Muslimin manakah yang tak pernah mendengar sebutan namanya? Khadijah bintu Khuwailid
bin Asad bin ‘Abdil ‘Uzza bin Qushay Al-Qurasyiyah Al-Asadiyah radhiyallahu‘anha yang tercatat sebagai istri Rasulullah Shallallahu `alaihi Wasalam sekaligus wanita pertama yang membenarkan pengangkatan Muhammad Shallallahu `alaihi Wasalam sebagai nabi dan beriman kepada Allah dan Rasul-Nya Shallallahu `alaihi Wasalam
Sebelumnya dia dikenal sebagai
seorang wanita yang menjaga kehormatan dirinya sehingga melekatlah sebutan
ath-thaahirah pada dirinya. Dia seorang janda dari suaminya yang terdahulu, Abu
Halah bin Zararah bin an-Nabbasy bin ‘Ady at-Tamimi, kemudian menikah dengan
‘Atiq bin ‘A`idz bin ‘Abdillah bin ‘Umar bin Makhzum. Saat dia kembali
menjanda, seluruh pemuka Quraisy mengangankan agar dapat menyuntingnya.
Sebagaimana umumnya Quraisy yang
hidup sebagai pedagang, Khadijah radhiyallahu‘anha adalah wanita pedagang yang
mulia dan banyak harta. Tiada yang mengira, ternyata pekerjaannya itu akan
mengantarkan pertemuannya dengan manusia yang paling mulia, Rasulullah
Shallallahu `alaihi Wasalam.
Ia memberikan tawaran kepada seorang
pemuda bernama Muhammad Shallallahu `alaihi Wasalam untuk membawa hartanya ke
Syam, disertai budaknya yang bernama Maisarah. Perdagangan yang dibawa oleh
Muhammad Shallallahu `alaihi Wasalam itu memberikan keuntungan yang berlipat.
Tak hanya itu, Maisarah pun membawa buah tutur yang mengesankan tentang diri
Muhammad Shallallahu `alaihi Wasalam.
Penuturan Maisarah membekas dalam hati Khadijah radhiyallahu`anha. Dia pun terkesan pada kejujuran, amanah, dan kebaikan akhlak Rasulullah Shallallahu `alaihi Wasalam. Tersimpan keinginan yang kuat dalam dirinya untuk memperoleh kebaikan itu, hingga diutuslah seseorang untuk menjumpai beliau dan menyampaikan hasratnya. Dia tawarkan dirinya untuk dipersunting Muhammad Shallallahu `alaihi Wasalam, seorang pemuda yang saat itu berusia dua puluh lima tahun. Gayung pun bersambut.
Penuturan Maisarah membekas dalam hati Khadijah radhiyallahu`anha. Dia pun terkesan pada kejujuran, amanah, dan kebaikan akhlak Rasulullah Shallallahu `alaihi Wasalam. Tersimpan keinginan yang kuat dalam dirinya untuk memperoleh kebaikan itu, hingga diutuslah seseorang untuk menjumpai beliau dan menyampaikan hasratnya. Dia tawarkan dirinya untuk dipersunting Muhammad Shallallahu `alaihi Wasalam, seorang pemuda yang saat itu berusia dua puluh lima tahun. Gayung pun bersambut.
Namun, ayah Khadijah enggan untuk
menikahkannya. Khadijah, wanita yang cerdas itu tak tinggal diam. Ia tak ingin
terluput dari kebaikan yang telah bergayut dalam angannya. Dibuatnya makanan
dan minuman, diundangnya ayah beserta teman-temannya dari kalangan Quraisy.
Mereka pun makan dan minum hingga mabuk. Saat itulah Khadijah mengemukakan
kepada ayahnya, “Sesungguhnya Muhammad bin ‘Abdillah telah mengkhitbahku, maka
nikahkanlah aku dengannya.” Dinikahkanlah Khadijah dengan Muhammad Shallallahu
`alaihi Wasalam, dan segera Khadijah memakaikan wewangian dan perhiasan pada
diri ayahnya, sebagaimana kebiasaan mereka pada saat itu.
Tatkala sadar dari mabuknya, ayah
Khadijah mendapati dirinya mengenakan wewangian dan perhiasan. Ia bertanya
keheranan, “Mengapa aku? Apa ini?” Khadijah berkata kepada ayahnya, “Engkau
telah menikahkanku dengan Muhammad bin ‘Abdillah.” Ayahnya pun berang, “Apakah
aku akan menikahkanmu dengan anak yatim Abu Thalib? Tidak, demi umurku!”
Khadijah menjawab, “Apakah engkau tidak malu, engkau ingin menampakkan
kebodohanmu di hadapan orang-orang Quraisy dengan menyatakan kepada mereka
bahwa engkau saat itu menikahkanku dalam keadaan mabuk?” Tak henti-henti
Khadijah berucap demikian hingga ayahnya ridha.
Wanita jelita itu, Khadijah
radhiyallahu‘anha, mendapati kembali belahan hatinya dalam usia empat puluh
tahun. Tergurat peristiwa ini dalam sejarah lima belas tahun sebelum Muhammad
Shallallahu `alaihi Wasalam diangkat sebagai nabi.
Allah Subhanahu wa Ta`ala telah
menentukan Khadijah radhiyallahu`anha mendampingi seorang nabi. Awal mula wahyu
turun kepada Rasulullah Shallallahu `alaihi Wasalam berupa mimpi yang baik yang
datang dengan jelas seperti munculnya cahaya subuh. Kemudian Allah jadikan
beliau Shallallahu `alaihi Wasalam gemar menyendiri di gua Hira’, ber-tahannuts
beberapa malam di sana. Lalu biasanya beliau kembali sejenak kepada keluarganya
untuk menyiapkan bekal. Demikian yang terus berlangsung, hingga datanglah
al-haq, dibawa oleh seorang malaikat.
Peristiwa ini sangat mengguncang
hati Rasulullah Shallallahu `alaihi Wasalam. Bergegas-gegas beliau kembali
menemui Khadijah radhiyallahu`anha dalam keadaan takut dan berkata, “Selimuti
aku, selimuti aku!” Diselimutilah Rasulullah Shallallahu `alaihi Wasalam hingga
beliau merasa tenang dan hilang rasa takutnya. Kemudian mulailah beliau
mengisahkan apa yang terjadi pada dirinya. Beliau mengatakan kepada Khadijah,
“Aku khawatir terjadi sesuatu pada diriku.”
Mengalirlah tutur kata penuh
kebaikan dari lisan Khadijah radhiyallahu`anha, membiaskan ketenangan dalam
dada suaminya, “Tidak, demi Allah. Allah tidak akan merendahkanmu
selama-lamanya. Sesungguhnya engkau adalah seorang yang suka menyambung
kekerabatan, menanggung beban orang yang kesusahan, memberi harta pada orang
yang tidak memiliki, menjamu tamu dan membantu orang yang membela kebenaran.”
Lalu Khadijah radhiyallahu`anha
membawa suaminya menemui Waraqah bin Naufal bin Asad bin ‘Abdil ‘Uzza, anak
paman Khadijah radhiyallahu`anha, seorang yang beragama Nashrani pada masa itu
dan telah menulis al-Kitab dalam bahasa Ibrani. Dia adalah seorang laki-laki
yang lanjut usia dan telah buta. Khadijah radhiyallahu`anha berkata padanya,
“Wahai anak pamanku, dengarkanlah penuturan anak saudaramu ini.” Waraqah pun
bertanya, “Wahai anak saudaraku, apa yang engkau lihat?”
Rasulullah Shallallahu `alaihi
Wasalam menuturkan pada Waraqah apa yang beliau lihat. Setelah itu, Waraqah
mengatakan, “Itu adalah Namus yang Allah turunkan kepada Musa. Aduhai kiranya
aku masih muda pada saat itu! Aduhai kiranya aku masih hidup ketika kaummu
mengusirmu!” Mendengar itu, Rasulullah Shallallahu `alaihi Wasalam bertanya,
“Apakah mereka akan mengusirku?” Waraqah menjawab, “Ya. Tidak ada seorang pun
yang membawa seperti yang engkau bawa kecuali pasti dimusuhi. Kalau aku menemui
masa itu, sungguh-sungguh aku akan menolongmu.” Namun tak lama kemudian,
Waraqah meninggal.
Inilah kiprah pertama Khadijah bintu
Khuwailid radhiyallahu`anha semenjak masa nubuwah. Dia pulalah orang pertama
yang shalat bersama Rasulullah Shallallahu `alaihi Wasalam dan ‘Ali bin Abi
Thalib radhiyallahu`anha. Terus mengalir dukungan dan pertolongan Khadijah
radhiyallahu`anha kepada Rasulullah Shallallahu `alaihi Wasalam dalam
menghadapi kaumnya. Setiap kali beliau mendengar sesuatu yang tidak beliau
sukai dari kaumnya, beliau menjumpai Khadijah radhiyallahu`anha. Lalu Khadijah
pun menguatkan hati beliau, meringankan beban yang beliau rasakan dari manusia.
Tak hanya itu kebaikan Khadijah
radhiyallahu`anha. Dia berikan apa yang dimiliki kepada suami yang dicintainya.
Bahkan ketika Rasulullah Shallallahu `alaihi Wasalam menampakkan rasa senangnya
pada Zaid bin Haritsah, budak yang berada di bawah kepemilikannya, Khadijah pun
menghibahkan budak itu kepada suaminya. Inilah yang mengantarkan Zaid
memperoleh kemuliaan menjadi salah satu orang yang terdahulu beriman.
Dialah Khadijah bintu Khuwailid
radhiyallahu`anha. Kemuliaan itu telah diraihnya semenjak ia masih ada di muka
dunia. Tatkala Jibril `Alaihis Salam datang kepada Rasulullah Shallallahu
`alaihi Wasalam dan mengatakan, “Wahai Rasulullah, ini dia Khadijah. Dia akan
datang membawa bejana berisi makanan atau minuman. Bila ia datang padamu,
sampaikanlah salam padanya dari Rabbnya dan dariku, dan sampaikan pula kabar
gembira tentang rumah di dalam surga dari mutiara yang berlubang, yang tak ada
keributan di dalamnya, dan tidak pula keletihan.”
Tiba pungkasnya masa Khadijah radhiyallahu`anha
mendampingi suaminya yang mulia. Khadijah radhiyallahu`anha kembali kepada
Rabbnya `Azza wa Jalla, tak lama berselang setelah meninggalnya Abu Thalib,
paman Rasulullah Shallallahu `alaihi Wasalam. Tahun itu menjadi tahun berduka
bagi Rasulullah Shallallahu `alaihi Wasalam. Kaum musyrikin pun semakin berani
mengganggu beliau sampai akhirnya Allah perintahkan beliau untuk meninggalkan
Makkah menuju negeri hijrah, Madinah, tiga tahun setelah itu.
Khadijah bintu Khuwailid
radhiyallahu`anha. Kemuliaannya, kebaikannya dan kesetiaannya senantiasa
dikenang oleh Rasulullah Shallallahu `alaihi Wasalam hingga merebaklah
kecemburuan ‘Aisyah radhiyallahu`anha, “Bukankah dia itu hanya seorang wanita
tua yang Allah telah mengganti bagimu dengan yang lebih baik darinya?”
Perkataan itu membuat Rasulullah Shallallahu `alaihi Wasalam marah, “Tidak,
demi Allah. Tidaklah Allah mengganti dengan seseorang yang lebih baik darinya.
Dia beriman ketika manusia mengkufuriku, dia membenarkan aku ketika manusia
mendustakanku, dia memberikan hartanya padaku saat manusia menahan hartanya
dariku, dan Allah memberikan aku anak darinya yang tidak diberikan dari
selainnya.”
Khadijah bintu Khuwailid
radhiyallahu`anha. Kemuliaan itu telah dijanjikan melalui lisan mulia
Rasulullah Shallallahu `alaihi Wasalam, “Wanita ahli surga yang paling utama
adalah Khadijah bintu Khuwailid, Fathimah bintu Muhammad Shallallahu `alaihi
Wasalam, Maryam bintu ‘Imran, dan Asiyah bintu Muzahim istri Fir’aun.” Semoga
Allah meridhainya.
Wallahu ta`ala a’lamu bish-shawab.
Wallahu ta`ala a’lamu bish-shawab.
(Hadiah untuk putriku tersayang,
Khadijah bintu Abi Ishaq, untuk suamiku tercinta dan untuk istri-istri suamiku
yang mulia)
(Disusun oleh Ummu ‘Abdirrahman
Anisah bintu ‘Imran)
DAFTAR PUSTAKA:
Al-Ishabah, Al-Imam Ibnu Hajar Al-‘Asqalani
Mukhtashar Sirah ar-Rasul, Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab
Shahih Al-Bukhari, Al-Imam Al-Bukhari
Shahih As-Sirah An-Nabawiyah, Asy-Syaikh Ibrahim Al-‘Aly
Siyar A’lamin Nubala’, Al-Imam Adz-Dzahabi
Al-Ishabah, Al-Imam Ibnu Hajar Al-‘Asqalani
Mukhtashar Sirah ar-Rasul, Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab
Shahih Al-Bukhari, Al-Imam Al-Bukhari
Shahih As-Sirah An-Nabawiyah, Asy-Syaikh Ibrahim Al-‘Aly
Siyar A’lamin Nubala’, Al-Imam Adz-Dzahabi
http://www.asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar