Ini
adalah Silsilah Fatwa(no.3) yang berisi fatwa-fatwa pilihan dari para ulama’
ahlus sunnah wal Jama’ah. Kru buletin mungil Al-Atsariyyah kali ini akan
mengangkat beberapa permasalahan aqidah yang bertebaran di masyarakat beserta
jawabannya dari fatwa-fatwa tersebut.
Rubrik fatwa kali ini dan seterusnya –insya Allah- akan kami nukilkan dari fatwa-fatwa
* Adakah Makhluk yang Mengatur Alam Semesta ?
Ada sebuah keyakinan yang tersebar di kalangan masyarakat –utamanya kalangan tasawwuf- bahwa para wali memiliki kemampuan untuk mengatur alam semesta. Karenanya, sebagian orang yang ekstrim diantara mereka, ada yang meyakini –secara batil- bahwa setiap malam Jum’at para wali berkumpul di sekitar Ka’bah untuk membicarakan dan merapatkan tentang pengurusan dan pengaturan alam semesta. Konon kabarnya, hadir waktu itu seluruh wali-wali yang mati, maupun masih hidup. Ini tentunya adalah perkara batil, dan dusta; menyelisihi nash-nash Al-Kitab dan As-Sunnah!!
Para ulama’ kita yang tergabung dalam Al-Lajnah Ad-Da’imah li Al-Buhuts Al-Ilmiyyah wa Al-Ifta’ pernah ditanya, "Apakah orang yang meyakini bahwa ada orang yang mampu mengatur alam semesta?"
Para ulama’ kita tersebut memberikan jawaban, "Orang yang meyakini hal itu adalah kafir, karena ia telah mempersekutukan Allah dalam rububiyah (seperti, pengaturan alam semesta. -pent). Bahkan ia lebih kafir dibandingkan kebanyakan kaum musyrikin yang telah mempersekutukan Allah bersama yang lain dalam uluhiyah (penyembahan dan ibadah)".[Lihat Fatawa Al-Lajnah Ad-Da’imah li Al-Buhuts Al-Ilmiyyah wa Al-Ifta’ (1/58), cet. Dar Balansiyah, 1421 H]
Jadi, seorang yang meyakini bahwa disana ada makhluk, baik ia nabi, malaikat, dan lainnya yang mampu mengatur alam semesta, maka ia adalah orang yang murtad dari agama Allah. Termasuk dalam hal ini, orang yang meyakini ada yang mampu menyelamatkan orang dari marabahaya, mampu mengatur rezqinya, jodohnya, dan kematian seorang makhluk. Semua ini adalah kekafiran yang nyata, wal ‘iyadzu billah min dzalik !!
* Kebatilan Teori Darwin
Sebagian manusia ada yang meyakini bahwa asal penciptaan manusia berasal dari kera. Jadi, menurut teori ini, manusia awalnya berbentuk kera. Lalu mengalami perkembangan dan evolusi yang mengubah struktur dan bentuk tubuh mereka lebih sempurna; cara berpikir juga berkembang, dan perlahan-lahan berubah bentuk dari monyet jadi manusia sempurna. Inilah "teori evolusi" batil yang pernah dicetuskan oleh Darwin. Teori ini didasari oleh sangkaan dan perkiraan-perkiraan batil yang tidak dibangun di atas dalil dari wahyu.
Para ulama’ telah memberikan pengingkaran atas teori Darwin ini, karena menyelisihi nash-nash Al-Qur’an, As-Sunnah, dan ijma’ para salaf. Oleh karenanya, Syaikh bin Baaz dan ulama’ sejawatnya yang tergabung dalam Al-Lajnah Ad-Da’imah li Al-Buhuts Al-Ilmiyyah wa Al-Ifta’ memberikan jawaban terhadap pertanyaan seputar teori Darwin dengan menyatakan dengan tegas, "Pendapat ini tak benar !! Dalil yang membuktikan hal itu (yakni, kebatilan teori Darwin), Allah -Ta’ala- telah menjelaskan dalam Al-Qur’an tentang periode penciptaan Adam seraya berfirman,
Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah" (QS. Ali Imraan: 59).
Kemudian tanah ini dibasahi sehingga menjadi tanah liat yang melengket pada tangan.
Allah -Ta’ala- berfirman,
"Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah". (QS. Al-Mu’minun: 12).
Allah -Ta’ala- berfirman,
"Sesungguhnya kami Telah menciptakan mereka dari tanah liat". (QS. Ash-Shaaffat: 11).
Kemudian menjadi lumpur hitam yang diberi bentuk.
Allah -Ta’ala- berfirman,
"Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk". (QS. Al-Hijr: 26).
Kemudian setelah menjadi kering, maka ia menjadi tanah kering seperti tembikar.
Allah -Ta’ala- berfirman,
"Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar". (QS. Ar-Rahman: 14).
Allah membentuknya sesuai bentuk yang dikehendaki oleh Allah, dan meniupkan ruh padanya dari ruh-ruh (ciptaan)-Nya.
Allah -Ta’ala-’ berfirman,
"Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Lalu apabila Aku Telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud". (QS.Al-Hijr :28-29).
Inilah periode-periode yang dilalui penciptaan Adam menurut Al-Qur’an. Adapun periode-periode yang dilalui oleh penciptaan anak-cucu Adam, maka Allah -Ta’ala- berfirman,
"Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik". (QS. Al-Mu’minun: 12-14).
Adapun istri Adam (yakni, Hawwa’), maka Allah -Ta’ala- pun menjelaskan bahwa Dia menciptakannya dari Adam seraya berfirman,
"Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan Mengawasi kamu". (QS. An-Nisaa’:1).
Wabillahit taufiq. Washollahu alaa nabiyyinaa Muhammadin wa aalihi washohbihi wa sallam". [Lihat Fatawa Al-Lajnah Ad-Da’imah li Al-Buhuts Al-Ilmiyyah wa Al-Ifta’ (1/68-70), cet. Dar Balansiyah, 1421 H ]
* Jangan bilang, "Khalifah Allah !!"
Di sebagian literatur dan karya tulis, sebagian orang menggunakan istilah "Khalifah Allah". Padahal penggunaan kata dan istilah seperti ini adalah sebuah bentuk kekeliruan. Karena khalifah artinya pengganti. Allah tak perlu digantikan, Allah senantiasa ada dan mengawasi kita; Dia tak pernah mati sebagaimana layaknya makhluk. Adapun makhluk jika ia berkuasa dahulu, lalu ia mati, maka ia digantikan oleh penggantinya yang disebut dengan "khalifah".
Syaikh bin Baaz dan ulama’ sejawatnya yang tergabung dalam Al-Lajnah Ad-Da’imah li Al-Buhuts Al-Ilmiyyah wa Al-Ifta’ pernah ditanya, "Aku pernah mendapatkan dalam sebagian kitab-kitab suatu ungkapan yang berbunyi "Kalian –wahai kaum muslimin- adalah khalifah Allah di Bumi". Apa hukumnya ungkapan itu??"
Maka para ulama’ kita tersebut memberikan jawaban, "Ungkapan ini tak benar dari segi maknanya, karena Allah; Dialah Sang Maha Pencipta segala sesuatu, dan Pemiliknya. Allah tak pernah meninggalkan makhluk dan kerajaan-Nya sehingga Allah harus mengambil khalifah (pengganti) baginya di bumi. Allah hanyalah menjadikan sebagian orang menjadi khalifah (pengganti) bagi yang lain di bumi. Setiap kali seorang mati, atau jama’ah atau ummat, maka Allah jadikan sebagiannya sebagai khalifah (pengganti) bagi yang lainnya dalam mengatur bumi sebagaimana Allah -Ta’ala- berfirman,
"Dan dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (QS. Al-An’aam:165).
Allah -Ta’ala- berfirman,
"Kaum Musa berkata: "Kami Telah ditindas (oleh Fir’aun) sebelum kamu datang kepada kami dan sesudah kamu datang. Musa menjawab: "Mudah-mudahan Allah membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu khalifah di bumi(Nya), Maka Allah akan melihat bagaimana perbuatanmu". (QS. Al-A’raaf: 129).
Allah -Ta’ala- berfirman,
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS.Al-Baqoroh :30).
Maksudnya, sejenis makhluk yang akan menggantikan yang sebelumnya dari kalangan makhluk-makhluk-Nya . Wabillahit taufiq. Washollahu alaa nabiyyinaa Muhammadin wa aalihi washohbihi wa sallam". [Lihat Fatawa Al-Lajnah Ad-Da’imah li Al-Buhuts Al-Ilmiyyah wa Al-Ifta’ (1/71-72), cet. Dar Balansiyah, 1421 H ]
http://almakassari.com/?p=272
Tidak ada komentar:
Posting Komentar