Para
pembaca kajian islam yang semoga Allah curahkan rahmat-Nya kepada
kita semua. Pernahkah anda mendengar istilah “ngalap berkah” alias
meminta-minta di kuburan? Atau “ritual sesajian” untuk menolak bala,
Atau melihat fenomena mendatangi “orang pintar” untuk lancarnya
rezeki. Atau melihat jimat-jimat yang dipasang untuk menjaga rumah.
Anehnya
semakin hari malah semakin banyak orang melakukannya. Tanpa menyadari
bahwa hal-hal demikian ternyata bisa merusak bahkan menghapus habis
amal-amal kebaikannya. Allah Subhanahu wata’ala berfirman :
وَلَقَدْ
أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ
لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Jika kamu menyekutukan Allah. Niscaya akan terhapuslah seluruh amalanmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi." (QS. Az-Zumar :65)
Wal
iyyadzubillah, bila kita sudah capek-capek beramal, ternyata tidak
diterima Allah Subhanahu wata’ala, lantaran satu kesyirikan. Ibarat
panas setahun dihapus oleh hujan sehari.
Oleh karena itu
pembaca Rahimahullah, mempelajari masalah tauhid dan lawannya yaitu
syirik adalah perkara yang amat penting bagi setiap muslim. Amalan
apapun yang dilakukan oleh seorang hamba, baik shalat, puasa, zakat, dan
lainnya. Tidak akan diterima oleh Allah Subhanahu wata’ala tanpa
landasan tauhid.
Karena ketahuilah, suatu ibadah tidaklah
dinamakan ibadah kecuali jika didasari oleh pondasi tauhid. Sebagaimana
shalat, tidaklah dinamakan shalat yang sah kecuali didahului bersuci /
thaharah.
Sehingga jika suatu ibadah sudah dicampuri
kesyirikan, maka ibadah tersebut akan rusak. Sebagaimana seseorang yang
thaharahnya bisa batal karena berhadas.
Tauhid adalah
kewajiban terbesar yang Allah perintahkan kepada manusia. Sedangkan
kesyirikan adalah larangan terbesar yang Allah larang kepada manusia.
Allah Subhanahu wata’ala berfirman :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلإِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُونِ
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku”. (QS. Ad-Dzariyat : 56).
Makna
dari “beribadah kepada Ku” ditafsirkan oleh shahabat ahli tafsir, Ibnu
Abbas Radhiyallahu ‘anhu yaitu : “Mentauhidkan Ku”. Allah Subhanahu
wata’ala berfirman :
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا
“Dan beribadahlah kepada Allah dan janganlah mempersekutukanNya dengan sesuatu apapun.” (QS. An-Nisaa: 36)
Berikut ini akan kami ketengahkan sedikit pembahasan tentang masalah tauhid semoga bisa memberi manfaat kepada kita semua.
DEFENISI TAUHID
Tauhid
artinya menjadikan sesuatu itu satu. Sehingga makna dari mentauhidkan
Allah adalah menjadikan peribadahan hanya ditujukan kepada Allah
Subhanahu wata’ala.
Baik berupa ibadah yang tampak
seperti shalat, do’a, puasa, maupun ibadah yang tersembunyi, seperti
berharap, takut, cinta, atau ibadah lisan seperti zikir, membaca
Al-Qur’an dan lainnya.
Maka semua jenis ibadah tersebut
harus ditujukan kepada Allah Subhanahu wata’ala. Tidak boleh ditujukan
kepada sekutu-sekutu selain Allah Subhanahu wata’ala. Baik itu berupa
orang saleh, malaikat ataupun Rasul.
Kenapa? Karena Dia-lah
dzat satu-satunya yang telah melimpahkan karunia yang sangat banyak
kepada kita, menciptakan langit dan bumi, menurunkan hujan, mengatur
alam semesta. Allah Subhanahu wata’ala telah menciptakan kita yang mana
sebelumnya kita sesuatu yang bisa disebut.
Allah Subhanahu
wata’ala telah melimpahkan sekian kenikmatan sejak kita masih berada
dalam perut ibu. Melewati proses kehidupan dalam tiga kegelapan. Yang
mana pada fase ini, tidak ada seorangpun yang bisa menyampaikan makanan
serta menjaga kehidupan kita melainkan Allah Subhanahu wata’ala.
Tatkala
kita dilahirkan kedunia, Allah Subhanahu wata’ala telah menetapkan bagi
kita kedua orang tua yang mendidik dan mengasuh sampai dewasa dengan
penuh kasih sayang.
Demikianlah seterusnya seorang manusia
selalu diliputi nikmat kebaikan dan kasih sayang-Nya. Yang seandainya
Allah Subhanahu wata’ala mencabut nikmat-Nya dan keutamaan-Nya walaupun
hanya sekejap maka dia akan binasa.
Demikian pula jika Allah
Subhanahu wata’ala menahan kasih sayang dan keutamaan-Nya dari manusia
walau sedetik, niscaya mereka tidak akan bisa hidup didunia
Sehingga
dengan kasih sayang dan keutamaan yang sedemikian banyak tersebut
menuntut kita untuk memberikan hak Allah yang paling besar, yaitu
beribadah hanya kepada Allah Subhanahu wata’ala dan tidak
menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.
Dalam hadis yang mulia dari shahabat Muadz bin Jabal beliau berkata :
وعن
معاذ بن جبل (رضي الله عنه) ، قال: " كنت رديف النبي صلى الله عليه وسلم
على حمار، فقال لي: يا معاذ! أ تَدْرِي مَا حَقُّ اللهِ عَلَى الْعِبَادِ؟
وَمَا حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللهِ؟» قَالَ: قُلْتُ: اللهُ وَرَسُولُهُ
أَعْلَمُ، قَالَ: «فَإِنَّ حَقَّ اللهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوا
اللهَ، وَلَا يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا، وَحَقَّ الْعِبَادِ عَلَى اللهِ
عَزَّ وَجَلَّ أَنْ لَا يُعَذِّبَ مَنْ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا» ،
قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَفَلَا أُبَشِّرُ النَّاسَ، قَالَ:
«لَا تُبَشِّرْهُمْ فَيَتَّكِلُوا»
“ Aku membonceng
nabi diatas keledai, lalu nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam berkata
kepadaku, “Wahai muadz tahukah kamu apa hak Allah atas hamba-hambaNya,
dan apa hak hamba-hambaNya atas Allah?. Maka akupun berkata : ”Allah dan
RasulNya yang lebih mengetahui.” Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam
berkata : “Hak Allah atas hamba-hambaNya agar beribadah hanya kepada
Allah Subhanahu wata’ala dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu
apapun, dan hak hamba atas Allah adalah, Allah Subhanahu wata’ala tidak
akan mengazab siapa yang tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.”
Maka akupun berkata, : “Wahai Rasulullah bolehkah aku kabarkan hal ini
kepada manusia?” Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : “Jangan
engkau kabarkan karena ini akan membuat mereka bersandar (tidak
beramal). (HR. Al Bukhari Kitabul li bas, bab Irdaafur rajuli
khalfat rajuli 24/4 dan Muslim Kitabul Iman bab Ad dalil ‘Ala an man
Mata ‘ala tauhid Dakhala Al Jannah. 58/1)
Sehingga tujuan penciptaan manusia adalah untuk mewujudkan tujuan yang sangat agung
yakni
untuk mengesakan Allah Subhanahu wata’ala dalam segala peribadahan.
Oleh sebab itulah Allah memberi karunia akal kepada manusia, menurunkan
kitab-kitab dan mengutus para Rasul.
Ketika manusia beribadah
kepada Allah tanpa mempersekutukannya, maka kebaikannya akan kembali
kepada dirinya sendiri. Dia akan merasakan ketenangan di dunia,
mendapatkan rasa aman serta hidayah didunia dan di akhirat. Lalu Allah
Subhanahu wata’ala akan membalas seluruh kebaikan manusia dengan
kebaikan yang setimpal.
Peribadahan manusia tidak akan
menguntungkan Allah sedikitpun dan bila mereka tidak beribadah kepada
Allah Subhanahu wata’ala, itu tidaklah merugikan-Nya.
Kita
tutup pembahasan ini dengan menukilkan keterangan Asy Syaikh As Sa’di
dalam kitabnya Al Qoulus Sadid (Hal. 17-19). Disini kita akan
memaparkannya secara lengkap. Karena beliau menjelaskan
keutamaan-keutamaan tauhid dengan jelas dan rinci. Asy syaikh As sa’di
berkata:
Termasuk keutamaan tauhid adalah :
1. Dapat menghapus dosa-dosa
2. Merupakan faktor terbesar dalam melapangkan berbagai kesusahan serta melapangkan dari kesempitan di dunia dan akhirat.
3.
Mencegah kekekalan dalam api neraka, jika dihatinya ada keimanan
walaupun sebesar biji sawi. Juga mencegah masuk neraka secara mutlak.
(sama sekali tidak masuk neraka) bila tauidnya telah sempurna dalam
hatinya. Ini termasuk keutamaan tauhid yang paling mulia.
4. Memberi petunjuk dan rasa aman yang sempurna didunia dan akhirat.
5. Merupakan sebab satu-satunya untuk menggapai ridho Allah dan pahala-Nya.
6. Diterimanya seluruh amalan dan ucapan seseorang, baik yang tampak atau yang tersembunyi, tergantung kepada tauhidnya.
7.
Memudahkan seseorang hamba untuk melakukan kebaikan-kebaikan
meninggalkan kemungkaran dan menghiburnya tatkala menghadapi berbagai
musibah.
8. Melepaskan seorang hamba dari perbudakan ketergantungan, rasa takut dan berharap kepada makhluk.
9. Menjadikan amal yang sedikit menjadi amalan yang besar pahalanya.
Cukup
banyak dalil yang menguatkan keterangan ini. Baik dari Al-qur’an
maupun as-sunnah. Dengan demikian cukup besar keutamaan yang Allah
Subhanahu wata’ala berikan bagi para hamba-hamba-Nya yang bertauhid.
Sangat
beruntung orang yang bisa meraih seluruh keutamaanNya. Yaitu bagi orang
yang mampu menyempurnakan tauhidnya. Mudah-mudahan Allah Subhanahu
wata’ala memberikan taufik-Nya kepada kita semua agar digolongkan
termasuk orang-orang yang bertauhid.
Wallahu a’lam bish shawwab. (Ditulis oleh Al Ustadzah Ummu Rumman)
MARAJI’ / REFERENSI :
• Al Qoulul mufid Asy Syaikh Sholih Utsaimin
• Al Qoulul Sadid Asy Syaikh Abdurrahman As Sa’di.
Download PDF : Buletin Kajian Islam Edisi 11
Makkah Fajr - 19th November 2024
-
*Makkah Fajr *
(Surah An’aam: Ayaah 115-127) *Sheikh Shamsaan*
Download 128kbps Audio
10 jam yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar