Di
dunia ini banyak manusia yang bercita-cita mendapatkan kebahagiaan dan
nikmat surga serta terlindungi dari kerasnya siksa neraka. Hanya saja ia
tak mempersiapkan bekal menuju kesana. Ia pun lalai dan terlena dalam
kesengangan dunia yang menipu dan berhura-hura dalam maksiat, sampai ia
dijemput Malaikat Maut.
Seorang ulama tabi’in di zamannya, Harim bin Hayyan Al-Abdiy Al-Bashriy (wafat 46 H) -rahimahullah- berkata,ما رأيت كالنار نام هاربها، ولا كالجنة نام طالبها“Aku tak pernah melihat sesuatu seperti neraka; orang yang lari (takut) darinya malah tertidur dan tidak pula sesuatu seperti surga; pencarinya pun tertidur”. [Lihat Tarikh Al-Islam (5/534) oleh Al-Imam Adz-Dzahabiy]
Demikianlah sifat dan
kebiasaan orang-orang yang lalai, ia senantiasa terbuai oleh kesenangan
dunia yang ia rasakan. Seakan semua hidupnya akan ia lalui tanpa beban
dan pengorbanannya. Hidupnya dipenuhi dengan gaya hidup santai,
hura-hura, sesuka hati. Sedikit ia merasakan lelah dalam ketaatan dan
ibadah kepada Allah, maka ia pun kesal dan berkeluh kesah. Ia menyangka
bahwa surga itu digapai dengan angan-angan kosong.
Waktu dan masa sehatnya lebih
banyak ia buang dan habiskan dalam perkara-perkara yang melalaikannya
dari mengingat Allah serta menjauhkannya dari bersiap bekal menuju
kampung hakiki, kampung setiap insan, yaitu akhirat.
Nasib setiap orang disana
tergantung perjuangan dan pengorbanannya saat ia di dunia. Jika ia
golongan manusia manja, maka ia akan gigit jari dengan penuh penyesalan
atas segala kekosongan lembaran amal sholihnya.
Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,نِعْمَتَانِ مَغْبُوْنٌ فِيْهِمَا كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ“Ada dua nikmat yang tertipu di dalamnya kebanyakan manusia, yaitu : kesehatan dan waktu luang”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (6412)]
Inilah dua nikmat yang
mayoritas orang telah menghabiskannya dalam perkara yang sia-sia dan
tak berguna di akhirat. Bahkan terkadang mereka gunakan dalam perkara
yang diharamkan agama!!
Di saat sehat, jasad sehatnya
selayaknya ia kerahkan demi mencari ridho Allah, namun ia pakai dalam
perkara yang diharamkan. Kita lihat sebagian orang menggunakannya dalam
maksiat!! Ada yang lebih gila lagi, mereka yang merusak dan berusaha
membasmi kesehatannya dengan mengisap rokok yang mengandung berbagai
macam senyawa racun yang dapat mematikan dan merusak fungsi organ tubuh
mereka. Tak heran bila mereka disiksa oleh Allah -Azza wa Jalla- dengan
berbagai deraan penyakit yang menyusahkan hidupnya.
Sama halnya dengan waktu, ia
merupakan termasuk nikmat terbesar yang dianugrahkan oleh Sang Pencipta
(Allah) -Azza wa Jalla- bagi manusia. Namun realita menunjukkan bahwa
banyak manusia yang menghabiskan umurnya dalam maksiat, seperti: minum
khomer, judi, zina dan pacaran, mendengar musik. Padahal semua itu
adalah perbuatan-perbuatan maksiat!![1]
Di pinggir-pinggir jalan atau
di tempat lain, sering kita menjumpai manusia-manusia sial yang
menghabiskan waktunya bermain Domino, Joker, Poker, Ludo, Ular Tangga,
game sampai larut malam. Semua ini
tentunya adalah perkara terlarang dan tercela dalam agama, karena
membuat pelakunya lalai dari mengingat Allah dan menghabiskan waktu dan
kesehatan dalam perkara sia-sia dan terlarang.[2]
Sebagian orang lagi
menghabiskan waktunya bermain atau nonton televisi atau bermain internet
dengan segala macam ucapan yang tak berguna, bahkan nonsense (omong
kosong) dan penuh maksiat, seperti yang kita lihat dalam dunia Face Book, Twitter, Black Berry, You Tube dan lainnya.
Pemuda yang gila dan hobi
bola, juga tak kalah lalainya. Hari-harinya disibukkan dengan bola,
nonton pertandingan, mengikuti siaran sepak bola domestik dan
mancanegara, sehingga tak ada waktunya untuk membaca Al-Qur’an,
mengikuti majelis taklim, dan berziarah ke rumah kerabat.
Al-Imam Syarofuddin Ath-Thibiy -rahimahullah- berkata saat menerangkan hadits di atas,
ضرب النبي صلى الله عليه وسلم
للمكلف مثلا بالتاجر الذي له رأس مال، فهو يبتغي الربح مع سلامة رأس المال،
فطريقه في ذلك أن يتحرى فيمن يعامله ويلزم الصدق والحذق لئلا يغبن، فالصحة
والفراغ رأس المال، وينبغي له أن يعامل الله بالإيمان، ومجاهدة النفس وعدو
الدين، ليربح خيري الدنيا والآخرة وقريب منه قول الله تعالى: {يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ
مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ} الآيات. وعليه أن يجتنب مطاوعة النفس ومعاملة
الشيطان لئلا يضيع رأس ماله مع الربح.
“Nabi -Shallallahu alaihi
wa sallam- membuat perumpamaan bagi seorang mukallaf, seperti seorang
pedagang yang memiliki modal pokok. Si pedagang mencari keuntungan di
samping selamatnya modal pokok. Caranya dalam hal itu, ia memilih orang
ia ajak bermuamalah, melazimi kejujuran dan kemahiran (dalam
jual-belinya) agar ia tak tertipu. Jadi, kesehatan dan waktu lowong
adalah modal pokok. Selayaknya, seorang hamba bermuamalah bersama Allah
dengan iman, menghadapi jiwa dan musuh agama, agar ia kelak meraih
keuntungan dunia dan akhirat.. Ia harus menjauh dari menuruti hawa
nafsunya, dan dari bermuamalah dengan setan agar modal pokoknya tidak
hilang bersama keuntungannya”. [Lihat Fathul Bari (11/230) oleh Al-Hafiz Ibnu Hajar, cet. Dar Al-Fikr]
Seorang manusia tak akan paham
tentang arti penting sebuah nikmat, kecuali setelah ia sirna dan pergi
meninggalkannya. Adapun orang-orang yang cerdik, ia akan senantiasa
mengumpulkan berbagai macam amal sholih di hari-harinya. Ia tahu bahwa
hari-hari di dunia ia gunakan untuk memperbanyak tabungan berupa amal
sholih sebelum ia menjumpai masa-masa sulit!!
Seorang ulama tabi’in yang tsiqoh, Al-Mundzir bin Malik Abu Nadhroh Al-Abdiy Al-Bashriy -rahimahullah- berkata,
كنا نتواعظ في أول الاسلام بأربع : اعمل في فراغك لشغلك، واعمل في صحتك لسقمك، واعمل في شبابك لهرمك، واعمل في حياتك لموتك
“Dahulu kami
saling menasihati di awal Islam dengan tentang empat perkara :
Beramalllah di waktu senggangmu untuk (menghadapi) waktu sibukmu,
beramallah di masa sehatmu untuk (menghadapi) masa
sakitmu, beramallah di masa mudamu untuk (menghadapi) masa tuamu dan
beramallah di masa hidupmu untuk (menghadapi) masa kematianmu”. [HR. Abu Nu'aim dalam Al-Hilyah (3/97)]
Kelalaian dan keterlenaan
dengan indahnya pemandangan dan kenikmatan dunia akan membawa sengsara.
Harta benda dan kenikmatan duniawi lainnya tak akan membawa kebahagiaan
hakiki di akhirat nanti, bila pemiliknya tak menggunakanya dalam
kebaikan, ibadah dan ketaatan!! Seorang yang jenius akan mempersiapkan
bekal amal shalih sebanyak mungkin. Sebab ia tahu bahwa perjalanan
ukhrawi penuh dengan onak dan duri yang akan siap melukai dan
mencelakakan dirinya bila ia tak memiliki bekal dan pelindung dalam
menghadapinya berupa amal-amal shalih yang ikhlash.
Al-Imam Ibnul Jawziy Ad-Dimasyqiy -rahimahullah- berkata,
مَنْ تَفَكَّرَ فِيْ عَوَاقِبِ الدُّنْيَا، أَخَذَ الْحَذَرَ، وَمَنْ أَيْقَنَ بِطُوْلِ الطَّرِيْقِ، تَأَهَّبَ لِلسَّفَرِ
“Barangsiapa yang merenung
tentang kesudahan dari dunia ini, maka ia akan berhati-hati.
Barangsiapa yang meyakini panjangnya perjalanan (menuju Allah), maka ia
akan melakukan persiapan untuk safar (perjalanan panjang)”. [Lihat Shoidul Khothir (1/26), cet. Dar Al-Qolam, 1425 H]
Pencari kebaikan harus selalu
sadar bahwa kesenangan surga tak akan dipetik, tanpa usaha dan
perjuangan yang dihiasi dengan kesabaran. Adapun bermalas-malasan dalam
hal itu, maka jangan ia mencela, kecuali dirinya sendiri. Sebaliknya, ia
paham benar bahwa neraka tak akan jauh darinya, selain ia memperbanyak
amal shalihnya dan membersihkan diri dari maksiat dan kedurhakaan kepada
Allah -Azza wa Jalla-.
oleh : Al-Ustadz Abdul Qodir Abu Fa’izah –hafizhahullah-
[1] Haramnya perkara-perkara ini anda bisa baca dalam artikel lain di : http://pesantren-alihsan.org/saatnya-matiin-musik-lho.html atau http://pesantren-alihsan.org/wajah-buruk-perjudian-2.html
[2]
Adapun larangan perkara-perkara itu silakan lihat dan baca dalam
artikel yang telah kami posting di :
http://pesantren-alihsan.org/hukum-bermain-catur-dan-ludo.html
url: http://pesantren-alihsan.org/pengejar-surga-yang-terlena.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar