Tukang-tukang
sihir, dukun, dan manusia semodel mereka seringkali memamerkan
“kehebatan” mereka, kebal api atau kebal bacokan pedang. Sebagian mereka
tidur di atas paku-paku tajam atau dengan bangganya memakan
pecahan-pecahan kaca. Aneh memang. Televisi pun tak ketinggalan
menayangkan acara-acara tersebut. Anehnya, perbuatan syirik tersebut
dianggap kesenian, budaya yang mendatangkan devisa, dan lebih
menyedihkan manakala seorang yang menyatakan dirinya muslim berdecak
kagum menyaksikan “kehebatan” mereka. Allahul Musta’an. Sepintas,
fenomena aneh di hadapan kita itu mirip dengan mukjizat Nabi Ibrahim
‘Alaihissalam yang utuh tidak terbakar tatkala dilempar kaumnya di
tengah kobaran api. Karena kemiripan antara mukjizat dan sihir dari sisi
keduanya menyelisihi adat kebiasaan dan hukum alam, maka kita perlu
memahami perbedaan mendasar antara mukjizat dan sihir.
Di antara hal penting yang menjadi kaidah membedakan antara mukjizat dan sihir:
1. Mukjizat berasal dari Allah Subhanahu wata’ala sebagai bentuk pemuliaan terhadap nabi dan rasul-Nya. Adapun sihir adalah amalan-amalan setan.
Bagaimana
sihir terwujud? Tukang sihir dan dukun tidak mungkin melakukan
perkara-perkara aneh tersebut melainkan jika mau memberikan persembahan
kepada setan-setan, seperti menyembelih untuk jin, memberikan sesaji,
atau yang semisalnya. Oleh karena itu, sihir adalah bentuk kekufuran
kepada Allah Subhanahu wata’ala dan pelakunya kafir sebagaimana firman-Nya,
وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَىٰ مُلْكِ سُلَيْمَانَ ۖ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَٰكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ
“Mereka
mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman
(dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal
Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya setan-setan itulah
yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada
manusia.” (al-Baqarah: 102)
2.
Di antara perbedaan mendasar antara mukjizat dan sihir, mukjizat
mengandung tantangan yang bersifat umum bagi penentang dakwah rasul
untuk menghadapi mukjizat itu, kalau memang mereka mampu.
Allah Subhanahu wata’ala berfirman tentang mukjizat al-Qur’an,
قُل لَّئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنسُ وَالْجِنُّ عَلَىٰ أَن يَأْتُوا بِمِثْلِ هَٰذَا الْقُرْآنِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا
Katakanlah,
“Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa
al-Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa
dengannya, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang
lain.” (al-Isra’: 88)
Berbeda
halnya dengan sihir, tidak ada seorang penyihir pun berani membuka
tantangan secara umum. Sebab, mereka tahu, banyak pula manusia yang
seprofesi yang mungkin mendatangkan sihir yang lebih kuat, dan ini
merugikan mereka sendiri. Apalagi saat sihir dihadapkan dengan ayat-ayat
al-Qur’an dan zikir, niscaya mereka akan menuai kekalahan dan
kebinasaan.
3. Mukjizat diberikan oleh Allah Subhanahu wata’ala kepada nabi dan rasul-Nya tanpa laku/latihan tertentu, belajar, atau kaidah-kaidah yang harus senantiasa diterapkan.
Tidak
pernah Nabi Musa ‘Alaihissalam mempelajari bagaimana tongkatnya berubah
menjadi ular atau membelah lautan. Demikian pula semua mukjizat nabi
dan rasul. Adapun sihir, ilmu ini memiliki kaidah-kaidah yang bisa
dipelajari setiap orang, dengan syarat dia mau menjual agamanya. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
وَلَٰكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ ۚ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّىٰ يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ ۖ فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ ۚ وَمَا هُم بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنفَعُهُمْ ۚ
Hanya setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan
sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan
kepada dua orang malaikat di negeri Babil, yaitu Harut dan Marut,
sedangkan keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun
sebelum mengatakan, “Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu
janganlah kamu kafir.” Mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya. Mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudarat dengan sihirnya kepada seorang pun kecuali dengan izin Allah. Mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudarat kepadanya dan tidak memberi manfaat. (al-Baqarah: 102)
4.
Sihir selalu bisa dikalahkan, baik dengan sihir yang lebih kuat maupun
dengan zikir dan bacaan al-Qur’an. Berbeda halnya dengan mukjizat, tidak
mungkin dikalahkan.
Allah Subhanahu wata’ala
mengisahkan kekalahan sihir-sihir terhebat di zaman Musa ‘Alaihissalam.
Sihir tidak mampu berhadapan dengan mukjizat Nabi Musa ‘Alaihissalam.
وَأَوْحَيْنَا إِلَىٰ مُوسَىٰ أَنْ أَلْقِ عَصَاكَ ۖ فَإِذَا هِيَ تَلْقَفُ مَا يَأْفِكُونَ () فَوَقَعَ الْحَقُّ وَبَطَلَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ () فَغُلِبُوا هُنَالِكَ وَانقَلَبُوا صَاغِرِينَ
Dan
kami wahyukan kepada Musa, “Lemparkanlah tongkatmu!” Sekonyongkonyong
tongkat itu menelan apa yang mereka sihirkan. Karena itu, nyatalah yang benar dan batallah yang selalu mereka kerjakan. Mereka kalah di tempat itu dan jadilah mereka orang-orang yang hina. (al-A’raf: 117—119)
Demikian
empat hal di antara pokok-pokok perbedaan antara sihir dan mukjizat.
Lantas bagaimana halnya dengan karamah, yaitu kejadian menakjubkan di
luar kebiasaan yang mungkin terjadi pada wali-wali Allah Subhanahu wata’ala sebagai karamah (pemuliaan) bagi mereka, apakah sama dengan mukjizat? Karamah diberikan oleh Allah Subhanahu wata’ala kepada wali-wali-Nya, seperti apa yang Dia Subhanahu wata’ala
berikan kepada Ashabul Kahfi berupa penjagaan dari kejelekan kaumnya
dengan cara yang luar biasa. Mereka tidur selama 309 tahun dalam goa,
seperti dikisahkan oleh al-Qur’an,
لَبِثُوا فِي كَهْفِهِمْ ثَلَاثَ مِائَةٍ سِنِينَ وَازْدَادُوا تِسْعًا
“Mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi).” (al-Kahfi: 25)
Karamah hampir sama dengan mukjizat. Keduanya dari Allah Subhanahu wata’ala, hanya saja karamah tidak diiringi dengan pengakuan kenabian. Pembahasan tentang karamah insya Allah akan kita khususkan pada rubrik “Hadits.”
oleh: Al-Ustadz Abu Ismail Muhammad Rijal, Lc.
sumber: http://asysyariah.com/kajian-utama-perbedaan-mukjizat-karamah-dan-sihir/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar