Ketika iman bersemi dalam hati sesuai tuntunan syariat, niscaya hati ini rindu terbang ke jannah dan takut siksa neraka

Selasa, 08 Oktober 2013

Heboh, Kubur Nabi Isa Terungkap

Itulah berita headline yang pernah muncul ke permukaan. Berita heboh ini langsung menyeruak ke seantero dunia, akibat penelitian yang dilakukan oleh sejumlah orang dari kalangan kaum kafir[2], sehingga menimbulkan pro dan kontra di kalangan manusia, termasuk umat Islam.

Penelitian ini sebenarnya didasari oleh sebuah keyakinan (baca: asumsi) yang terdapat dalam Al-Kitab (Bibel) bahwa Nabi Isa atau “Yesus” menurut istilah mereka, telah meninggal dan dikuburkan saat itu.
Disebutkan dalam Kitab “Suci” Kristen bahwa penguburan atau pemakaman Yesus Kristus terjadi segera setelah kematiannya akibat tergantung di atas salib selama beberapa saat, sebelum matahari terbenam, pada tanggal 14 Nisan (bulan April) sekitar tahun 30-33 M. Sesuai catatan kitab-kitab Injil dalam Perjanjian Baru Al-Kitab Kristen, Yesus ditempatkan dalam kubur baru milik Yusuf dari Arimatea
Ke-empat Injil mencatat bahwa menjelang malam, sebelum matahari terbenam, Yusuf dari Arimatea mengambil inisiatif meminta Gubernur Pontius Pilatus[3] untuk menyerahkan mayat Yesus kepadanya supaya dikuburkan. Yusuf ini dikenal sebagai orang kaya, berasal dari kota Arimatea[4] (diduga Ramataim-Zofim, 7-8 kilometer sebelah barat laut Yerusalem), seorang anggota Majelis Besar (Sanhedrin) yang terkemuka. Konon kabarnya, ia tidak setuju dengan putusan dan tindakan Majelis untuk menghukum mati Yesus[5]. Sebenarnya, Yusuf saat itu sudah menjadi murid Yesus, tetapi sembunyi-sembunyi karena takut kepada orang-orang Yahudi[6].
Pilatusheran waktu mendengar bahwa Yesus sudah mati. Karenanya, ia memanggil kepala pasukan dan bertanya kepadanya, “Apakah Yesus sudah mati?” Sesudah didengarnya keterangan kepala pasukan, ia berkenan memberikan mayat itu kepada Yusuf[7].
Setelah mendapat izin dari Pilatus, Yusuf pergi memberi kain lenan yang putih bersih, kemudian menurunkan mayat Yesus dari kayu salib[8]. Juga Nikodemus (mantan pemimpin agama Yahudi yang menjadi murid Yesus), datang ke situ. Dialah yang mula-mula datang waktu malam kepada Yesus[9]. Ia membawa campuran minyak mur dengan minyak gaharu, kira-kira lima puluh kati beratnya[10]. Yusuf dan Nikodemus mengapani mayat Yesus dengan kain lenan dan membubuhinya dengan rempah-rempah menurut adat orang Yahudi bila menguburkan mayat[11].
Dekat tempat di mana Yesus disalibkan, ada suatu taman dan dalam taman itu ada suatu kubur baru yang di dalamnya belum pernah dimakamkan seseorang. Injil Matius mencatat bahwa kubur itu milik Yusuf sendiri, yang digalinya di dalam bukit batu[12]. Karena hari itu hari persiapan orang Yahudi, sedang kubur itu tidak jauh letaknya, maka mereka meletakkan mayat Yesus kesitu[13]. Injil Markus dan Injil Matius mencatat bahwa kemudian digulingkan sebuah batu ke pintu kubur itu[14]. Injil Matius menambahkan bahwa batu itu berukuran besar[15], sehingga, menurut Markus, perempuan-perempuan yang berencana untuk mengunjungi kubur itu di hari lain berkata kepada seorang yang lain, “Siapa yang akan menggulingkan batu itu bagi kita dari pintu kubur?”[16]
Masalah penguburan Yesus merupakan prinsip keimanan di sisi Kristen Katolik. Karenanya, Paulus mengikutsertakan perkara penguburan Yesus dalam pernyataan imannya yang ditulisnya dalam Surat Korintus, “Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa ia telah dikuburkan, dan bahwa ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci”[17]. Ini merupakan pengakuan iman yang mula-mula menurut Paulus[18].
Para pembaca yang budiman, inilah sebagian pernyataan dalam Al-Kitab atau Bibel yang diyakini oleh orang-orang Nashrani alias Kristen bahwa Nabi Isa yang mereka namai Yesus telah meninggal di tiang salib, lalu dikuburkan. Tak lama kemudian ia bangkit dan diangkat ke langit.
Benarkah demikian?!! Ini adalah sebuah pertanyaan besar yang harus dijawab dengan jawaban yang besar!!! Sebab perkara ini adalah urusan prinsip agama manusia di atas permukaan bumi. Di atasnyalah, Paulus membangun dan merintis ajaran baru ‘Kristen’. Paulus meyakini bahwa Yesus mati di tiang salib demi menebus dosa-dosa anak-cucu Adam. Nah, lahirlah doktrin “Penebusan Dosa” yang tak masuk akal tersebut!!
Selain itu, di dalam keyakinan ini terdapat kerancuan yang berbahaya bagi aqidah umat Islam. Sebab umat Islam juga meyakini terangkatnya Nabi Isa ke langit. Namun menurut aqidah Islam bahwa saat beliau diangkat, beliau tak mati sebelumnya sebagaimana akan kami paparkan, insya Allah. Berbeda dengan keyakinan Kristen, mereka meyakini matinya Isa sebelum terangkat ke langit.
Sebelum kita menjawab, apakah Nabi Isa telah mati dan dikuburkan, maka ada sebuah hal yang kita harus yakini bahwa Al-Kitab yang ada pada mereka telah mengalami tahrif (penyelewengan), berupa penambahan, pengurangan, penggantian, pemalsuan dalam banyak tempat, sehingga “kitab suci” mereka sudah tidak autentik lagi!!!
Allah -Subhanahu wa Ta’ala- menegaskan di dalam Al-Qur’an bahwa Ahlul Kitab (Yahudi dan Nashrani) telah banyak melakukan kebohongan atas nama Allah dalam menyelewengkan ajaran-ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Isa –alaihis salam-. Diantara ajaran yang menyalahi ajaran Islam dalam Injil asli bahwa Isa adalah anak Allah. Akhirnya, mereka pun membukukannya dalam Injil Palsu yang mereka sebut dengan Bibel (Al-Kitab) bahwa Isa itu adalah anak Allah yang harus disembah dari selain Allah. Subhanallah, sungguh kebohongan besar!!
Allah berfirman dalam mengabadikan hal itu sekaligus meluruskannya,
وَإِنَّ مِنْهُمْ لَفَرِيقًا يَلْوُونَ أَلْسِنَتَهُمْ بِالْكِتَابِ لِتَحْسَبُوهُ مِنَ الْكِتَابِ وَمَا هُوَ مِنَ الْكِتَابِ وَيَقُولُونَ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَمَا هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَيَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُونَ (78) مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُؤْتِيَهُ اللَّهُ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُوا عِبَادًا لِي مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلَكِنْ كُونُوا رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنْتُمْ تَدْرُسُونَ (79) وَلَا يَأْمُرَكُمْ أَنْ تَتَّخِذُوا الْمَلَائِكَةَ وَالنَّبِيِّينَ أَرْبَابًا أَيَأْمُرُكُمْ بِالْكُفْرِ بَعْدَ إِذْ أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (80) [آل عمران/78-80]
“Sesungguhnya diantara mereka (Yakni, Ahli Kitab,-pen.), ada segolongan yang memutar-balikkan lidahnya membaca Al-Kitab, supaya kalian menyangka yang dibacanya itu sebagian dari Al-Kitab. Padahal ia bukan dari Al-Kitab. Dan mereka mengatakan, “Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah”. Padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah, sedang mereka tahu (bahwa mereka dusta). Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al-Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia, “Hendaklah kalian menjadi penyembah-penyembahku, bukan penyembah Allah”. Akan tetapi (hendaknya ia berkata), “Hendaklah kalian menjadi orang-orang rabbani[19], Karena kamu selalu mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya. Dan (Tidak wajar pula baginya) menyuruhmu menjadikan malaikat dan para nabi sebagai Tuhan. Apakah (patut) dia menyuruhmu berbuat kekafiran di waktu kamu sudah (menganut agama) Islam?”. (QS. Ali Imraan : 78-80)
Ayat ini menerangkan bahwa Ahli Kitab telah melakukan tahrif (penyelewengan) terhadap Kitab Suci mereka, Injil asli yang pernah turun kepada Isa Al-Masih, seorang nabi yang mulia –alaihish sholatu was salam-.
Saking parahnya, laku penyelewengan dan utak-atik mereka terhadap wahyu Allah, sampai mereka memasukkan sesuatu yang bukan darinya. Sesuatu yang dulu haram dan dilarang keras, tapi lantaran sikap laku dan penyelewengan terhadap Injil, maka mereka mengubah sesuatu yang asalnya syirik menjadi “kebaikan” yang sakral nan suci dalam pandangan mereka serta tak boleh dilanggar[20]; sesuatu yang haram berubah menjadi “halal”[21].
Itulah sebabnya Allah membongkar sebagian bentuk penyelewengan mereka dalam akhir dari ayat-ayat itu.
Parapembaca yang budiman, kini kami akan mengajak anda melihat tipu muslihat dan makar para pemimpin agama kaum Kristen (khususnya, Paulus). Mereka menyelewengkan Al-Kitab ‘Injil asli’ dengan memasukkan doktrin-doktrin batil dan kafir di dalamnya. Diantaranya, mereka menyusupkan doktrin bahwa Isa adalah anak tuhan yang mati di tiang salib dan setelah itu dikuburkan dan diangkat. Mereka mengucapkan hal itu secara dusta, tanpa ilmu dan wahyu dari Allah -Azza wa Jalla-. Bahkan itu hanyalah igauan Paulus dan pendukungnya.
Ketahuilah bahwa Nabi Isa belum pernah mati!! Bahkan beliau dimuliakan dan diselamatkan oleh Allah dari kebusukan makar kaum Yahudi yang bekerjasama dengan serdadu Romawi demi membunuh beliau. Namun Allah berkehendak lain; Dia mengangkat Nabi Isa –alaihis salam- ke langit sebagai kehormatan baginya di sisi Allah.
Allah -Azza wa Jalla- berfirman,
وَمَكَرُوا وَمَكَرَ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ (54) إِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا وَجَاعِلُ الَّذِينَ اتَّبَعُوكَ فَوْقَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأَحْكُمُ بَيْنَكُمْ فِيمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ (55)  [آل عمران/54-55]
“Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya. (Ingatlah), ketika Allah berfirman, “Hai Isa, sesungguhnya Aku akan mewafatkanmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu Aku memutuskan diantaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya”. (QS. Ali Imraan : 54-55)
Ini merupakan berita gembira bagi kaum muslimin dari dulu sampai sekarang, baik sebelum lahirnya Nabi Isa sampai zaman kini, bahwa kaum muslimin senantiasa tinggi dan jaya di atas kaum Nasrani (Kristen) dan golongan kafir lainnya sampai hari kiamat. Karena, kaum muslimin adalah pengikut para rasul secara hakiki dan pengikut semua nabi, bukan musuh mereka!! Musuh para nabi dan rasul adalah para penyembah salib yang ridho kalau Isa adalah tuhan yang tersalib!!!  Padahal yang tersalib bukanlah Isa –alaihis salam-!!!! Mereka telah ditipu oleh setan jin dan manusia!!!!
Parapembaca yang budiman, para ahli tafsir dalam menjelaskan makna “Hai Isa, sesungguhnya Aku akan mewafatkanmu…” terdapat dua pendapat[22] :
a.     Pendapat pertama menegaskan bahwa Isa diwafatkan, maksudnya ia ditidurkan. Sebab, tidur itu adalah saudara kematian. Di dalam Al-Qur’an, kata “wafat” biasa digunakan dengan arti “tidur”, seperti dalam firman Allah -Azza wa Jalla-,
وَهُوَ الَّذِي يَتَوَفَّاكُمْ بِاللَّيْلِ وَيَعْلَمُ مَا جَرَحْتُمْ بِالنَّهَارِ ثُمَّ يَبْعَثُكُمْ فِيهِ لِيُقْضَى أَجَلٌ مُسَمًّى ثُمَّ إِلَيْهِ مَرْجِعُكُمْ ثُمَّ يُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ  [الأنعام/60]
“Dan dialah yang mewafatkan (menidurkan) kalian di malam hari dan dia mengetahui apa yang kalian kerjakan di siang hari, kemudian dia membangunkan kalian pada siang hari untuk disempurnakan umur(mu) yang telah ditentukan, Kemudian kepada Allah-lah kalian kembali, lalu dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan”. (QS. Al-An’aam : 60)
Ulama yang berpendapat demikian menyatakan bahwa jika maknanya adalah menidurkan, maka berarti di dalam ayat ini sudah sesuai lahiriahnya, tak ada taqdim (pengedepanan) dan ta’khir (penangguhan) kalimat. Jadi, Isa tidaklah mati saat diangkat ke langit, tapi ia ditidurkan.
b.    Pendapat kedua menyatakan bahwa yang dimaksudkan dengan “…mewafatkanmu…” dalam ayat tentang pengangkatan Nabi Isa adalah mematikanmu. Ulama yang berpendapat demikian menyatakan bahwa di dalam ayat ini terdapat taqdim (pengedepanan) dan ta’khir (penangguhan) kalimat. Jadi, kalimat itu menurut mereka tidaklah tersusun berdasarkan kejadiannya. Sebab, Isa belumlah pernah mati. Beliau telah diangkat ke langit sampai munculnya Dajjal. Barulah saat itu ia diturunkan di akhir zaman untuk membunuh Dajal, mematahkan salib dan menerapkan syariat Islam dan mengajak umatnya masuk dalam agama beliau, yaitu Islam[23].
Parapembaca yang budiman, disini para ahli tafsir sepakat menyatakan bahwa Isa tidaklah mati saat ia diangkat. Ini dikuatkan oleh ayat yang akan kami bawakan di bawah ini.
Allah berfirman dalam menjelaskan sebab kaum Yahudi dilaknat dan dimurkai,
وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ اللَّهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِيهِ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينًا (157) بَلْ رَفَعَهُ اللَّهُ إِلَيْهِ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا (158) وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلاَّ لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكُونُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا (159) [النساء/157-159]
“Dan karena ucapan mereka, “Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah”. Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. An-Nisaa’ : 157-158)
Konon kabarnya, “Tatkala Allah mengutus Isa bin Maryam untuk membawa keterangan dan petunjuk, maka kaum Yahudi dengki kepadanya disebabkan sesuatu yang Allah berikan kepadanya berupa kenabian dan mukjizat hebat yang dapat menyembuhkan orang yang buta dan belang serta menghidupkan orang-orang yang sudah mati dengan izin Allah, membuat burung dari tanah, lalu beliau meniupnya sehingga jadilah tanah itu burung yang dapat disaksikan terbangnya dengan izin Allah -Azza wa Jalla- dan mukjizat lainnya yang Allah memuliakan beliau dengannya dan menjalankannya melalui tangan beliau.
Sekalipun demikian halnya, mereka (kaum Yahudi) tetap mendustakan beliau, menyelisihinya dan berusaha dalam menyakiti beliau dengan segala cara yang mereka mampu lakukan sampai membuat Nabi Allah, Isa –alaihis salam- tak dapat hidup bersama mereka dalam suatu negeri. Bahkan beliau banyak melakukan perjalanan bersama ibunya –alaihimas salam-.
Kemudian, hal itu tak membuat mereka puas sampai mereka mendatangi Raja Damaskus di zaman itu, seorang raja musyrik penyembah bintang. Umatnya disebut dengan bangsa “Yunani”[24].
Mereka (kaum Yahudi) menyampaikan kepada Sang Raja bahwa di Baitul Maqdis ada seorang laki-laki (yakni, Nabi Isa) yang menyesatkan manusia dan mengacaukan rakyatnya. Akhirnya, Sang Raja marah karena berita ini dan ia pun menulis surat kepada Gubernurnya di Al-Quds (yakni, Baitul Maqdis) agar ia waspada terhadap lelaki tersebut dan hendaknya ia menyalibnya, meletakkan duri pada kepalanya dan mencegah gangguannya terhadap manusia. Tatkala surat itu telah tiba, maka Gubernur Baitul Maqdis (yang bernama Pontius Pilatus) pun melaksanakan isisurat itu.
Sang Gubernur pun pergi bersama beberapa orang kaum Yahudi menuju rumah yang disitu Nabi Isa–alaihis salam- berada, sedangkan beliau bersama sekelompok murid-muridnya: 12, atau 13 atau 17 orang. Hari itu adalah hari Jumat, usai Ashar, malam Sabtu. Mereka mendatanginya disana.
Tatkala Isa merasakan kedatangan mereka dan yakin bahwa pasti mereka akan masuk (menangkap)nya ataukah beliau yang keluar menemui mereka, maka beliau bersabda kepada para muridnya, “Siapakah diantara kalian yang mau diberikan keserupaan denganku? Dia akan menemaniku di dalam surga”.
Lalu ada seorang pemuda diantara mereka yang bersiap untuk hal itu. Karena beliau seakan menganggapnya masih muda untuk tugas seperti itu, maka beliau mengulangi sabdanya dua-tiga kali. Pada semua seruan itu, tak ada yang bersiap, kecuali pemuda itu. Akhirnya, Isa bersabda kepada pemuda itu, “Kamulah orangnya”. Allah pun memberikan kemiripan baginya dengan Nabi Isa sampai seakan ia adalah Nabi Isa dan terbukalah sebuah lubang pada atap dan Isa diserang rasa kantuk[25]. Kemudian beliau pun diangkat ke langit, sedang beliau dalam keadaan demikian sebagaimana yang dikatakan oleh Allah (yang artinya), “(Ingatlah), ketika Allah berfirman, “Hai Isa, sesungguhnya Aku akan mewafatkanmu[26] dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir…”[27]
Tatkala Nabi Isa telah diangkat, maka keluarlah rombongan itu. Tatkala rombongan itu melihat si pemuda itu, maka mereka meyangkanya Nabi Isa. Akhirnya, mereka menangkapnya di waktu malam dan menyalibnya serta meletakkan duri pada kepalanya.
Kemudian kaum Yahudi menampakkan bahwa mereka telah menyalib Nabi Isa dan mereka telah berbangga dengan hal itu. Sementara itu, sekelompok kaum Nashrani pun mengakui hal itu bagi mereka, karena kejahilan dan kurang berpikirnya kaum Nashrani (Kristen), selain mereka yang ada di dalam rumah bersama Isa Al-Masih. Karena, mereka (yang ada di dalam rumah) itu menyaksikan terangkatnya beliau. Ada pun yang lain, maka sungguh mereka telah menyangka sebagaimana yang disangka oleh kaum Yahudi bahwa yang tersalib adalah Al-Masih Isa bin Maryam, sampai mereka menyebutkan bahwa Maryam duduk di bawah si pemuda yang tersalib sambil menangis. Konon kabarnya bahwa si tersalib mengajaknya berbicara. Wallahu A’lam[28].
Ini semua adalah ujian Allah terhadap para hamba-Nya, karena sesuatu yang Allah miliki berupa hikmah yang mendalam. Sungguh Allah telah menerangkan perkara ini, menjelaskannya, dan menampakkannya dalam Al-Qur’an yang Dia turunkan kepada Rasul-Nya yang mulia, Rasul yang terdukung dengan mukjizat, keterangan dan bukti-bukti yang jelas. Karena itu, Allah berfirman, sedang Dia Yang paling benar diantara yang berucap, Pemilik alam semesta, Yang mengetahui isi hati, Yang mengetahui rahasia yang ada di langit dan di bumi, Yang Maha Mengetahui segala yang berlalu dan akan datang serta yang tak sempat terjadi. Andaikan ia ada, maka bagaimana keadaannya. Dia berfirman, (yang artinya), “…Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka”[29].
Maksudnya, mereka melihat orang yang kembar dengan Isa, lalu mereka menyangkanya sebagai Isa”[30].
Parapembaca yang budiman, inilah alur kisah penyaliban dan pengangkatan yang benar menurut Al-Qur’an Al-Karim. Yang benar, bahwa Nabi Isa tidaklah mati dan tidak tersalib, bahkan beliau diangkat ke langit dan diselamatkan oleh Allah dari makar jahat kaum Yahudi dan Romawi.
Peristiwa penyaliban ini merupakan ujian keimanan yang mengguncang kaum gerejawan (Kristen) sehingga mereka terpecah belah dalam menyikapi dan meyakini eksistensi Nabi Isa –alaihis salam-. Akhirnya, mereka terpecah dalam tiga golongan: Nestorian, Jakobi Monofisit[31] dan Unitarian (golongan yang mengesakan Allah)[32].
Al-Imam Al-Hafizh Ibnu Katsir Ad-Dimasyqiy -rahimahullah- menerangkan hakikat dan prinsip tiga sekte besar ini saat beliau berkata,
“Mereka (Kaum Nabi Isa) terpecah menjadi tiga sekte. Suatu sekte berkata, “Dahulu Allah[33] berada diantara kami sebagaimana yang Dia kehendaki, lalu Dia naik ke langit”. Mereka ini adalah Sekte Jakobi. Sekte lain berkata, “Dahulu diantara kami ada anak Allah (yakni, Isa menurut mereka) sebagaimana yang Allah kehendaki. Kemudian Allah mengangkatnya menuju kepada-Nya”. Mereka ini adalah Sekte Nestorian[34]. Sekte lain berkata, “Dahulu diantara kami ada hamba dan rasul Allah sebagaimana yang Allah kehendaki. Kemudian Allah mengangkatnya menuju kepada-Nya. Mereka ini adalah orang-orang Islam (muslim). Namun kedua sekte ini berkuasa atas sekte muslim ini. Mereka pun membunuh sekte muslim. Senantiasa Islam (setelah itu) pudar sampai Allah mengutus Muhammad -Shallallahu alaihi wa sallam-”. [Lihat Tafsir Ibnu Katsir (2/450)]
Perhatikanlah -wahai pembaca budiman- bahwa agama haq (benar) yang pernah dibawa dan diajarkan oleh Nabi Isa –alaihis salam- kepada Bani Isra’il adalah agama Islam yang menyeru kepada tauhid dan memberantas syirik, mengajarkan ketaatan kepada wahyu Allah (Injil). Hanya saja Paulus beserta kaum Yahudi dan Raja Romawi yang menganut kesyirikan dan paganisme memusuhi orang-orang Islam yang bertauhid merupakan pengikut setia Nabi Isa. Semua sekte sesat yang mengaku pengikut Nabi Isa bersekutu menghapuskan tauhid dan para pengikut. Ini terbukti dalam Konsili Nicea yang memaksakan doktrin trinitas yang telah lama diusung dan diperjuangkan oleh Paulus dan para pengekornya. Mereka membantai kaum unitarian yang masih mempertahankan tauhid dan membenci syirik serta setia kepada inti ajaran Nabi Isa. Sebagai korban, Arius dari Alexandria mendapatkan tekanan dan pengucilan dari mereka akibat masih mempertahankan prinsip tauhid!!
Ketahuilah bahwa Nabi Isa –alaihis salam- adalah seorang muslim, bukan seorang musyrik dan kafir. Agama yang dibawa dan diserukan oleh Isa –alaihis salam- adalah Islam!!!
Allah -Azza wa Jalla- menjelaskan hal itu dalam firman-Nya,
وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (132) أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَهَكَ وَإِلَهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ (133) [البقرة : 132 ، 133]
“Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub (berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu. Maka janganlah kamu mati, kecuali dalam memeluk agama Islam”. Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu: Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya”. (QS. Al-Baqoroh : 132-133)
Perhatikan ucapan Ibrahim dan Ya’qub (Israel), “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu. Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam“.
Sebuah pertanyaan muncul, “Siapakah diantara  anak cucu Ibrahim dan Ya’qub yang diwasiati agar jangan mati, kecuali dalam keadaan beragama Islam?”
Jawabnya, Nabi Isa termasuk diantara anak cucu Ibrahim dan Ya’qub yang diajak dan diingatkan agar ber-Islam dan mati di atasnya.
Nabi Ibrahim, Ya’qub serta anak cucunya semua berada di atas Islam!! Bukan berada di atas agama Yahudi dan Nashrani-Kristen.
Allah -Azza wa Jalla- berfirman,
مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيًّا وَلاَ نَصْرَانِيًّا وَلَكِنْ كَانَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (67) إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِإِبْرَاهِيمَ لَلَّذِينَ اتَّبَعُوهُ وَهَذَا النَّبِيُّ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاللَّهُ وَلِيُّ الْمُؤْمِنِينَ (68) [آل عمران : 67 - 68]
Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi muslim (berserah diri kepada Allah)[35], dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik. Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad), beserta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad). Dan Allah adalah pelindung semua orang-orang yang beriman”. (QS. Ali Imraan : 67-68)
Allah -Azza wa Jalla- berfirman,
أَمْ تَقُولُونَ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطَ كَانُوا هُودًا أَوْ نَصَارَى قُلْ أَأَنْتُمْ أَعْلَمُ أَمِ اللَّهُ وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ كَتَمَ شَهَادَةً عِنْدَهُ مِنَ اللَّهِ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ  [البقرة : 140]
“Ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nasrani) mengatakan bahwa Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub dan asbath (anak cucunya), adalah penganut agama Yahudi atau Nasrani?” Katakanlah: “Apakah kalian lebih mengetahui ataukah Allah, dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang menyembunyikan syahadah dari Allah yang ada padanya?” Dan Allah sekali-kali tiada lengah dari apa yang kalian kerjakan”. (QS. Al-Baqoroh : 140)
Syahadah dari Allah ialah persaksian Allah yang tersebut dalam Taurat dan Injil bahwa Nabi Ibrahim dan anak cucunya bukan penganut agama Yahudi atau Nasrani dan bahwa Allah akan mengutus Muhammad -Shallallahu alaihi wa sallam- sebagai rasul yang akan membenarkan risalah sebelumnya dan menghapus semua syariat yang ada!!
Seorang ulama tabi’in, Al-Imam Al-Hasan Al-Bashriy -rahimahullah- berkata saat menafsirkan ayat di atas,
كَانَتْ شَهَادَةُ اللَّهِ الَّذِي كَتَمُوا أَنَّهُمْ كَانُوا يَقْرَءُونَ فِي كِتَابِ اللَّهِ الَّذِي أَتَاهُمْ إنَّ الدِّينَ الإِسْلامُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، وَأَنَّ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالأَسْبَاطَ كَانُوا بُرَّاءً مِنَ الْيَهُودِيَّةِ وَالنَّصْرَانِيَّةِ، فَشَهِدُوا لِلَّهِ بِذَلِكَ، وَأَقَرُّوا بِهِ عَلَى أَنْفُسِهِمْ لِلَّهِ فَكَتَمُوا شَهَادَةَ اللَّهِ عِنْدَهُمْ مِنْ ذَلِكَ، فَذَلِكَ مَا كَتَمُوا مِنْ شَهَادَةِ اللَّهِ
 ”Syahadah (persaksian) Allah yang mereka sembunyikan adalah bahwasanya mereka dulu telah membaca dalam Kitab-kitab Allah yang datang (turun) kepada mereka, “Sesungguhnya agama (yang ada di sisi Allah) adalah Islam, dan bahwa Muhammad adalah Rasul Allah serta bahwasanya Nabi Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub dan asbath (anak keturunan Ya’qub) berlepas diri dari agama Yahudi dan Nashrani (Kristen)”. Mereka (Ahlul Kitab) pun mempersaksikan hal itu dan mengakui hal itu kepada Allah atas diri mereka. Tapi mereka menyembunyikan persaksian Allah tersebut atas hal tadi di sisi mereka!! Itulah yang mereka sembunyikan diantara persaksian Allah”. [Lihat Tafsir Ibnu Abi Hatim (1/367-Syamilah), Tafsir Ath-Thobariy (2134) dan Tafsir Ibnu Katsir (1/451)]
Para pemuka agama Kristen –seperti, Paulus- tahu bahwa agama Ibrahim, Ishaq, Ya’qub, Musa, Isa dan asbath (anak cucu Ya’qub) adalah manusia-manusia yang beragama Islam!!
Tapi kebencian terhadap agama Nabi Isa (yaitu, Islam) membuat Paulus beserta pengikutnya dan kerajaan Kostantinopel-Romawi berusaha keras untuk mengubur Islam!!
Pasalnya, Paulus itu beragama Yahudi yang jelas-jelas mengajak kepada kesyirikan (menduakan Allah). Apalagi kerajaan Kostantinopel waktu itu juga berlatar belakang agama penyembah berhala (paganis).
Walaupun keduanya sudah mengaku sebagai pengikut agama Nabi Isa –menurut mereka-, hanya saja kebiasaan syirik dan kafir pada diri Paulus dan Raja Kostantinopel belum bisa mereka tinggalkan. Akhirnya, mereka berdua membuat format agama baru yang mempertuhankan Nabi Isa!! Itulah agama Kristen sampai hari ini, tapi bukan agama Nabi Isa!!!
Padahal mereka tahu dengan jelas dan pasti bahwa Nabi Isa tak pernah mengangkat dirinya sebagai tuhan!!! Mereka telah memutarbalikkan fakta dan realita dengan silat lidah mereka yang lihai sampai banyak diantara manusia menjadi domba-domba yang disesatkan oleh Paulus dan para pengekornya.
Mereka inilah yang disinggung oleh Allah dalam firman-Nya,
وَإِنَّ مِنْهُمْ لَفَرِيقًا يَلْوُونَ أَلْسِنَتَهُمْ بِالْكِتَابِ لِتَحْسَبُوهُ مِنَ الْكِتَابِ وَمَا هُوَ مِنَ الْكِتَابِ وَيَقُولُونَ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَمَا هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَيَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُونَ (78) مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُؤْتِيَهُ اللَّهُ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُوا عِبَادًا لِي مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلَكِنْ كُونُوا رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنْتُمْ تَدْرُسُونَ (79) وَلَا يَأْمُرَكُمْ أَنْ تَتَّخِذُوا الْمَلَائِكَةَ وَالنَّبِيِّينَ أَرْبَابًا أَيَأْمُرُكُمْ بِالْكُفْرِ بَعْدَ إِذْ أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (80) [آل عمران : 78 - 80]
“Sesungguhnya diantara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca Al-Kitab, supaya kamu menyangka yang dibacanya itu sebagian dari Al-Kitab, padahal ia bukan dari Al-Kitab dan mereka mengatakan: “Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah”, padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah sedang mereka mengetahui. Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al-Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: “Hendaklah kalian menjadi penyembah-penyembahku, bukan penyembah Allah”. Akan tetapi hendaknya (ia berkata): “Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani (sempurna ilmu dan taqwanya), karena kamu selalu mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.  Dan (tidak wajar pula baginya) menyuruhmu menjadikan malaikat dan para nabi sebagai Tuhan. Apakah (patut) dia menyuruhmu berbuat kekafiran di waktu kamu sudah (menganut agama) Islam?”. (QS. Ali Imraan : 78-80)
Kita katakan kepada Paulus dan pengekornya, “Apakah mungkin Nabi Isa mengajarkan manusia untuk mempertuhankan diri beliau??!” Jawabnya, tidak mungkin beliau melakukan hal itu, sebab itu adalah kekafiran yang menyalahi ajaran Islam yang beliau bawa!!!!
Agama kekafiran yang diusung dan dirintis oleh Paulus itulah nanti diingkari oleh Nabi Isa saat beliau turun dari langit.
Lalu kenapa Allah mengangkatnya ke langit? Allah mengangkatnya ke langit sebagai pemuliaan bagi beliau, dan untuk menjalankan misi utama di akhir zaman, yaitu membunuh Dajjal, mematahkan salib, menggugurkan pembayaran jizyah dan menerapkan syariat Islam serta mengajak umatnya masuk dalam agama beliau dan agama para nabi, yaitu Islam.
Oleh karenanya, Allah berfirman,
وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلَّا لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكُونُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا (159) [النساء/159]
“Tidak ada seorangpun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka”. (QS. An-Nisaa : 159)
Di akhir zaman, tiap-tiap orang Yahudi dan Nasrani akan beriman kepada Isa sebelum wafatnya, bahwa dia adalah hamba Allah dan rasul-Nya, bukan anak Allah dan bukan pula tuhan!!
Mufassir Jazirah Arab, Al-Imam Abdur Rahman bin Nashir As-Sa’diy -rahimahullah- berkata,
“Tak ada seorang pun dari kalangan Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepada Isa Al-Masih –alaihis salam- sebelum meninggalnya Al-Masih. Demikian itu akan terjadi akan terjadi saat dekatnya hari kiamat dan munculnya tanda-tanda kiamat yang besar. Sebab, hadits-hadits shohih banyak jumlahnya berkisar tentang turunnya Nabi Isa –alaihis salam- di akhir umat ini. Dia akan membunuh Dajjal, dan menggugurkan jizyah. Para Ahli Kitab akan beriman kepada beliau bersama orang-orang yang telah beriman. Pada hari kiamat nanti Nabi Isa akan menjadi saksi atas mereka. Beliau akan memberikan persaksian tentang amal perbuatan mereka; apakah amal perbuatan mereka itu mencocoki syariat Allah, ataukah malah tidak?!
Ketika itulah, beliau tak akan memberikan persaksian, kecuali tentang kebatilan agama yang dipijaki oleh Ahli Kitab (selama ini), yaitu agama yang menyelisihi syariat Al-Qur’an dan sesuatu yang mereka diajak oleh Muhammad -Shallallahu alaihi wa sallam- kepadanya.
Kita mengetahui hal itu, karena kesempurnaan sikap istiqomah Nabi Isa Al-Masih dan kejujurannya. Beliau tak akan memberikan persaksian, kecuali tentang kebenaran. Hanya saja tentunya apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad -Shallallahu alaihi wa sallam-, itulah kebenaran. Adapun selainnya, maka ia adalah kesesatan dan kebatilan”. [Lihat Taisir Al-Karim Ar-Rahman (hal. 213), cet. Mu'assasah Ar-Risalah]
Apa yang dinyatakan oleh Syaikh As-Sa’diy -rahimahullah- sangatlah benar bahwa Nabi Isa di akhir zaman akan menerapkan syariat Islam yang pernah diajarkan oleh Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- kepada umatnya. Beliau menerapkan syariat Islam, sebab itulah kebenaran yang wajib diikuti oleh beliau dan umatnya.
Itulah janji yang pernah diambil oleh Allah -Tabaroka wa Ta’ala- dari para nabi dan rasul sebelum diutusnya Nabi Muhammad -Shallallahu alaihi wa sallam- bahwa mereka siap beriman kepada Nabi Muhammad -Shallallahu alaihi wa sallam- dan menolongnya bila mereka menjumpai kenabian dan kerasulan Muhammad -Shallallahu alaihi wa sallam-.
Allah -Azza wa Jalla- berfiman,
وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ النَّبِيِّينَ لَمَا آَتَيْتُكُمْ مِنْ كِتَابٍ وَحِكْمَةٍ ثُمَّ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهِ وَلَتَنْصُرُنَّهُ قَالَ أَأَقْرَرْتُمْ وَأَخَذْتُمْ عَلَى ذَلِكُمْ إِصْرِي قَالُوا أَقْرَرْنَا قَالَ فَاشْهَدُوا وَأَنَا مَعَكُمْ مِنَ الشَّاهِدِينَ (81) فَمَنْ تَوَلَّى بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ (82) [آل عمران/81، 82]
“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: “Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepada kalian berupa kitab dan hikmah, kemudian datang kepada kalian seorang Rasul yang membenarkan apa yang ada pada kalian, niscaya kalian akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya”.[36]. Allah berfirman: “Apakah kalian mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?” Mereka menjawab, “Kami mengakui”. Allah berfirman, “Kalau begitu saksikanlah (hai para Nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kalian”.  Barang siapa yang berpaling sesudah itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik”. (QS. Ali Imraan : 81-82)
Secara khusus, Nabi Isa juga berpesan kepada kaum muslimin yang menjadi pengikutnya di zaman beliau agar mereka membenarkan risalah Muhammad -Shallallahu alaihi wa sallam- bila datang setelah Nabi Isa.
Allah -Azza wa Jalla- mengabadikan pesan Nabi Isa tersebut dalam firman-Nya,
وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَد [الصف/6]
“Dan (ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata, “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian, membenarkan Kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).” (QS. Ash-Shaff : 6)
Kerasulan Nabi Muhammad -Shallallahu alaihi wa sallam- telah dijelaskan dalam Taurat dan Injil.
Allah -Azza wa Jalla- berfirman,
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآَزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا (29)
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya Karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar”. (QS. Al-Fath : 29)
Para pembaca yang budiman, jika para sahabat yang menjadi penolong, pembantu, dan pengawal Nabi Muhammad -Shallallahu alaihi wa sallam- saja dijelaskan ciri dan sifatnya dalam Taurat dan Injil, maka tentunya Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- lebih utama dijelaskan sifat-sifat dan namanya dalam kedua kitab suci itu!! Tapi demikianlah Ahli Kitab hasad dan benci kepada Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-, karena beliau bukan dari bangsa Bani Israil.
Inilah yang dijelaskan oleh Allah dalam firman-Nya,
الَّذِينَ آَتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمُ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ فَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ [الأنعام/20]
“Orang-orang yang telah Kami berikan Kitab kepadanya, mereka mengenalnya (Muhammad) seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka itu tidak beriman (kepada Allah)”. (QS. Al-An’aam : 20)
الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلَالَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ فَالَّذِينَ آَمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ أُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (157) قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ فَآَمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ (158) [الأعراف/157، 158]
“(yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul (yakni, Nabi Muhammad -Shallallahu alaihi wa sallam-), Nabi yang ummi (buta aksara), yang (nama dan sifatnya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka. Dia (Rasul) itu menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar serta menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka[37]. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung.
Katakanlah: “Hai manusia sesungguhnya aku (Muhammad) adalah utusan Allah kepada kalian semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan. Maka berimanlah kalian kepada Allah dan Rasul-Nya, yaitu Nabi yang ummi (buta aksara) yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk”. (QS. Al-A’raaf : 157-158)
Firman Allah ini menerangkan bahwa seluruh manusia –termasuk Ahli Kitab- wajib beriman kepada Nabi Muhammad, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti Al-Qur’an yang terang yang diturunkan kepadanya.
Itulah sebab saat Nabi Isa turun ke bumi, maka beliau beriman kepada Nabi Muhammad, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti Al-Qur’an.
Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَيُوشِكَنَّ أَنْ يَنْزِلَ فِيكُمُ ابْنُ مَرْيَمَ حَكَمًا عَدْلًا فَيَكْسِرَ الصَّلِيبَ وَيَقْتُلَ الْخِنْزِيرَ وَيَضَعَ الْجِزْيَةَ
“Demi (Allah) Yang jiwaku ada di tangan-Nya, hampir saja akan turun di kalangan kalian Isa bin Maryam sebagai pemutus perkara yang adil. Isa akan mematahkan salib, membunuh babi-babi dan menggugurkan jizyah”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (no. 2222 & no. 3448) dan Muslim dalam Shohih-nya (no. 155)]
Al-Hafizh Abul Fadhl Ibnu Hajar Al-Asqolaniy -rahimahullah- berkata,
“Maknanya, bahwa Nabi Isa akan turun sebagai pemutus (penegak) bagi syariat Islam ini. Karena, syariat Islam ini akan tetap (abadi), tak akan terhapus. Bahkan, Isa akan menjadi penegak diantara penegak-penegak hukum umat ini. Sabda Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- yang berbunyi, “Isa akan mematahkan salib, membunuh babi-babi…”, maksudnya Isa akan membatalkan agama Nasrani (Kristen), dengan mematahkan salib secara hakiki. Isa menghancurkan sesuatu (doktrin) yang diklaim oleh orang-orang Nasrani berupa pengkultusan kepada beliau”. [Lihat Fathul Bari (6/491)]
Adapun makna sabda beliau yang berbunyi, “…menggugurkan jizyah”, dijelaskan oleh Al-Imam Abu Zakariyya An-Nawawiy -rahimahullah- saat beliau berkata,
“Yang benar tentang maknanya, bahwa Nabi Isa tak akan menerima jizyah (upeti). Beliau tak mau menerima dari kaum kafir, kecuali Islam. Barangsiapa diantara mereka yang menyerahkan jizyah, maka hal itu tak akan menghalangi Nabi Isa. Bahkan Nabi Isa tak akan mau menerima, kecuali Islam atau peperangan. Demikian yang dinyatakan oleh Al-Imam Abu Sulaiman Al-Khoththobiy dan ulama lainnya –rahimahumullah Ta’ala-”. [Lihat Syarh Shohih Muslim (2/190)]
  • Kesimpulan dan Faedah
Parapembaca yang budiman, terakhir kita simpulkan dalam beberapa poin berikut:
1.      Nabi Isa –alaihis salam- adalah hamba dan rasul Allah, bukan tuhan dan bukan pula anak tuhan. Beliau adalah manusia mulia, bukan anak zina sebagaimana yang dituduhkan kepada beliau oleh kaum Yahudi.
2.     Beliau telah diangkat ke langit oleh Allah dalam keadaan hidup saat orang-orang Yahudi dan Romawi berusaha membunuh beliau. Beliau senantiasa hidup di langitsana dan akan turun di akhir zaman untuk tugas mulia dalam memberantas kesyirikan dan pelakunya, seperti Dajjal. Diantara tugas mulia beliau, ia akan mengikuti, mengimani dan menerapkan syariat Islam serta mengajak manusia yang mengaku sebagai pengikut beliau untuk masuk ke dalam agama dan syariat Islam yang pernah dibawa oleh Nabi Muhammad -Shallallahu alaihi wa sallam-.
3.     Ketika beliau datang, maka beliau datang sebagai umat Nabi Muhammad -Shallallahu alaihi wa sallam-, bukan lagi nabi dan rasul baru yang menghapuskan syariat Nabi kita Muhammad -Shallallahu alaihi wa sallam-. Bahkan beliau datang untuk mengimani, menolong dan menerapkan agama dan syariat Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad -Shallallahu alaihi wa sallam-!!
4.     Barangsiapa yang tak mau beriman kepada Islam, maka Nabi Isa akan memerangi mereka sampai mereka mau beriman kepada Islam atau mereka mati di atas kekafiran. Na’udzu billah min dzalik!!!
5.     Kemudian, dari semua pembahasan berlalu, kita telah mengetahui kebatilan berita Ahli Kitab yang menyatakan bahwa Nabi Isa mati tersalib, lalu dikuburkan. Yang benar bahwa Nabi Isa belum mati. Lantaran itu, kubur beliau juga jelas tak ada!!!!
6.     Adapun lelaki yang diserupakan dengan Nabi Isa, maka itulah yang mati di tiang salib, lalu dikuburkan oleh mereka.
7.     Datangnya Nabi Muhammad -Shallallahu alaihi wa sallam- dengan membawa agama Islam beserta syariatnya adalah untuk meluruskan agama dan syariat manusia yang telah rusak!!
8.     Agama Islam beserta syariatnya membawa kemaslahatan bagi manusia sampai akhir zaman. Itulah syariat abadi dan cocok di segala zaman dan tempat.
9.     Islam adalah agama para nabi dan rasul. Adapun agama Yahudi dan Kristen, maka ia adalah agama batil buatan para rahib dan pendeta Bani Israil. Jadi, Nabi Isa dan nenek moyangnya bukanlah Yahudi dan bukan pula Kristen, tapi muslim.
Allahumma tsabbit qulubana ala diinika. Wa shollahu ala nabiyyina wa ala alihi wa shobih wa sallam[38].

[1] Sekaligus dewan redaksi situs Pesanten Al-Ihsan Gowa : www.pesantren-alihsan.org
[2] Tanggal 4 Maret 2007, saluran televisi Discovery Channel menayangkan film dokumenter berjudul “The Lost Tomb of Jesus” dengan produser pelaksana James Cameron (sutradara film “Titanic”). Film ini diangkat dari buku James D. Tabor yang terbit tahun 2006, “The Jesus’ Dynasty”. Dalam bukunya Tabor menulis perihal ditemukannya sebuah makam di daerah Talpiot, sebelah selatankota lama Yerusalem. Makam itu digali dalam kurun 1-11 April 1980 oleh arkeolog Amos Kloner, Yosef Gath, Eliot Braun dan Shimon Gibson. Di dalamnya ditemukan 10 osuarium (peti batu gamping tempat menyimpan tulang-belulang yang sudah kering).Menurut laporan, OKI (Otoritas Kepurbakalaan Israel) saat ini hanya menyimpan 9 osuarium dari makam Talpiot, satu dinyatakan hilang. Dari sembilan, tiga di antaranya tidak memiliki inkripsi (pahatan nama dari pemilik tulang belulang), sedangkan enam lainnya memuat inkripsi dalam bahasa Aram: (1) “Yesus anak Yusuf”, (2) “Maria”, (3) “Yoses”, (4) “Matius”, (5) “Yudas anak Yesus”, dan satu inkripsi dalam bahasa Yunani “Mariamene e Mara” yang berarti “Maria sang Master”. Menurut Tabor kuburan ini adalah kuburan dari keluarga Yesus Kristus orang Nazaret dengan alasan nama-nama mereka tercatat dalam Al-Kitab perjanjian baru (Mrk 6:3). Sedangkan Matius dianggap adalah sepupu Yesus berdasarkan Mrk “Matius anak Alfeus”. Hanya nama “Yudas anak Yesus” yang tidak tercatat dalam Al-Kitab.
Berita ini diperparah lagi dengan munculnya sebuah artikel di Koran Kompas pada hari Kamis, 5 April 2007, dengan judul “Kontroversi Temuan Makam Keluarga Yesus”.
Perlu diketahui bahwa penemuan ini telah dibantah oleh para arkeolog saat munculnya isu penemuan itu dengan banyak argumen. Nah, demi mengambil andil dalam kebaikan, maka di dalam tulisan ini kami akan membantahnya dari sisi pandang Al-Qur’an dan As-Sunnah An-Nabawiyyah, insya Allah. Semua ini untuk menepis keraguan dari kaum muslimin.
[3] Pontius Pilatus (bahasa Yunani: Πόντιος Πιλᾶτος, Pontios Pīlātos) adalah Prefek (atau gubernur) ke-5 dari Provinsi Iudaea Kekaisaran Romawi, menjabat tahun 26–36 M, pada zaman kaisar Tiberius. Dialah yang mewakili pemerintah Romawi di Yerusalem untuk mengadili Yesus Kristus yang ditangkap di Taman Getsemani. Setelah menyelidiki perkara Yesus, Pilatus mengakui bahwa ia tidak menemukan kesalahan apapun padanya. Namun Pilatus tidak mampu untuk membebaskan Yesus begitu saja, bahkan sebaliknya ia tunduk pada keinginan massa untuk menyalibkan Yesus.
[4] Lihat Injil Matius 27 : 57
[5] Lihat Injil Lukas 23 : 50-51
[6] Lihat Injil Yohanes 19 : 38
[7] Lihat Markus 15 : 44-45
[8] Lihat Injil Markus 15 : 46
[9] Lihat Injil Yohanes 3 : 1
[10] Lihat Injil Yohanes 19:39
[11] Lihat Injil Yohanes 19:40
[12] Lihat Injil Yohanes 19:40
[13] Lihat Injil Yohanes 19:42
[14] Lihat Injil Markus 15:46
[15] Lihat Injil Matius 27:60
[18] Hans Conzelmann, 1 Corinthians, translated James W. Leitch (Philadelphia: Fortress, 1969), 251.
[19] Orang rabbani adalah orang yang memiliki ilmu dan mengamalkannya, serta mengajarkannya kepada manusia dengan benar.
Al-Imam Abu Ja’far Ath-Thobariy -rahimahullah- usai membawakan sejumlah ucapan ulama tentang kata Rabbani, maka berkata dalam menyimpulkannya, “(Rabbani) adalah orang yang memelihara manusia, yaitu orang yang memperbaiki urusan mereka, memimpin urusan mereka dan melaksanakannya. Jadi, orang yang tahu tentang fiqih dan hikmah termasuk orang-orang yang muslihin (memperbaiki); mereka memperbaiki urusan manusia dengan mengajari mereka tentang kebaikan dan mendorong mereka kepada sesuatu yang di dalamnya terdapat kemaslahatan mereka. Demikian pula dengan orang yang bijak lagi bertaqwa dan pemimpin yang menangani urusan manusia berdasarkan manhaj (metode) yang dilakukan oleh orang-orang (pemimpin) yang adil adalah termasuk orang-orang muslihin (melakukan perbaikan) terhadap urusan makhluk dengan melaksanakan di tengah mereka sesuatu yang di dalamnya terdapat kemaslahatan dunia dan akhirat mereka dan juga di dalamnya terdapat manfaat yang kembali kepada mereka dalam hal agama dan dunia mereka. Mereka semua ini berhak menjadi golongan orang yang masuk dalam firman-Nya -Azza wa Jalla-, “Hendaklah kalian menjadi orang-orang rabbani”. Nah, rabbani –kalau begitu- adalah sandaran manusia dalam fiqih, ilmu serta dunia dan akhirat”. [Lihat Jami' Al-Bayan (6/543-544)]
[20] Seperti, mengangkat Isa sebagai anak tuhan atau bahkan tuhan, salib-salib disucikan padahal ia lambang penghinaan, meyakini para pemimpin agama sebagai orang-orang ma’shum layaknya nabi (padahal bukan nabi). Bahkan ada diantara mereka mempertuhankan para pendeta mereka. Diantara kesyirikan mereka adalah paham trinitas!!!
[21] Dulu babi  dan khomer haram dalam syariat Isa, setelah itu mereka halalkan, tanpa dasar dalam Injil asli.
[22] Lihat Zaadul Masiir (1/347) karya Ibnul Jawziy.
[23] Lihat Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’an (4/100) karya Al-Qurthubiy.
[24] Ini menurut Ibnu Katsir. Kalau dalam sejarah yang disebutkan oleh sebagian ahli sejarah, Isa hidup di zaman Pontius Pilatus (bahasa Yunani: Πόντιος Πιλᾶτος, Pontios Pīlātos) adalah Prefek (atau gubernur) ke-5 dari Provinsi Iudaea Kekaisaran Romawi, menjabat tahun 26–36 M, pada zaman Kaisar Tiberius. Dialah yang mewakili pemerintah Romawi di Baitul Maqdis (Yerusalem) untuk mengadili Yesus Kristus yang ditangkap di Taman Getsemani. Jadi, yang benar bahwa Raja itu adalah Raja Romawi yang bernama Tiberius. Yang menguatkan hal ini bahwa Damaskus adalah wilayah Kerajaan Romawi sampai datangnya Islam. Wallahu A’lam bish showab.
[25] Disini Ibnu Katsir condong kepada pendapat yang menyatakan bahwa makna “mewafatkan” dalam ayat tadi adalah menidurkan, bukan mematikan. Wallahu A’lam.
[26] Lihat makna “mewafatkan” dalam ayat ini pada halaman-halaman sebelumnya. Penjelasannya telah berlalu.
[27] (QS. Ali Imraan : 55)
[28] Berita ini memiliki dua kemungkinan. Pertama, mungkin berita itu dusta. Kedua, kalau bukan kedustaan, tapi benar terjadi, maka itu adalah tipu daya setan dalam menyesatkan manusia!! Wallahu A’lam.
[29] (QS. An-Nisaa : 157)
[30] Inilah akhir kisah yang kami nukilkan dari Tafsir Ibnu Katsir (2/448-449), cet. Dar Thoybah, dengan tahqiq Sami Salamah.
[31] Monofisit melihat bahwa tabiat yang Yesus miliki hanyalah tabiat yang satu dan kudus (ilahi). Mereka memandang bahwa Yesus itu tuhan.
[32] Mereka dikenal dengan nama lain “Al-Muwahhidun” atau “Al-Hanifiyyah”. Mereka amat dikenal  sebagai sekte yang menolak paham Trinitas yang dicetuskan oleh Paulus dan pengikutnya yang didukung oleh para kaisar Kostantinopel (Romawi). Diantara pengikut sekte unitarian adalah Arius dari Alexandria. Wallahu A’lam.
[33] Maksud mereka, Allah disini adalah Yesus. Sebab mereka memandang bahwa Allah itu adalah Yesus dan sebaliknya Yesus adalah Allah.
[34] Salah satu diantara pengikut, bahkan pelopor Nestorian adalah Paulus, seorang Yahudi yang berpura-pura mengikuti agama Nabi Isa. Padahal ia dikenal amat kejam dan benci kepada para pengikut setia Nabi Isa. Tak heran ketika ia sudah mengaku bertobat, walaupun tobatnya bohong, maka ia pun merusak dan menghancurkan ajaran tauhid yang dahulu diperjuangkan oleh Nabi Isa dan para pengikut setianya, lalu Paulus menggantinya dengan paham Nestorianisme yang menyatakan bahwa Isa adalah anak Allah. Sungguh sebuah paham musyrik dan kafir!!!
Dengan gigihnya ia menyebarkan paham kafir itu ke berbagai negeri melalui suratdan utusan, ataukah ia ke berbagai negeri secara langsung sampai ia dikenal sebagai orang yang setia kepada ajaran Yesus dan paling paham. Padahal ia adalah pengkhianat ajaran Islam berbasis tauhid yang pernah disampaikan dan diajarkan oleh Nabi Isa -alaihis salam-. Semoga Allah memberi Paulus balasan setimpal. Diantara surat-surat Paulus, misalnya: surat yang ia kirim ke Korintus, Jemaat di Roma, ke Titus, kepada Filemon, kepada Timotius, ke Galatia, ke Efesus dan lainnya.
Dengan “keberhasilan” dakwah Paulus dalam menyebarkan paham Nestorianisme ke berbagai negeri, maka tersebarlah paham sesat lagi kafir itu di negeri-negeri tersebut, sampai di kemudian hari kebanyakan orang yang beragama Kristen mengira bahwa itulah agama dan paham yang pernah didakwahkan dan disampaikan oleh Nabi Isa –alaihis salam-. Padahal paham sesat Paulus itu bertentangan dengan ajaran Nabi Isa yang terdapat dalam Injil asli dan kitab samawi asli lainnya. Ajaran beliau adalah Islam yang berbasis tauhid, bukan kemusyrikan. Adapun paham sesat Paulus mengajak kepada kemusyrikan dan kekafiran yang dicela dalam seluruh agama samawi, baik sebelum munculnya Paulus, maupun setelah ia mati.
Paham Nestorianisme inilah yang dikecam oleh Allah Allah dalam firman,
وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ ذَلِكَ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ  [التوبة : 30]
“Orang-orang Yahudi berkata, “Uzair itu putera Allah”, dan orang-orang Nasrani berkata, “Al-Masih (Isa) itu putera Allah”. Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Allah melaknati mereka. Bagaimana mereka sampai berpaling?” (QS. At-Taubah : 30)
Keyakinan tuhan beranak dan beristri hanyalah keyakinan kafir yang telah diyakini kaum kafir sebelumnya, seperti dalam keyakinan Yunani Kuno dan lainnya!!

oleh:
Al-Ustadz Abdul Qodir Abu Fa’izah –hafizhahullah-
[Pengasuh Pesantren Al-Ihsan Gowa][1]

[35] Orang muslim (مُسْلِمٌ), artinya orang berserah diri. Dikatakan demikian, karena mereka hanya menyerah segala perbuatan dan amal ibadah mereka kepada Allah saja. Mereka tak menyekutukan Allah dalam beribadah kepada-Nya. Sebab, ini adalah kesyirikan yang amat dibenci oleh Allah.
[36] Para nabi dan rasul berjanji kepada Allah -Subhanahu wa Ta’ala- bahwa bilamana datang seorang rasul yang bernama Muhammad -Shallallahu alaihi wa sallam-, maka mereka akan beriman kepadanya dan menolongnya. Perjanjian nabi-nabi ini mengikat pula para ummatnya.
[37] Maksudnya: dalam syari’at yang dibawa oleh Muhammad itu, tidak ada lagi beban-beban yang berat yang dipikulkan kepada Bani Israil. Umpamanya, syariat membunuh diri untuk sahnya tobat, mewajibkan qishas pada pembunuhan (baik yang disengaja atau tidak, tanpa membolehkan membayar diat), memotong anggota badan yang melakukan kesalahan, membuang atau menggunting kain yang kena najis.
[38] Tulisan ini rampung pada tanggal 9 Rajab 1434 H yang bertepatan 19 Mei 2013 M. di Kec. Larompong, Luwu, Sulsel, di rumah Ibu Rahmah (kakak) –hafizhohallah- .

sumber: http://pesantren-alihsan.org/heboh-kubur-nabi-isa-terungkap.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar