamaan Surah Yasin, Satupun Tidak Ada
yang Shohih (Bag. 2)
Selasa,
23-September-2008, Penulis: Buletin Jum'at Ta'zhim As-Sunnah
Hadits Keempat:
6844- (إني فرضت على
أمتي قراءة ((يس)) كل ليلة، فمن داوم على قراءتها كل ليلة ثم مات، مات شهيدا).
Artinya :
"Sesungguhnya saya telah mewajibkan atas ummat saya membaca surah Yasin
setiap malam, maka barang siapa yang selalu membacanya setiap malam, kemudian
dia meninggal, meninggalnya dalam keadaan syahiid."
Berkata asy Syaikh al
Albaaniy : Hadist ini Maudhuu` (palsu).
Diriwayatkan oleh Abu
asy Syaikh di "as Tsawab", dari jalannya asy Syaikh asy Syajriy di
"al Amaaliy" (1/118) berkata : telah menghadistkan pada kami Ibnu Abi
`Aashim : telah menghadistkan pada kami `Umar bin Hafsh al Washaabiy : telah
menghadistkan pada kami Sa`iid bin Muusaa : telah menghadistkan pada kami
Rabaah bin Zaid dari Ma`mar dari az Zuhriy dari Anas marfuu`.
As Sayuuthiy
menampilkan riwayat ini di "Dzeilul Ahaadiist al Maudhuu`ah" (hal.24)
dari riwayat Abi asy Syaikh, kemudian beliau berkata : "Sa`iid rawi yang
dituduh". Diakui oleh Ibnu `Iraaq di "Tanziihus Syarii`ah"
(1/267).
Dan dari jalan al
Washaabiy disebutkan bahagian yang kedua darinya- "barang siapa
mengamalkannya terus menerus…."- at Thobbaraaniy di "al Mu`jamus
Shoghiir" (hal.210-Hindiyah), dari jalannya al Khathiib di "at
Taariikh) (3/245), dan berkata at Thobbaraaniy : "menyendiri dengannya
Sa`iid." Berkata al Haitsamiy di "al Majma`" (7/97) :
"diriwayatkan oleh at Thobbaraaniy di "as Shoghiir", padanya ada
Sa`iid bin Muusaa al Azdiy, dia pendusta."
Baginya masih ada
hadist hadist yang lain, maudhuu` (palsu) sangat jelas kepalsuannya, salah
satunya di "as Sunnah" oleh Ibnu Abi `Aashim (1/305-306/696).
Telah lewat baginya
hadist yang ketiga dengan no. 594. (ad Dho`iifah 14/2/789 no.6844).
Hadits Kelima:
Dan pada bab ini juga
dari jalan Abu Bakr as Shiddiiq, tidak shohih dari sisi sanadnya, isnadnya
lemah. [1]
وعن جندب رضي الله عنه
قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : "من قرأ ((يس)) في ليلة ابتغاء وجه
الله: غفر له."
Artinya : Dari Jundub
radhiallahu `anhu berkata : berkata Rasulullahi Shollallahu `alaihi wa Sallam :
"Barang siapa yang membaca "Yaasin" pada malam hari mencari
Wajah Allah, Allah Tabaaraka wa Ta`aala mengampuni dosanya." [2]
Berkata asy Syaikh al
Baaniy rahimahullahu `Ta`aala : Hadist ini dho`iif (lemah).
Hadits Keenam:
169- (إن لكل شيء قلبا،
وإن قلب القرآن (يس)، من قرأها: فكأنما قرآ القرآن عشر مرات).
Artinya :
"Sesungguhnya setiap sesuatu ada hatinya, dan sesungguhnya hati al Quraan
adalah ((Yaasin)), barang siapa yang membacanya; seolah-olah dia telah membaca
al Qur`aan sepuluh kali."
Berkata asy Syaikh al
Albaaniy rahimahullahu Ta`aala : Hadist ini maudhuu` (palsu).
Dikeluarkan oleh at
Tirmidziy (4/46, ad Daarimiy (2/456 dari jalan Humeid bin `Abdirrahman dari al
Hasan bin Shoolih dari Haarun Abi Muhammad dari Muqaatil bin Hibbaan dari
Qataadah dari Anas marfuu`an. Berkata at Tirmidziy : "Hadist ini hasan
ghariib, kami tidak mengetahuinya kecuali dari jalan ini, sedang Haarun abu
Muhammad majhuul (tidak dikenal), pada bab ini juga dari Abu Bakr as Shiddiiq,
tidak shohih, sebab sanadnya lemah, dan pada bab ini juga dari Abi Hurairah
radhiallahu `anhu."
Berkata asy Syaikh al
Albaaniy : demikian terdapat pada kitab kami sunan at Tirmidziy; "Hasan
ghariib", dan dinuqil oleh al Mundziriy dalam "at Targhiib"
(2/322), dan al Haafidz Ibnu Katsiir di "at Tafsiirnya" (3/563), al
Haafidz di "at Tahdziib", sesungguhnya hadist ini lemah, sangat jelas
kelemahannya, bahkan hadist ini maudhuu` (palsu) dikarenakan Haarun, sungguh
telah berkata al Haafidz ad Dzahabiy ketika menjelaskan biografinya setelah
dinukil dari at Tirmidziy dimana beliau mengatakan dia rawi yang majhul :
"saya berkata : saya menuduhnya dengan apa yang telah diriwayatkan oleh al
Qudhaa`iiy di "Syihaabihi", kemudian dia menampilkan baginya hadits
ini".
Berkata asy Syaikh al
Albaaniy : dia pada no. (1035).
Di dalam "al
`Ial" (2/55-56) oleh Ibnu Abi Haatim : "Saya bertanya kepada bapak
saya tentang hadist ini? Beliau menjawab : Muqaatil ini, adalah Muqaatil bin
Sulaimaan, saya melihat hadist ini di awal kitab yang dikarang oleh Muqaatil
bin Sulaimaan, hadist ini hadist bathil tidak ada ashol baginya."
Berkata asy Syaikh al
Albaaniy : Demikian telah dipastikan Abu Haatim-beliau al Imam al Hujjah- bahwa
Muqaatil yang disebutkan dalam sanad ini ialah ibnu Sulaimaan, namun demikian
terdapat di "sunan" at Tirmidziy dan ad Daarimiy "Muqaatil bin
Hayyaan"; sebagaimana yang saya lihat, moga-moga saja kesalahan sebahagian
dari para rawi. Disokong lagi bahwa hadist diriwayatkan oleh al Qadhaa`iiy;
telah lewat, demikian juga Abul Fath al Azdiy dari jalan Humeid ar Ruaasiy
dengan sanadnya yang telah lalu dari jalan Muqaatil dari Qataadah dengannya.
Seperti ini dikatakan : "dari Muqaatil", tidak dia sandarkan
kepadanya, maka mengira sebahagian rawi bahwa dia adalah Ibnu Hayyaan,
disandarkan kepadanya, diantaranya al Azdiy sendiri, bahwasanya disebutkan dari
Waqii` bahwa beliau berkata tentang Muqaatil bin Hayyaan : "disandarkan
padanya kedustaan".
Berkata ad Dzahabiy :
"Demikian dikatakan oleh Abul Fath, saya mengira samar-samar atasnya
diantara Muqaatil bin Hayyaan dengan Muqaatil bin Sulaimaan, sedangkan Ibnu
Hayyaan shoduuq, kuat dalam hadist, sedangkan yang dianggap dusta oleh Waqii`
adalah Ibnu Sulaimaan. Kemudian berkata Abul Fath …."
Berkata al Imam al
Albaaniy rahimahullahu Ta`aala : "Maka dia tampilkan sanad hadist
sebagaimana yang telah disebutkan sebelum ini, kemudian al Imam ad Dzahabiy
mengomentari dengan perkataannya : Saya berkata : "yang benar dia adalah
Muqaatil bin Sulaimaan."
Berkata asy Syaikh al
Albaaniy : "Apabila dia benar ibnu Sulaimaan; sebagaimana yang telah
dibenarkan oleh ad Dzahabiy, dan lebih dipertegas lagi oleh Abu Haatim, maka
hadist ini adalah maudhu`u (palsu) secara muthlaq; karena- maksud saya- Ibnu
Sulaimaan- kadzaab (sangat pendusta); sebagaimana yang telah dikatakan oleh
Waqii` dan selainnya.
Kemudian ketahuilah bahwa
hadist Abi Bakar yang diisyaratkan oleh at Tirmidziy lalu beliau lemahkan, saya
belum menemukan matannya, sedangkan hadist Abi Hurairah radhiallahu `anhu,
telah berkata al Haafidz Ibnu Katsiir : "Manzhuurun (dikeritik) fiihi
(padanya)". Kemudian dia berkata : "Berkata Abu Bakar al Bazzaar :
telah menghadistkan kepada kami `Abdurrahman bin al Fadhl : telah menghadistkan
kepada kami Zaid bin al Habbaab: telah menghadistkan kepada kami Humeid al
Makkiy maulaa aali `Alqamah dari `Athoo bin Abi Rabaah dari Abi Hurairah
marfuu`an dengannya, tanpa perkataan : "barang siapa yang
membacanya….", kemudian al Bazzaar berkata : Kami tidak mengetahui yang
meriwayatkannya kecuali Zaid dari Humeid."
Berkata asy Syaikh al
Albaaniy rahimahullahu Ta`aala : Dan Humeid ini majhuul (tidak dikenal);
sebagaimana telah dikatakan oleh al Haafizh di "at Taqriib",
`Abdurrahmaan bin al Fadhl guru al Bazzaar saya tidak mengetahuinya, dan
hadistnya di "Kasyful Astaar" dengan no.2304.
Dan hadist ini
diantara hadist-hadist yang telah menghiasi as Sayuuthiy kitabnya "al
Jaami`us Shoghiir", demikian juga as Shobuniy di "mukhtashornya"
(3/154), dia menda`wakan bahwa dia tidak menyebutkan kecuali hadist yang shohih
saja!, sekali-kali tidak; ini hanya da`waan belaka! [3]
--------------------------------------------
[1] Lihat :
"Sunan at Tirmidziy (5/150).
[2] Berkata asy Syaikh
al Albaaniy rahimahullahu Ta`aala : hadist ini diriwayatkan oleh Maalik dan
Ibnu as Sunniy dan Ibnu Hibban di "shohihnya", (6/312 no.2574 pent.),
at Thobaraaniy di "al Mu`jamus Shoghiir" (1/149) dan "al
Ausath" (4/21 no.3509 pent).
Kemudian berkata asy
Syaikh al Albaaniy : padanya ada `an`anah al Hasan al Bashriy, sedangkan
pengembaliannya kepada Ibnu as Sunniy salah atau tidak disengaja, sesungguhnya
disisinya no.(668) dari jalan al Hasan dari Abi Hurairah radhiallahu `anhu!
Hadist ini juga dikeluarkan oleh beliau di dalam "ad Dho`iifah"
(14/293-296 no.6623); dan berkata beliau : diriwayatkan dari hadist Abi
Hurairah dan Jundub bin `Abdullah dan `Abdullah bin Mas`uud dan Ma`qil bin
Yasaar al Muzaniy radhiallahu `anhum.
1. Adapun hadist Abi
Hurairah : ini yang paling masyhuur; dikeluarkan oleh ad Daarimiy (2/457), at
Thoyaalisiy (2/23 no.1970), Ibnu as Sunniy (217/268), al `Uqailiy di "ad
Dhu`afaa" (1/203), Abu Ya`laa (11/93-94), Ibnu `Adiy (1/416 dan 2/299), at
Thobaraaniy di "al Mu`jamus Shoghiir" (hal.82 Hindi), di "al
Ausath" (4/304/3533), Abu Nu`eiim di "al Hilyah" (2/159) dan di
"Akhbaaru Ashbahaan" (1/252), al Baihaqiy di "as Syu`abu"
(2/480/2462-2464), al Khathiib di "at Taarikh" (3/253), Ibnul Jauziy
di "al Maudhuu`aat" (1/247) dari berbagai jalan dari al Hasan dari
Abi Hurairah marfuu`an. Dan berkata Abu Nu`eiim : "Hadist ini telah
meriwayatkannya dari al Hasan segolongan dari kalangan at Taabi`iin diantara mereka
Yuunus bin `Ubeid dan Muhammad bin Juhaadah."
Berkata asy Syaikh al
Albaaniy : "Dan yang paling terkuat sanad diantara keduanya ialah yang
kedua, sampai sampai as Sayuuthiy berkata di "al Lalaaliy" (1/235) :
"sanad hadist ini atas syarat (as Shohih)."
Kemudian beliau
mengatakan : "Sebenarnya memang demikian; kalaulah bukan al Hasan- dia
adalah al Bashriy- yang dikenal dengan "tadliis", dan diperselisihkan
tentang mendengarnya dia dari Abu Hurairah radhiallahu `anhu, sebagaimana yang
telah diceritakan oleh at Thobaraaniy setelah menampilkan hadist ini beliau
berkata : "Sungguh dikatakan : sesungguhnya al Hasan tidak mendengar dari
Abi Hurairah radhiallahu `anhu, dan berkata sebahagian ahli `Ilmu : bahwa
sungguh-sungguh dia telah mendengar darinya."
Sedangkan yang telah
ditetapkan oleh al Haafidz di dalam "at Tahdziib" bahwa dia telah
mendengar darinya sebahagian; akan tetapi ini tidak ada mamfa`atnya bagi
seorang rawi yang "mudallis" sampai dia betul-betul menshorehkan
bahwa dia telah mendengar yang tidak akan menimbulkan penafsiran yang lainnya
lagi."
Kata asy Syaikh al
Baaniy : "Betul; diriwayat Abu Ya`laa perkataannya : "Saya telah
mendengar Aba Hurairah"; akan tetapi rawi yang meriwayatkan darinya (dari
al Hasan) Hisyaam bin Ziyaad- dia : Abul Miqdaam al Madaniy; dia rawi
"matruuk" (ditinggalkan)- sebagaimana yang telah dikatakan oleh an
Nasaaiiy dan adz Dzahaabiy dan al `Atsqalaaniy-, yang jelas keadaannya
tersembunyi bagi al Haafidz Ibnu Katsiir; maka beliau berkata di "at
Tafsiir" (3/563) : "sanad hadist ini jaiyid (baik)."
2. Adapun hadist
Jundub bin `Abdillah : telah meriwayatkannya Muhammad bin Juhaadah dari al
Hasan dari Jundub."
Dikeluarkan oleh Ibnu
Hibbaan (665-mawaarid).
`Illah (cacat)nya sama
seperti yang telah dijelaskan di atas, Cuma ditambahkan padanya perselisihan
pada Muhammad bin Juhaadah dalam sanadnya, kemudian pada al Hasan itu sendiri.
3. Adapun hadist Ibnu
Mas`uud radhiallahu `anhu : meriwayatkannya Abu Maryam dari `Amr bin Murrah
dari al Haarits bin Suweid dari Ibnu Mas`uud.
Dikeluarkan oleh Abu
Nu`eiim (4/130) dan berkata beliau : "Hadist ghariib (dho`iif/lemah),
tidak meriwayatkannya dari `Amr kecuali Abu Maryam-dia adalah: `Abdul Ghaffaar
bin al Qaasim-: kuufiyun dalam hadistnya liin (kelemahan)."
Berkata asy Syaikh al
Albaaniy : "Bahkan itu saja, lebih jelek dari itu; sungguh telah berkata
tentangnya Ibnul Madiiniy dan Abu Daawud : "Dia pemalsu hadist."
4. Dan adapun hadist
Ma`qil bin Yasaar : meriwayatkannya Muslim bin Ibraahim bin `Abdillah : telah
menghadistkan kepada kami Abu `Umar ad Dhariir : telah menghadistkan kepada
kami al Mu`tamar bin Sulaimaan dari bapaknya dari seorang lelaki dari Ma`qil.
Dikeluarkan oleh al Baihaqiy (2458).
Berkata asy Syaikh al
Albaaniy rahimahullahu Ta`aala : "Sanad hadist ini gelap; Muslim bin
Ibraahim `Abdillah : saya tidak mengenalnya, dan lelaki yang disebutkan dalam
sanad hadist ini : majhuul (tidak dikenal), tidak disebutkan namanya, dan saya
kira dia adalah : (Abu `Utsmaan-bukan an Nahdiy); sesungguhnya telah
meriwayatkan al Mu`tamar bin Sulaimaan dari bapaknya dari Ma`qil hadist yang
lain tentang keutamaan ((Yaasin)), hadist ini telah saya keluarkan dalam kitab
: "al Irwaa" (3/150-151) dan "al Misykaah" (1622), dan Abu
`Utsmaan rawi yang tidak dikenal,- dia bukan an Nahdiy rawi yang
terpecaya."
Kesimpulan : Tidak
terdapat pada jalan jalan hadist ini apa-apa yang memungkinkan untuk diberikan
padanya satu hal menguatkannya, sungguh telah diisyaratkan tentang demikian
oleh al `Uqailiy dengan perkataannya setelah menampilkan hadist ini : "Dan
riwayat pada matan seperti ini lemah". Dan berkata ad Daaruquthniy :
"Hadist ini sesungguhnya telah diriwayatkan secara marfuu` dan mauquuf,
dan tidak satupun yang shohih". Telah menuqilnya Ibnul Jauziy.
Sesungguhnya telah
diriwayatkan hadist ini dengan lafazh lafazh yang lain pada sebahagiannya
munkar yang bersangatan; bahkan sungguh bekas pemalsuan atasnya jelas sekali,
dan telah terdahulu sebahagiannya dengan nomor : (169, 4634).
Peringatan : al
Haafidz al Mundziriy telah menyandarkan hadist ini didua tempat di "at
Targhiib" (2/222,257) kepada Ibnu as Sunniy dan Ibnu Hibbaan di
"shohihnya" dari Jundub bin `Abdullah. Tidak ada sebenarnya disisi
Ibnu as Sunniy kecuali hadist Abu Hurairah radhiallahu `anhu; seolah-olah dia
menggiringkan hadist Jundub kepadanya! Dan ini merupakan sikap bermudah mudah
yang tidak disenangi padanya. Dan juga beliau menyandarkannya ditempat yang
pertama kepada Maalik. Mudah-mudahan saja ketegelinciran pena, atau tambahan
pada sebahagian munuskrip; sesungguhnya saya tidak menemukannya di "al
Muwattho`"- Inilah tujuan penyandaran secara muthlaq kepadanya- dengan
mencari bantuan atas demikian itu dengan membuka daftar-daftar pembahasan pada
hari ini, apakah yang khusus atau yang lebih umum. ("Silsilatul Ahaadiist
ad Dho`iifah wal Maudhuu`ah" 14/1/293-296 no.6623), karya al Imam al
Albaaniy rahimahullahu Ta`aala.)
[3] Lihat :
"Silsilatul Ahaadiist ad Dho`iifah wal Maudhuu`ah", karya al Imam al
Albaaniy rahimahullahu Ta`aala, (1/212-214 no.169).
Sumber : Buletin
Jum'at Ta'zhim As-Sunnah Edisi 17 Safar 1429 H
http://tazhimussunnah.com/index.php?option=com_content&task=view&id=30&Itemid=32
Tidak ada komentar:
Posting Komentar