بُعِثْتُ
بَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ بِالسَّيْفِ حَتىَّ يُعْبَدَ اللهُ وَحْدَهُ لا
شَرِيْكَ لَهُ وَجُعِلَ رِزْقِيْ تَحْتَ ظِلِّ رُمْحِيْ وَجُعِلَ الذُّلُّ
وَالصِّغَارُ عَلَى مَنْ خَالَفَ أَمْرِيْ وَمَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ
فَهُوَ مِنْهُمْ
“Aku diutus menjelang hari kebangkitan
dengan pedang supaya hanya Allah semata yang di
ibadahi, tiada sekutu
bagi-Nya. Rezekiku diletakkan di bawah naungan pedangku. Kerendahan dan
kehinaan ditetapkan bagi siapa saja yang menyelisihi perintahku. Barang
siapa menyerupai suatu kaum, ia termasuk bagian dari mereka.”
Benarkah Islam agama yang penuh rahmah dan kasih sayang? Benarkah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan cinta dan kedamaian kepada umat manusia? Jika memang benar, mengapa kehidupan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
dipenuhi dengan cerita perang dan pertempuran? Itulah sebuah syubhat
yang diungkap untuk mencitrakan Islam sebagai agama yang buas dan penuh
kebencian. Maka dari itu, hadits di atas hanya sebagian penggalannya
yang dibahas untuk sedikit menjawab syubhat tersebut.
Hadits tersebut dikeluarkan oleh al-Imam
Ahmad (no. 5114, 5115, 5667), al-Khatib dalam al-Faqih wal Mutafaqqih
(2/73), dan Ibnu Asakir (1/19/96) dari jalan Abdurrahman bin Tsabit bin
Tsauban dari Hassan bin ‘Athiyyah dari Abu Munib al-Jarasyi.
Asy-Syaikh al-Albani menjelaskan dalam
Jilbab Mar’ah Muslimah (203— 204), “Hadits ini sanadnya hasan. Mengenai
Ibnu Tsauban, memang ada pembicaraan, namun tidak memudaratkan. Al-Imam
al-Bukhari rahimahumullahtelah menyebutkan sebagian dari hadits di atas
secara mu’allaq di dalam Shahihnya (6/75).”
Al-Hafizh rahimahumullah menjelaskan
dalam syarahnya, “Hadits ini adalah bagian dari hadits yang dikeluarkan
oleh al- Imam Ahmad dari jalan Abu Munib… dan hadits ini mempunyai
penguat yang mursal dengan sanad yang hasan, dikeluarkan oleh Ibnu Abi
Syaibah dari jalan al-‘Auza’i dari Sa’id bin Jabalah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam secara keseluruhan.”
Tujuan Berperang
Perang, dalam perspektif Islam, memiliki tujuan dan cita-cita mulia, antara lain:
1. Membebaskan manusia dari peribadahan kepada makhluk menuju peribadahan kepada Allah Subhanahuwata’ala , Dzat yang menciptakan dan memberikan rezeki untuk mereka. Allah Subhanahuwata’ala berfirman,
1. Membebaskan manusia dari peribadahan kepada makhluk menuju peribadahan kepada Allah Subhanahuwata’ala , Dzat yang menciptakan dan memberikan rezeki untuk mereka. Allah Subhanahuwata’ala berfirman,
وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّىٰ لَا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ كُلُّهُ لِلَّهِ
“Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dans upaya agama itu semata-mata untuk Allah.” (al- Anfal: 39)
2. Menghapuskan kezaliman dan mengembalikan setiap hak kepada pemiliknya. Allah Subhanahuwata’ala berfirman,
أُذِنَ لِلَّذِينَ يُقَاتَلُونَ بِأَنَّهُمْ ظُلِمُوا ۚ وَإِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ نَصْرِهِمْ لَقَدِيرٌ
“Telah diizinkan (berperang) bagi
orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya.
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha kuasa menolong mereka itu.”
(al-Hajj: 39)
الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِن دِيَارِهِم بِغَيْرِ حَقٍّ إِلَّا أَن يَقُولُوا رَبُّنَا اللَّهُ ۗ
“(Yaitu) orang-orang yang telah diusir
dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, selain karena
mereka berkata,‘Rabb kami hanyalah Allah’.” (al-Hajj: 40)
3. Menghinakan orang-orang kafir, menghukum, dan melemahkan kekuatan mereka. Allah Subhanahuwata’ala berfirman,
قَاتِلُوهُمْ
يُعَذِّبْهُمُ اللَّهُ بِأَيْدِيكُمْ وَيُخْزِهِمْ وَيَنصُرْكُمْ
عَلَيْهِمْ وَيَشْفِ صُدُورَ قَوْمٍ مُّؤْمِنِينَ () وَيُذْهِبْ غَيْظَ
قُلُوبِهِمْ ۗ وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَىٰ مَن يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ عَلِيمٌ
حَكِيمٌ
“Perangilah mereka, niscaya Allah akan
menyiksa mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu. Allah akan
menghinakan mereka, menolong kamu dari mereka, dan melegakan hati
orang-orang yang beriman,serta Allah akan menghilangkan panas hati orang
orang mukmin. Dan Allah menerima taubat orang-orang yang dikehendaki-
Nya. Allah Maha Mengetahui lagi Maha bijaksana.” (at-Taubah: 14-15)
(al-Mulakhas Fiqhi, al-Fauzan, 1/379—380)
Beberapa Adab dalam Berperang
Sebagai bukti bahwa Islam mengajarkan
cinta kasih, tidak asal membunuh, dan tidak menekankan kebencian, adalah
adab-adab yang dibimbingkan oleh Rasulullah n pada setiap peperangan.
Di antaranya adalah,
1. Islam selalu menawarkan pilihan
pilihan sebelum berperang, yaitu masuk Islam atau membayar jizyah
(semacam upeti) dengan mereka tetap menjalankan agama masing-masing.
Di dalam hadits Buraidah radhiyallahu anhu, beliau bercerita, “Dahulu, kebiasaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jika mengangkat seorang panglima untuk sebuah pasukan perang, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
selalu memberikan wasiat secara khusus untuk bertakwa kepada Allah
Subhanahuwata’ala dan berbuat baik kepada kaum muslimin yang
menyertainya. Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan,
“Berperanglahdengan menyebut nama Allah
Subhanahuwata’ala di jalan- Nya! Perangilah orang-orang yang kufur
terhadap Allah Subhanahuwata’ala! Janganlah kalian berbuat ghulul
(mengambil harta rampasan perang sebelum dibagi), berkhianat, mencincang
jasad musuh, dan janganlah membunuh anak-anak.
Jikaengkauberjumpamusuhdarikaum musyrikin, tawarkan kepada mereka tiga
hal. Apa pun yang mereka pilih darimu, terimalahdantahanlahdirimu dari
mereka.” (Shahih Muslim, 1731)
Ketiga hal tersebut adalah: masuk Islam, membayar jizyah, atau berperang. Sama juga dengan pesan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu sebelum menyerang benteng Khaibar. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
انْفُذْ عَلَى رِسْلِكَ حَتَّى تَنْزِلَ بِسَاحَتِهِمْ ثُمَّ
“Berangkatlah dengan hati-hati hingga
engkau berada didepan benteng mereka. Kemudian, ajaklah mereka ke dalam
Islam! Sampaikan kepada mereka akan kewajiban mereka terhadap hak Allah
Subhanahuwata’ala . Demi Allah, (seandainya) Allah Subhanahuwata’ala
memberikan hidayah kepada seseorang melalui sebab dirimu, itulebih baik
bagimu daripada unta merah.”(HR. al-Bukhari no. 2942, Muslimno. 2406)
2. Islam tidak mengajarkan untuk
berharap bertemu dengan musuh. Namun, jika telah berjumpa haruslah
bersabar. Di dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لا تَمَنَّوْا لِقَاءَ الْعَدُوِّ فَإذَِا لَقِيتُمُوهُمْ فَاصْبِرُوا
“Janganlah kalian berharap-harap bertemu
dengan musuh. Akan tetapi, jika kalian telah bertemu dengan
musuh,bersabarlah!” (HR. al-Bukhari no. 3025 dan Muslim no. 1741)
3. Dilarang membunuh kaum wanita dan anak-anak. Ibnu Umar radhiyallahu anhu bercerita tentang seorang wanita yang ditemukan terbunuh dalam sebuah peperangan yang diikuti oleh Rasululllah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingkari pembunuhan terhadap kaum wanita dan anak-anak (HR. al-Bukhari no. 3013 dan Muslim no. 1745).
4. Dilarang berbuat khianat, mencincang
,dan mencacat jasad musuh, serta ghulul (mengambil harta rampasan perang
sebelum dibagi).
Dalilnya adalah hadits Buraidah radhiyallahu anhu pada poin pertama.
Dalilnya adalah hadits Buraidah radhiyallahu anhu pada poin pertama.
5. Dilarang membunuh musuh yang dalam keadaan tidak berdaya.
Hal ini sebagaimana yang diriwayatkan saat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
beristirahat di bawah naungan sebuah pohon dalam Perang Dzatur Riqa’.
Datang seorang musuh dengan menghunus pedang sedangkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
sedang tertidur. Saat Nabi terbangun, orang itu bertanya, “Apakah
engkau takut kepadaku?” Jawab Nabi, “Tidak!” Orang itu bertanya lagi,
“Siapa yang akan menghalangiku dari membunuhmu?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Allah Subhanahuwata’ala.” Seketika itu, pedang yang ia bawa terjatuh lalu diambil oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu beliau balik bertanya, “Siapakah yang akan menghalangiku dari membunuhmu?”Lalu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajaknya masuk Islam. Ia menolak, tetapi berjanji untuk tidak lagi ikut memerangi kaum muslimin. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membiarkannya pergi.
Orang itu kembali ke kaumnya dan
mengatakan, “Aku datang kepada kalian setelah bertemu dengan manusia
terbaik.” (HR. al- Bukhari no. 4139 dan Muslim no. 843)
Latar Belakang Perang di Masa Nabi n
Sejarah perang di masa Nabi Muhammad n selalu diawali oleh sikap-sikap
kaum musyrikin yang mengganggu ketenteraman kaum muslimin, pengkhianatan
mereka, dan kezaliman mereka. Perang terjadi setelah tiga belas tahun
lamanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kaum
muslimin bersabar atas kezaliman dan kejahatan kaum musyrikin selama di
Makkah. Berikut ini beberapa latar belakang perang yang terjadi pada
masa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
1. Perang Badar
Semua berawal dari rongrongan kaum
musyrikin Quraisy yang berusaha membuat makar untuk menghancurkan kaum
muslimin. Mereka mengirim suratsurat kepada kaum musyrikin di Yatsrib
(Madinah) untuk berusaha menekan, memerangi, dan mengusir kaum muslimin
dari kota Madinah. Mereka diancam akan dibunuh dan perempuan-perempuan
mereka akan dihalalkan jika tidak memerangi kaum muslimin. Kaum muslimin
pun berusaha balas menekan. Di antara bentuknya adalah melakukan
penghadangan terhadap kafilah-kafilah dagang kaum musyrikin Quraisy.
Hingga suatu saat, kafilah dagang yang
dipimpin oleh Abu Sufyan berhasil lepas dari pengintaian kaum muslimin.
Ia pun mengirimkan berita kepada kaum musyrikin di Makkah tentang usaha
penghadangan kaum muslimin. Berangkatlah kurang lebih 1.000 orang
pasukan dengan perlengkapan dan peralatan perang, di atas keangkuhan dan
kesombongan. Sementara itu, kaum muslimin hanya membawa perlengkapan
dan peralatan seadanya, itu pun dengan jumlah pasukan kurang lebih tiga
ratus orang. Terjadilah peperangan yang kemudian dimenangi oleh kaum
muslimin.
Bermula dari kedatangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
ke bani Nadhir untuk menghitung/ menentukan tebusan atas kesalahan
seorang sahabat yang membunuh dua orang Yahudi. Namun, orangorang bani
Nadhir justru berencana mempergunakan kesempatan tersebut untuk membunuh
Rasulullah n secara diam-diam. Akan tetapi, malaikat Jibril
memberitahukan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang rencana mereka.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bergegas kembali ke Madinah lalu memerintahkan Muhammad bin Maslamah
untuk menyampaikan kepada bani Nadhir agar mereka segera meninggalkan
tempat mereka dalam waktu sepuluh hari. Jika tidak, mereka akan
diperangi. Karena hasutan dari orang-orang Yahudi lainnya, mereka pun
menolak tawaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka justru mempersiapkan diri untuk berperang melawan kaum muslimin.
Setelah dikepung selama enam malam, bani Nadhir kemudian menyerah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengusir mereka dari Madinah dan memberikan kemurahan sehingga mereka
bisa membawa barang dan harta, selain senjata. Allah Subhanahuwata’ala
menceritakan hal ini dalam surat al-Hasyr.
3. Perang Ahzab Perang ini terjadi
karena persekongkolan dan makar jahat kaum musyrikin Makkah, kabilah
Ghathafan, kaum Yahudi, dan kabilah-kabilah lainnya. Mereka bersepakat
untuk bersatu dan bersama-sama menyerang kota Madinah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bermusyawarah dengan para sahabat untuk menentukan strategi di dalam
menghadapi pasukan gabungan tersebut. Jadi, Perang Ahzab adalah perang
yang terjadi karena kaum muslimin membela diri dan mempertahankan kota
Madinah.
4. PerangBaniQuraizhah Bani Quraizhah
adalah kabilah Yahudi yang melakukan pengkhianatan terhadap kaum
muslimin. Pada saat kaum muslimin sedang sibuk melawan pasukan gabungan
dalam Perang Ahzab di sebelah utara Madinah, bani Quraizhah yang berada
di sebelah selatan Madinah malah menyatakan perang.
Padahal, tidak ada yang menghalangi
antara bani Quraizhah dengan lokasi perlindungan kaum wanita dan
anak-anak kaum muslimin. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
sangat bersedih, pun para sahabatnya. Setelah Allah Subhanahuwata’ala
memberikan kemenangan kepada kaum muslimin dalam peristiwa Perang Ahzab,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berangkat menuju tempat tinggal bani Quraizhah untuk menghukum mereka atas pengkhianatan yang mereka lakukan.
5. Perang Mu’tah
Perang ini terjadi karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
marah saat mendengar utusan beliau, sahabat al-Harits bin ‘Amr, yang
membawa surat untuk penguasa negeri Basra malah dibunuh dan dipenggal
kepalanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengirimkan
pasukan terdiri dari 3.000 orang dengan pimpinan secara bergantian Zaid
bin Haritsah, Ja’far bin Abi Thalib, dan Abdullah bin Rawahah. Itu pun
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan untuk menyampaikan tawaran Islam kepada mereka terlebih dahulu. Jika menolak, mereka boleh diperangi.
Bahkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
berpesan, “Berperanglahkaliandengannama Allah Subhanahuwata’ala
dandijalan Allah Subhanahuwata’ala. Bunuhlah orangy angm elakukank
ekufurank epada Allah Subhanahuwata’ala. Janganlah kalian menipu dan
mencuri harta rampasan perang. Jangan pula membunuh anak-anak, kaum
wanita, dan orang-orang tua. Janganlah kalianmerusak tempat
ibadahmereka, menebangpohonkurma, danpohon apapun,serta janganlah
merobohkan bangunan!”
6. Fathu Makkah
Inilah peristiwa penaklukan kota Makkah.
Bermula dari pengkhianatan kaum musyrikin Quraisy yang secara diam-diam
membantu sekutu mereka, bani Bakr, untuk menyerang bani Khuza’ah.
Padahal Khuza’ah adalah sekutu kaum muslimin. Sementara itu, dalam Perjanjian Hudaibiyah
telah disepakati masa gencatan senjata. Ternyata, orangorang bani Bakr
telah membunuh lebih dari dua puluh orang bani Khuza’ah. Khuza’ah lalu
menyampaikan berita itu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bergeraklah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat untuk menaklukan kota Makkah.
Setelah kota Makkah ditaklukkan, apa
yang beliau lakukan? Beliau mengatakan kepada kaum Quraisy yang dahulu
memusuhi dan memerangi kaum muslimin, “Pada hari ini tidak ada cercaan
terhadap kalian. Bubarlah, karenakalianadalah orang-orang yang bebas!”
Sungguh Sangat Berbeda!
Sungguh sangat berbeda! Peperangan yang
dikenal dan terjadi pada masa jahiliah adalah peperangan yang dipenuhi
oleh kekejaman, kekerasan, perampokan, penghancuran kehormatan,
pemusnahan ladang dan kebun, pembunuhan terhadap anak-anak, tanpa kasih
sayang dan rasa perikemanusiaan.
Adapun Islam, peperangan adalah sarana untuk menebarkan kasih sayang dan keadilan, menolong orang-orang yang terzalimi, dan menegakkan kalimat Allah Subhanahuwata’ala sehingga peribadahan benarbenar menjadi hanya untuk Allah Subhanahuwata’ala.
Adapun Islam, peperangan adalah sarana untuk menebarkan kasih sayang dan keadilan, menolong orang-orang yang terzalimi, dan menegakkan kalimat Allah Subhanahuwata’ala sehingga peribadahan benarbenar menjadi hanya untuk Allah Subhanahuwata’ala.
Lihatlah adab-adab berperang yang
diajarkan oleh Islam. Betapa rahmat dan penuh cinta! Bandingkanlah!
Selama tidak lebih dari delapan tahun peperangan yang dijalankan di masa
hidup Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, korban terbunuh hanya sebatas 1.000 orang dari kalangan kaum muslimin, kaum musyrikin, Yahudi, dan Nasrani.
Dengan rentang waktu yang relatif
singkat dan korban jiwa yang relatif kecil, kaum muslimin mampu
menundukkan hampir seluruh Jazirah Arab dan menciptakan keamanan serta
ketenteraman. Adapun peperangan di zaman jahiliah sangat jauh berbeda.
Korban begitu banyak, dilatarbelakangi oleh dendam dan benci, penuh
ketakutan dan tidak berakhir.
Misalnya, perang antara bani Bakr dan
kabilah Taghlib yang terjadi selama empat puluh tahun dengan korban
sekitar 70.000 orang! Atau perang antara Aus dan Khazraj yang terjadi
hampir seratus tahun. Sungguh sangat berbeda! Bandingkanlah dengan
peperangan yang dilakukan dan dijalani oleh kaum kafir Barat! Dalam
Perang Dunia Pertama, yang hanya berlangsung kurang lebih selama empat
tahun, minimalnya ada 40 juta orang tewas.
Mayoritasnya adalah warga sipil yang
tidak terlibat dalam peperangan secara langsung. Sekitar 9 juta orang
tewas akibat kekurangan pangan, kelaparan, pembunuhan massal, dan
terlibat secara tidak langsung dalam pertempuran. Dalam perang ini,
senjata kimia digunakan untuk pertama kalinya, pemboman atas warga sipil
dari udara dilakukan, dan banyak pembunuhanmassal.
Bandingkan juga dengan Perang Dunia
Kedua! Perang terbesar dalam sejarah manusia yang melibatkan kaum kafir
Barat yang hanya terjadi dalam waktu enam tahun, telah memakan korban 70
juta orang tewas, mayoritasnya masyarakat sipil. Dalam dua perang dunia
ini, mencuat nama-nama penjahat perang semacam Hitler, Mussolini,
Lenin, Stalin, dan lainnya. Demikian juga kejahatankejahatan yang
tercatat dalam sejarah hitam dunia. Tokyo dibom bakar oleh sekutu yang
mengakibatkan 90.000 orang tewas akibat kebakaran hebat di seluruh kota.
Hiroshima dan Nagasaki dibom atom yang
mengakibatkan korban dan kerugian besar. Hal-hal yang sangat tidak
beradab dan tidak berperikemanusiaan telah dipertontonkan oleh kaum
kafir Barat. Atau juga kejahatan yang dilakukan oleh Slobodan Milosevic
yang melakukan genosida (pembantaian etnis secara massal) terhadap kaum
muslimin di Bosnia.
Belum lagi kejahatan kaum kafir Barat
terhadap kaum muslimin di Afghanistan, Palestina, Chechnya, dan banyak
daerah lain. Sebelumnya lagi, dalam catatan Perang Salib. Sejarah telah
mencatat kekejaman dan kejahatan yang dilakukan oleh kaum Salibis
terhadap kaum
muslimin.
muslimin.
Pembunuhan terhadap wanita dan
anak-anak, pembakaran masjid dan bangunan lainnya, pemerkosaan, tindakan
keji dan bengis, serta perbuatan bengis lainnya. Kita harus bertanya,
“Siapakah yang patut dianggap sebagai kaum yang jahat dan tidak
berperikemanusiaan? Siapa pula yang pantas dinilai sebagai kaum yang
penuh rahmat dan kasih sayang? Kaum muslimin yang mengajarkan adab adab
penuh cinta dan kasih sayang di dalam berperang; ataukah kaum kafir
Barat yang menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan?” Alhamdulillah, Islam
adalah agama yang mengajarkan rahmat dan kasih sayang.
Al-Qur’an, sunnah, dan sejarah Nabi
Muhammad n menjadi bukti hal tersebut. Meskipun ada kelompok kelompok
atau individu-individu yang melakukan kejahatan lalu menisbatkan dirinya
kepada Islam, sesungguhnya Islam berlepas diri dari mereka.
Wallahulmusta’an, walhamdulillah
Rabbil ‘alamin.
Rabbil ‘alamin.
oleh: Al-Ustadz Abu Nasim Mukhtar Ibn Rifa’i
sumber: http://asysyariah.com/hadist-berjuta-cinta-dalam-bayang-bayang-pedang.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar