Saudaraku kaum muslimin, semoga Allah memberikan hidayah kepada kita semua….
Segala puji bagi Allah
yang telah menurunkan AlQur'an dan mengutus Rasul-Nya sebagai pemberi petunjuk
ke jalan yang lurus. Sesungguhnya Nabi Muhammad shollallaahu 'alaihi
wasallam benar-benar telah mewariskan ilmu Dien yang jelas, terang
benderang, sebagai pedoman bagi kita. Beliau bersabda :
قَدْ تَرَكْتُكُمْ عَلَى الْبَيْضَاءِ لَيْلِهَا كَنَهَارِهَا لَا
يَزِيغُ عَنْهَا بَعْدِي إِلَّا هَالِكٌ
" Sungguh telah aku tinggalkan kalian di atas (cahaya) yang putih, malamnya bagaikan siangnya, tidaklah ada yang menyimpang darinya sepeninggalku, kecuali ia akan binasa" (H.R Ahmad, Ibnu Majah, dan al-Haakim).
Semoga Allah
senantiasa melimpahkan sholawat dan salam-Nya untuk beliau yang telah
membimbing kita dengan kasih sayang dan semangat beliau yang tinggi agar
hidayah dan segenap kebaikan sampai kepada kita. Beliau adalah sebagaimana yang
Allah nyatakan :
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا
عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
"Sungguh telah
datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya
penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat
belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin" (Q.S
AtTaubah:128).
Alhamdulillah,
sepeninggal para Nabi, Allah bangkitkan para Ulama' sebagai pewarisnya. Para
Ulama' tersebut menyebarkan ilmunya, membimbing umat untuk mengetahui mana yang
haq dan mana yang batil, agar tidak tersamarkan.
Melalui tinta-tinta
yang menggoreskan ilmu mereka, umat setelahnya menjadi terbimbing dalam
melangkah dan meniti jalan menuju shirothol mustaqiim..
Namun, sebagai suatu sunnatullah,
akan selalu ada para penentang Tauhid dan Sunnah, serta penyebar kebencian
terhadap para Ulama' Ahlussunnah. Dalam berbagai media, mereka berusaha
menjauhkan kaum muslimin dari Ulama' Ahlussunnah yang sesungguhnya.
Mereka berusaha mendiskreditkan para Ulama', memfitnah mereka, dan tidak
segan-segan menukilkan kisah-kisah dusta dan tidak berdasar untuk mencapai
tujuan tersebut.
Saat ini, telah mulai tumbuh situs-situs maupun blog di internet yang memusuhi Ulama' Ahlussunnah dan memusuhi dakwah kepada Tauhid dan Sunnah Nabi di atas pemahaman Salafus Sholeh. Semoga Allah memberikan hidayah kepada para pengelola maupun penulis di situs-situs tersebut agar kembali ke jalan yang lurus.
Saat ini, telah mulai tumbuh situs-situs maupun blog di internet yang memusuhi Ulama' Ahlussunnah dan memusuhi dakwah kepada Tauhid dan Sunnah Nabi di atas pemahaman Salafus Sholeh. Semoga Allah memberikan hidayah kepada para pengelola maupun penulis di situs-situs tersebut agar kembali ke jalan yang lurus.
Secara bertahap,
InsyaAllah akan dituliskan bantahan terhadap tulisan-tulisan penentang Sunnah
tersebut. Semoga Allah memberikan kemudahan. Ada banyak situs/ blog yang
menyimpang dari Manhajus Salaf Ahlussunnah. Di antaranya, yang akan
sedikit dikupas pada tulisan kali ini adalah blog : ### tobat. Semoga
Allah Subhaanahu Wa Ta'ala memberikan kemudahan untuk terbitnya
tulisan-tulisan bantahan bagi situs-situs sejenis (baik merupakan tulisan
penulis yang sama, ataupun dari sebagian asatidzah Ahlussunnah yang
lain). Hanya kepada Allah-lah kita berharap dan memohon pertolongan.
Bantahan terhadap blog ### tobat.
Blog ### tobat adalah
salah satu blog yang menyimpang dan merupakan penentang Sunnah. Bisa mudah
ditemui di beberapa tulisan dalam blog itu hadits-hadits yang lemah atau bahkan
palsu (maudlu'), serta penentangan terhadap hadits yang shohih dengan
alasan bahwa itu adalah hadits ahad. Untuk tulisan kali ini akan diangkat 4
poin utama yang menunjukkan penyimpangan aqidah di blog tersebut :
1) Keyakinan Bahwa Nur
Muhammad adalah Makhluq Pertama
Pada artikel di blog
tersebut dengan judul : Nur
Muhammad Menurut Al-qur’an & Hadits
Pada bagian tersebut
dinyatakan suatu kalimat yang dianggap sebagai hadits :
Daripada Ka’ab al-Ahbar: " Tatkala Allah ta’ala berkehendak untuk menciptakan Nabi Muhammad s.a.w., Dia memerintahkan Jibril a.s. untuk membawakan segenggam tanah putih yang merupakan tanah tempat Junjungan Nabi s.a.w. dimakamkan nanti. Maka diulilah tanah tersebut dengan air Tasniim (air syurga) lalu dicelupkan ke dalam sungai-sungai syurga. Setelah itu, dibawakan dia berkeliling ke serata langit dan bumi. Para malaikat pun mengenali Junjungan Nabi s.a.w. dan keutamaan baginda sebelum mereka mengenali Nabi Adam a.s. Ketika nur Junjungan Nabi s.a.w. kelihatan di kening dahi Nabi Adam a.s., dikatakan kepadanya: "Wahai Adam, inilah sayyid (penghulu) keturunanmu daripada para anbiya’ dan mursalin.
Tatkala Siti Hawa mengandungkan Nabi Syits berpindahlah Nur Muhammad tersebut kepada Siti Hawa. Siti Hawa yang biasanya melahirkan anak kembar setiap kali hamil, tetapi pada hamilnya ini dia hanya melahirkan seorang anak sahaja iaitu Nabi Syits kerana kemuliaan Junjungan Nabi s.a.w. Maka sentiasalah berpindah-pindah Nur Muhammad daripada seorang yang suci kepada orang suci yang lain sehinggalah baginda dilahirkan.
Daripada Ka’ab al-Ahbar: " Tatkala Allah ta’ala berkehendak untuk menciptakan Nabi Muhammad s.a.w., Dia memerintahkan Jibril a.s. untuk membawakan segenggam tanah putih yang merupakan tanah tempat Junjungan Nabi s.a.w. dimakamkan nanti. Maka diulilah tanah tersebut dengan air Tasniim (air syurga) lalu dicelupkan ke dalam sungai-sungai syurga. Setelah itu, dibawakan dia berkeliling ke serata langit dan bumi. Para malaikat pun mengenali Junjungan Nabi s.a.w. dan keutamaan baginda sebelum mereka mengenali Nabi Adam a.s. Ketika nur Junjungan Nabi s.a.w. kelihatan di kening dahi Nabi Adam a.s., dikatakan kepadanya: "Wahai Adam, inilah sayyid (penghulu) keturunanmu daripada para anbiya’ dan mursalin.
Tatkala Siti Hawa mengandungkan Nabi Syits berpindahlah Nur Muhammad tersebut kepada Siti Hawa. Siti Hawa yang biasanya melahirkan anak kembar setiap kali hamil, tetapi pada hamilnya ini dia hanya melahirkan seorang anak sahaja iaitu Nabi Syits kerana kemuliaan Junjungan Nabi s.a.w. Maka sentiasalah berpindah-pindah Nur Muhammad daripada seorang yang suci kepada orang suci yang lain sehinggalah baginda dilahirkan.
Sekilas penulis
mengesankan hadits itu adalah shahih, namun tidak dijelaskan diriwayatkan dalam
kitab apa dengan sanad yang bagaimana. Setelah kita kaji lagi, sebenarnya
hadits itu adalah maudlu'' (palsu), tidak ada asalnya.Sebagaimana dijelaskan
oleh Imam as-Suyuthy ( seorang 'alim yang sebenarnya dijadikan panutan oleh
mereka juga) dalam kitab al-Haawi fil Fatwa juz 1 hal 325 : ' Hadits
tersebut tidak memiliki sanad yang bisa dijadikan sandaran' . Di dalam kitab
Kasyful Khofa'' hanya diisyaratkan bahwa hadits tersebut diriwayatkan oleh
Abdurrozzaq, namun jika ditelusuri, hadits tersebut tidak ditemukan dalam
kitab-kitab yang disusun Abdurrozzaq, baik di dalam kitab Mushonnaf-nya,
al-Jaami', atau Tafsir.
Justru hadits tersebut
bertentangan dengan hadits shohih yang lainnya yang menunjukkan bahwa yang
diciptakan Allah pertama kali adalah al-Qolam (pena) bukan Nur Muhammad,
sebagaimana disebutkan dalam hadits :
إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللَّهُ الْقَلَمَ فَقَالَ لَهُ اكْتُبْ
قَالَ رَبِّ وَمَاذَا أَكْتُبُ قَالَ اكْتُبْ مَقَادِيرَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى
تَقُومَ السَّاعَةُ
" Sesungguhnya
yang pertama Allah ciptakan adalah pena. Kemudian Allah berfirman padanya : 'Tulislah!'
Pena bertanya : 'Apa yang aku tulis wahai Tuhanku?'. Allah menyatakan :
Tulislah taqdir segala sesuatu sampai hari kiamat " (H.R Abu Dawud,
atTirmidzi, dan Ahmad dari Ubadah bin As-Shoomit).
Sesungguhnya yang
tercipta dari 'nur' (cahaya) adalah Malaikat, bukan manusia. Sebagaimana
disebutkan dalam hadits :
خُلِقَتْ الْمَلَائِكَةُ مِنْ نُورٍ وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ
مَارِجٍ مِنْ نَارٍ وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ
" Malaikat
diciptakan dari nuur (cahaya) dan Jin diciptakan dari nyala api dan Adam
diciptakan dari apa yang disifatkan pada kalian "(H.R Muslim dari
'Aisyah).
2) Tidak Boleh
Menanyakan : Di Mana Allah ?
Pada artikel di blog
tersebut dengan judul : Kitab al-Farq baina
al-Firaq (Abu Manshur Al-baghdadi) : Allah Ada Tanpa Tempat
Pada bagian ini
dinukilkan atsar yang dianggap bersumber dari Sahabat Ali bin Abi Tholib :
Sayyidina Ali -semoga Allah meridlainya- juga mengatakan yang maknanya: "Sesungguhnya yang menciptakan ayna (tempat) tidak boleh dikatakan bagi-Nya di mana (pertanyaan tentang tempat), dan yang menciptakan kayfa (sifat-sifat makhluk) tidak boleh dikatakan bagi-Nya bagaimana" (diriwayatkan oleh Abu al Muzhaffar al Asfarayini dalam kitabnya at-Tabshir fi ad-Din, hal. 98)
Cukuplah hal tersebut bertentangan dengan hadits Nabi yang shohih, yang justru Nabi sendiri bertanya " Di mana Allah ? " sebagai bentuk ujian keimanan seorang budak wanita" :
Sayyidina Ali -semoga Allah meridlainya- juga mengatakan yang maknanya: "Sesungguhnya yang menciptakan ayna (tempat) tidak boleh dikatakan bagi-Nya di mana (pertanyaan tentang tempat), dan yang menciptakan kayfa (sifat-sifat makhluk) tidak boleh dikatakan bagi-Nya bagaimana" (diriwayatkan oleh Abu al Muzhaffar al Asfarayini dalam kitabnya at-Tabshir fi ad-Din, hal. 98)
Cukuplah hal tersebut bertentangan dengan hadits Nabi yang shohih, yang justru Nabi sendiri bertanya " Di mana Allah ? " sebagai bentuk ujian keimanan seorang budak wanita" :
عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ اْلحَكَمِ أَنَّهُ لَمَّا جَاءَ بِتِلْكَ
اْلجَارِيَةِ السَّوْدَاءَ قاَلَ لَهَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَيْنَ اللهُ قَالَتْ فِي السَّمَاءِ قَالَ مَنْ أَنَا قَالَتْ أَنْتَ
رَسُوْلُ اللهِ قَالَ أَعْتِقْهَا فَإِنَّهَا مُؤْمِنَةٌ
"Dari Mu’awiyah
bin al-Hakam bahwasanya dia mendatangi Rasulullah dengan membawa seorang budak
wanita hitam. Kemudian Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam bertanya pada
budak wanita tersebut:’ Di mana Allah?’ Budak itu menjawab,’Di atas langit’ .
Rasul bertanya lagi,’Siapakah aku?’ Budak itu menjawab,’Engkau adalah utusan
Allah’. Maka Rasul berkata:’Merdekakanlah ia karena ia adalah mukminah (wanita
beriman)’ (H.R Ahmad, Muslim, Abu Dawud, AnNasaai, Malik, dan AsySyafi’i)
3) Keyakinan bahwa Ayah dan Ibu Nabi Muhammad masuk surga
Pada artikel di blog
tersebut dengan judul : Ayah dan Ibu Nabi
Muhammad SAW Masuk Sorga
Panjang lebar penulis blog tersebut menjelaskan bahwa ayah dan
ibunda Nabi masuk surga. Padahal itu bertentangan dengan hadits yang shahih :
عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَجُلًا قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيْنَ أَبِي
قَالَ فِي النَّارِ فَلَمَّا قَفَّى دَعَاهُ فَقَالَ إِنَّ أَبِي وَأَبَاكَ فِي
النَّارِ
" dari Anas bin Malik bahwasanya seorang laki-laki berkata
: Wahai Rasulullah di mana ayahku ? Nabi bersabda : ' di neraka' . Ketika orang
tersebut berpaling, Nabi memanggilnya lagi dan bersabda : 'Sesungguhnya
ayahku dan ayahmu di an-naar (neraka) (H.R Muslim).
Penulis blog tersebut berusaha mati-matian menolak hadits ini
dengan alasan bahwa hadits ini adalah ahad. Subhaanallah, dia menolak
hadits yang shohih dengan alasan hanya hadits ahad, karena bertentangan dengan
hawa nafsunya, namun di saat lain ia berdalil dengan hadits yang bukan sekedar
ahad, namun justru tidak memiliki sanad yang jelas (seperti pada poin ke-1 di
atas dan akan dikemukakan pada poin ke-4, Insya Allah). Padahal, keyakinan
Ahlusunnah adalah hadits shohih bisa digunakan sebagai hujjah dalam masalah
hukum maupun akidah. (Untuk melihat penjelasan lebih lanjut tentang ini bisa
dilihat pada blog albashirah.wordpress.com pada tulisan : Hadits Ahad Hujjah
dalam Masalah Aqidah dan Hukum bag ke-1 sampai ke-4).
Imam AnNawawi menjelaskan dalam Syarh Shohih Muslim tentang hadits di atas :
(dalam hadits ini terkandung faidah) : " Bahwasanya barangsiapa yang meninggal dalam keadaan kafir, maka dia masuk anNaar, dan tidaklah bermanfaat baginya kedekatan hubungan kekeluargaan dengan orang-orang yang dekat (dengan Allah). Di dalamnya juga terkandung faidah bahwa orang yang meninggal dalam masa fatrah, yang berada di atas kebiasaan orang Arab berupa penyembahan berhala, maka dia termasuk penghuni annaar. Dan tidaklah dianggap bahwa dakwah belum sampai pada mereka, karena sesungguhnya telah sampai pada mereka dakwah Nabi Ibrahim, dan Nabi yang lainnya -semoga sholawat dan keselamatan dari Allah tercurah untuk mereka
Imam AnNawawi menjelaskan dalam Syarh Shohih Muslim tentang hadits di atas :
(dalam hadits ini terkandung faidah) : " Bahwasanya barangsiapa yang meninggal dalam keadaan kafir, maka dia masuk anNaar, dan tidaklah bermanfaat baginya kedekatan hubungan kekeluargaan dengan orang-orang yang dekat (dengan Allah). Di dalamnya juga terkandung faidah bahwa orang yang meninggal dalam masa fatrah, yang berada di atas kebiasaan orang Arab berupa penyembahan berhala, maka dia termasuk penghuni annaar. Dan tidaklah dianggap bahwa dakwah belum sampai pada mereka, karena sesungguhnya telah sampai pada mereka dakwah Nabi Ibrahim, dan Nabi yang lainnya -semoga sholawat dan keselamatan dari Allah tercurah untuk mereka
Sedangkan berkaitan dengan ibunda Nabi, terdapat penjelasan
dalam hadits yang shohih, Nabi bersabda :
اسْتَأْذَنْتُ رَبِّي أَنْ أَسْتَغْفِرَ لِأُمِّي فَلَمْ يَأْذَنْ
لِي وَاسْتَأْذَنْتُهُ أَنْ أَزُورَ قَبْرَهَا فَأَذِنَ لِي
"Aku memohon ijin
kepada Tuhanku untuk memohon ampunan bagi ibuku, tetapi tidaklah diijinkan
untukku, dan aku mohon ijin untuk berziarah ke kuburannya, dan
diijinkan"(H.R Muslim dari Abu Hurairah)
dalam riwayat Ahmad :
إِنِّي سَأَلْتُ رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ فِي الِاسْتِغْفَارِ
لِأُمِّي فَلَمْ يَأْذَنْ لِي فَدَمَعَتْ عَيْنَايَ رَحْمَةً لَهَا مِنْ النَّارِ
"Sesungguhnya aku
meminta kepada Tuhanku 'Azza Wa Jalla untuk memohon ampunan bagi ibuku, namun
tidak diijinkan, maka akupun menangis sebagai bentuk belas kasihan baginya dari
adzab anNaar" (hadits riwayat Ahmad dari Buraidah, al-Haitsamy menyatakan
bahwa rijaal hadits ini adalah rijaalus shohiih).
Dalam riwayat lain :
عَنْ أبِي رَزِينٍ، قَالَ: قُلْتَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيْنَ
أُمِّي؟، قَالَ:"أُمُّكَ فِي النَّارِ"، قَالَ: فَأَيْنَ مَنْ مَضَى
مِنْ أَهْلِكَ؟، قَالَ:"أَمَا تَرْضَى أَنْ تَكُونَ أُمُّكَ مَعَ أُمِّي
" dari Abu Roziin
beliau berkata : Aku berkata : Wahai Rasulullah, di mana ibuku? Nabi menjawab :
'Ibumu di an-Naar'. Ia berkata : Maka di mana ornag-orang terdahulu dari
keluargamu? Nabi bersabda : Tidakkah engkau ridla bahwa ibumu bersama
ibuku" (H.R Ahmad dan atThobarony, dan al-Haitsamy menyatakan bahwa
perawi-perawi hadits ini terpercaya (tsiqoot)).
Nabi tidak diijinkan
untuk memohon ampunan bagi ibunya, disebabkan alasan yang disebutkan dalam
AlQur'an :
مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آَمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا
لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ
أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ
"Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman
memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang
musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya
orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam" (Q.S atTaubah
:113).
Maka saudaraku kaum
muslimin, telah jelas khabar dari hadits-hadits Nabi yang shohih bahwa
sebenarnya ayah dan ibunda Nabi di an-Naar. Kita sebagai orang
yang beriman merasa sedih dengan hal-hal yang membuat Nabi bersedih. Bukankah
Nabi menangis sedih ketika beliau memintakan ampunan bagi ibundanya, namun
Allah tidak ijinkan. Akan tetapi, dalil-dalil yang shohih di atas memberikan
pelajaran penting bagi kita, bahwa kedekatan kekerabatan dengan orang Sholih,
bahkan seorang Nabi, tidak menjamin seseorang untuk ikut-ikutan masuk surga.
Sebagaimana hal ini dijelaskan oleh Imam AnNawawi di atas. Sebagaimana juga
Nabi mewasiatkan kepada keluarga-keluarga dekatnya :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ لَمَّا أُنْزِلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ {
وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ } دَعَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُرَيْشًا فَاجْتَمَعُوا فَعَمَّ وَخَصَّ فَقَالَ يَا بَنِي
كَعْبِ بْنِ لُؤَيٍّ أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنْ النَّارِ يَا بَنِي مُرَّةَ بنِ
كَعْبٍ أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنْ النَّارِ يَا بَنِي عَبْدِ شَمْسٍ أَنْقِذُوا
أَنْفُسَكُمْ مِنْ النَّارِ يَا بَنِي عَبْدِ مَنَافٍ أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ
مِنْ النَّارِ يَا بَنِي هَاشِمٍ أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنْ النَّارِ يَا بَنِي
عَبْدِ الْمُطَّلِبِ أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنْ النَّارِ يَا فَاطِمَةُ
أَنْقِذِي نَفْسَكِ مِنْ النَّارِ فَإِنِّي لَا أَمْلِكُ لَكُمْ مِنْ اللَّهِ
شَيْئًا غَيْرَ أَنَّ لَكُمْ رَحِمًا سَأَبُلُّهَا بِبَلَالِهَا
" Dari Abu
Hurairah beliau berkata : Ketika turun firman Allah –QS Asy-Syuaroo':213-(yang artinya) : 'Dan
berikanlah peringatan kepada kerabat dekatmu', Nabi memanggil orang-orang
Quraisy sehingga mereka berkumpul –secara umum dan khusus-Nabi bersabda : 'Wahai
Bani Ka'ab bin Lu-ay, selamatkan diri kalian dari anNaar, wahai Bani Murroh bin
Ka'ab selamatkan diri kalian dari anNaar, wahai Bani Abdi Syams selamatkan diri
kalian dari anNaar, wahai Bani Abdi Manaaf selamatkan diri kalian dari anNaar,
wahai Bani Hasyim selamatkan diri kalian dari anNaar, wahai Bani Abdil
Muththolib selamatkan diri kalian dari anNaar, wahai Fathimah selamatkan dirimu
dari anNaar, sesungguhnya aku tidak memiliki kekuasaan melindungi kalian dari
(adzab) Allah sedikitpun, hanyalah saja kalian memiliki hubungan rahim denganku
yang akan aku sambung (dalam bentuk silaturrahmi)(H.R Muslim)
Hanya kepada Allahlah
kita berharap Jannah-Nya dan hanya kepadaNya kita memohon perlindungan
dari an-Naar.
4) Keyakinan adanya
Ilmu Ladunni
Pada artikel di blog
tersebut dengan judul : Cara Mendapatkan Ilmu
Laduni Menurut Alqur’an dan Sunnah
Pada bagian ini disebutkan : Ilmu ini adalah karunia khusus dari
Allah swt.
"man ‘amila bimaa ‘alima waratshullahu ‘ilma maa lam
ya’lam"
Artinya : Nabi SAW bersabda :" BARANGSIAPA YANG MENGAMALKAN
ILMU YANG IA KETAHUI MAKA ALLAH AKAN MEMBERIKAN KEPADANYA ILMU YANG BELUM IA
KETAHUI"
Dengan tegas penulis blog tersebut menyatakan : 'Nabi SAW
bersabda ', padahal jika dikaji lebih lanjut ucapan tersebut bukanlah
hadits Nabi sebagaimana dijelaskan oleh Imam Ahmad dan dinukil oleh Abu Nu'aim
dalam kitabnya Hilyatul Awliyaa' juz 10 hal 15.
Demikianlah secara
ringkas pada bagian tulisan ini kami tunjukkan beberapa
penyimpangan-penyimpangan pada blog ### tobat. Semoga Allah senantiasa
memberikan hidayahNya kepada kita semua….
Ditulis oleh Abu
Utsman Kharisman untuk situs www.darussalaf.or.id.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar