Allah Ta'ala berfirman:
وَإِذَا
جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ الْأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ وَلَوْ
رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُولِي الْأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ
الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ
وَرَحْمَتُهُ لَاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلَّا قَلِيلًا
"Dan
apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun
ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya
kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang
ingin mengetahui kebenarannya mengetahuinya dari mereka . Kalau
tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu
mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja . "(QS.An-Nisaa:83)
Berkata As Sa'di rahimahullah:
"Dalam
ayat ini terdapat dalil berupa satu kaedah adab yaitu jika terjadi satu
pembahasan dalam satu perkara , sepantasnya diserahkan kepada orang
yang memiliki keahlian dalam perkara tersebut, jangan mendahului mereka,
sebab hal itu lebih mendekati kebenaran dan lebih selamat dari
kesalahan. Juga terdapat larangan dari sikap terburu-buru untuk
menyebarkan berita tentang sesuatu pada saat dia mendengarkannya, dan ia
diperintahkan untuk memperhatikannya sebelum dia mengucapkan dan
memandangnya, apakah ini merupakan kemaslahatan sehingga seseorang boleh
melakukannya ataukah dia harus menahan diri darinya?"
(Taisir al-kariim ar-rahman: 190)
Ada
sebagian manusia yang merendahkan ilmu dan para ulama sehingga dia
tidak mengetahui kadar ilmu dan hak para ulama, dia menyangka bahwa ilmu
adalah memperbanyak ucapan, menghiasi ucapannya dengan berbagai kisah,
syair2, dan memperbanyak pembahasan nasehat dan masalah hati. Diantara
manusia ada yang menyangka bahwa ulama adalah tokoh-tokoh yang
menyibukkan diri dalam berbagai kejadian, lalu membahasnya dengan apa
yang mereka sebut "fiqhul waqi'" untuk membuat perlawanan kepada para
penguasa dengan tanpa bimbingan dan ilmu. Diantara manusia ada yang
menganggap bahwa ilmu hanyalah ada di dalam kitab-kitab, dia tidak
memperhatikan hakekat bahwa ilmu adalah penukilan dan pemahaman,dan
pemahaman tersebut dinilai berdasarkan apa yang difahami oleh generasi
awal dari kalangan para sahabat, tabi'in dan yang mengikuti mereka
dengan baik hingga hari kiamat. Sehingga diapun meninggalkan kesibukan
menuntut ilmu dan duduk di halaqah ilmu dan para ulama.Dia tidak
mengetahui bahwa diantara ilmu ada beberapa pintu yang dia tidak akan
meraihnya kecuali dengan berhadapan langsung dengan para ulama dan
mengambilnya dari mereka."
Sifat seorang alim adalah yang terpenuhi beberapa perkara berikut:
1-berilmu tentang al-kitab dan as-sunnah
2- mengikuti apa yang terdapat dalam al-kitab dan as-sunnah
3- mengikat pemahaman terhadap al-kitab dan as-sunnah dengan pemahaman salafus saleh
4- komitmen diatas ketaatan dan jauh dari perbuatan kefasikan, kemaksiatan dan dosa.
5- jauh dari perbuata bid'ah, kesesatan, dan kebodohan, dan memperingatkan darinya.
6- mengembalikan perkara yang mutasyabih (samar) kepada yang muhkam (jelas dan gamblang) dan tidak mengikuti mutasyabih.
7- tunduk kepada perintah Allah
8- mereka memiliki keahlian dalam istinbat ( mengeluarkan faedah dari dalil) dan pemahaman yang baik."
(Lihat: mu'malatul 'Ulama: 11-28, karya Muhammad Bazemul)
Berkata Ibnu Sahman dalam "minhaj ahlil ittiba':24 :
العجب
كل العجب ممن يصغي ويأخذ بأقوال أناس ليسوا بعلماء ولا قرؤوا على أحد من
المشايخ فيحسنون الظن بهم فيما يقولونه وينقلونه ويسيئون الظن بهم بمشايخ
أهل الإسلام وعلماءهم الذين هم أعلم منهم بكلام أهل العلم وليس لهم غرض في
الناس إلا هدايتهم وإرشادهم إلى الحق الذي كان عليه رسول الله صلى الله
عليه وآله وسلم وأصحابه وسلف الأمة وأئمتها
أما
هؤلاء المتعالمون الجهال فكثير منهم خصوصا من لم يتخرج على العلماء منهم
وإن دعوا الناس إلى الحق ف‘نما يدعون إلى أنفسهم ليصرفوا وجوه الناس إليهم
طلبا للجاه والشرف والترؤس على الناس فإذا سئلوا أفتوا بغير علم فضلوا
وأضلوا
"Sungguh
mengherankan orang yang menyimak dan mengambil pendapat sebagian orang
yang mereka bukanlah ulama, dan tidak pernah membaca kepada seseorang
dari para syaikh , lalu dia berbaik sangka kepadanya terhadap apa yang
mereka katakan dan yang mereka nukilkan, lalu mereka berburuk sangka
kepada para syaikh kaum muslimin dan ulamanya yang mereka lebih mengerti
tentang ucapan para ulama, dan mereka tidak punya tujuan tertentu
selain membimbing manusia dan mengarahkan mereka kepada kebenaran yang
telah dijalan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dan para
sahabatnya, dan para pendahulu umat ini dan para imamnya. Adapun mereka
yang sok menjadi alim padahal mereka jahil, kebanyakan mereka -lebih
terkhusus lagi yang tidak pernah belajar kepada para ulama - jika mereka
mengajak kepada kebenaran, pada hakekatnya mereka hanyalah mengajak
kepada diri mereka sendiri untuk memalingkan wajah-wajah manusia
kepadanya karena mengharapkan pangkat, kedudukan, kepemimpinan manusia,
sehingga tatkala mereka ditanya,maka mereka berfatwa tanpa ilmu sehingga
mereka sesat dan menyesatkan."
(Dari kitab: Shiyanatus salafi min waswasati Ali Al-Halabi:18- 19)
Oleh : Al-Ustadz Abu Mu'awiyah Askari hafizhahullah
Sumber : salafybpp.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar