Ya`juj dan Ma`juj, bangsa yang nanti akan muncul menjelang hari kiamat memang sudah ada sekarang di sebuah wilayah yang dipagari oleh sebuah “benteng”. Namun benarkah mereka telah berhasil menembus dinding besi dan tembaga yang mengisolir mereka selama ini kemudian mewujud dalam bangsa yang mendiami wilayah Rusia dan negara-negara pecahan Soviet di Asia Tengah dan sebagian Eropa? Dan benarkah mereka adalah bangsa Mongol (Tartar)?
Asyrathus Sa’ah (أَشْرَاطُ السَّاعَةِ)
mengandung pengertian asy-syarthu (الشَّرْطُ) yang bermakna tanda
(al-‘alamah). Bentuk jamaknya asyrath (أَشْرَاطٌ). Tanda sesuatu adalah
permulaannya. Misal, seorang komandan, berarti dia adalah orang yang di
depan memimpin pasukan (bawahannya). Sedangkan kata as-sa’ah
(السَّاعَةُ) secara bahasa memiliki makna satu bagian dari bagian-bagian
malam dan siang. Bentuk jamaknya sa’at (سَاعَاتٌ) dan sa’a (سَاعَ).
As-Sa’ah menurut istilah syar’i yaitu waktu terjadinya kiamat. Disebut
kiamat lantaran cepatnya hisab pada hari itu, atau pada waktu itu
manusia terkejut dalam hentakan sesaat, kemudian semua mengalami
kematian dalam satu tiupan. (An-Nihayah fi Gharibil Hadits, Lisanul
‘Arab, dan Al-Qamus Al-Muhith. Lihat Asyrathus Sa’ah, karya Yusuf
Al-Wabil)
Maka, Asyrathus Sa’ah adalah tanda-tanda kiamat yang mendahului tibanya (hari kiamat) serta menunjukkan akan dekatnya.
Tanda-tanda kiamat terbagi menjadi dua
bagian, yaitu asyrath shughra, yaitu tanda-tanda yang mendahului kiamat
dalam rentang waktu yang panjang, seperti pudarnya ilmu (di tengah
kehidupan umat, pent.), berkembangnya kebodohan (terhadap agama),
merebaknya minuman keras, banyaknya bangunan bertingkat, dan lain-lain.
Adapun yang kedua, yaitu asyrath kubra. Ini merupakan tanda-tanda yang
berupa kejadian-kejadian besar yang terjadi menjelang hari kiamat. Apa
yang terjadi merupakan peristiwa-peristiwa yang luar biasa, seperti
kemunculan Dajjal, turunnya Isa ‘alaihissalam, keluarnya Ya`juj dan
Ma`juj, serta terbitnya matahari dari barat. (Asyrathus Sa’ah, karya
Yusuf Al-Wabil)
Al-Qur`an mengungkap fenomena kemunculan Ya`juj dan Ma`juj sebagai bagian dari kejadian-kejadian menjelang hari kiamat.
حَتَّىٰٓ إِذَا فُتِحَتۡ يَأۡجُوجُ وَمَأۡجُوجُ وَهُم مِّن ڪُلِّ حَدَبٍ۬ يَنسِلُونَ (96
(97 وَٱقۡتَرَبَ ٱلۡوَعۡدُ ٱلۡحَقُّ فَإِذَا هِىَ شَـٰخِصَةٌ أَبۡصَـٰرُ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ يَـٰوَيۡلَنَا قَدۡ ڪُنَّا فِى غَفۡلَةٍ۬ مِّنۡ هَـٰذَا بَلۡ ڪُنَّا ظَـٰلِمِينَ
“Hingga apabila dibukakan (dinding)
Ya’juj dan Ma’juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat
yang tinggi. Dan telah dekatlah kedatangan janji yang benar (hari
kiamat), maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang-orang yang kafir.
(Mereka berkata): ‘Aduhai, celakalah kami, sesungguhnya kami adalah
dalam kelalaian tentang ini, bahkan kami adalah orang-orang yang
zhalim’.” (Al-Anbiya`: 96-97)
Juga dalam surat Al-Kahfi ayat 92-99 dinyatakan pula perihal Ya`juj dan Ma`juj:
ثُمَّ أَتۡبَعَ سَبَبًا (92
حَتَّىٰٓ إِذَا بَلَغَ بَيۡنَ ٱلسَّدَّيۡنِ وَجَدَ مِن دُونِهِمَا قَوۡمً۬ا لَّا يَكَادُونَ يَفۡقَهُونَ قَوۡلاً۬ (93
قَالُواْ يَـٰذَا ٱلۡقَرۡنَيۡنِ إِنَّ يَأۡجُوجَ وَمَأۡجُوجَ مُفۡسِدُونَ فِى ٱلۡأَرۡضِ فَهَلۡ نَجۡعَلُ لَكَ خَرۡجًا عَلَىٰٓ أَن تَجۡعَلَ بَيۡنَنَا وَبَيۡنَهُمۡ سَدًّ۬ا (94
قَالَ مَا مَكَّنِّى فِيهِ رَبِّى خَيۡرٌ۬ فَأَعِينُونِى بِقُوَّةٍ أَجۡعَلۡ بَيۡنَكُمۡ وَبَيۡنَہُمۡ رَدۡمًا (95
ءَاتُونِى زُبَرَ ٱلۡحَدِيدِۖ حَتَّىٰٓ إِذَا سَاوَىٰ بَيۡنَ ٱلصَّدَفَيۡنِ قَالَ ٱنفُخُواْۖ حَتَّىٰٓ إِذَا جَعَلَهُ ۥ نَارً۬ا قَالَ ءَاتُونِىٓ أُفۡرِغۡ عَلَيۡهِ قِطۡرً۬ا (96
فَمَا ٱسۡطَـٰعُوٓاْ أَن يَظۡهَرُوهُ وَمَا ٱسۡتَطَـٰعُواْ لَهُ ۥ نَقۡبً۬ا (97
قَالَ هَـٰذَا رَحۡمَةٌ۬ مِّن رَّبِّىۖ فَإِذَا جَآءَ وَعۡدُ رَبِّى جَعَلَهُ ۥ دَكَّآءَۖ وَكَانَ وَعۡدُ رَبِّى حَقًّ۬ا (98
وَتَرَكۡنَا بَعۡضَہُمۡ يَوۡمَٮِٕذٍ۬ يَمُوجُ فِى بَعۡضٍ۬ۖ وَنُفِخَ فِى ٱلصُّورِ فَجَمَعۡنَـٰهُمۡ جَمۡعً۬ا (99
“Kemudian dia menempuh suatu jalan (yang
lain lagi). Hingga apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung,
dia mendapati di hadapan keduanya, suatu kaum yang hampir tidak mengerti
pembicaraan. Mereka berkata: ‘Hai Dzulqarnain1, sesungguhnya Ya`juj dan
Ma`juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka
dapatkah kami memberikan suatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat
dinding antara kami dan mereka?’ Dzulqarnain berkata: ‘Apa yang telah
dikuasakan oleh Rabbku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka
bantulah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku
membuatkan dinding antara kalian dan mereka, berilah aku
potongan-potongan besi.’ Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan
kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulqarnain: ‘Tiuplah (api itu).’
Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, diapun
berkata: ‘Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar kutuangkan ke atas
besi panas itu.’ Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa
(pula) melubanginya. Dzulqarnain berkata: ‘Ini (dinding) adalah rahmat
dari Rabbku, maka apabila telah datang janji Rabbku Dia akan
menjadikannya hancur luluh; dan janji Rabbku itu adalah benar.’ Kami
biarkan mereka di hari itu bercampur aduk antara satu dengan yang lain,
kemudian ditiup lagi sangkakala, lalu Kami kumpulkan mereka itu
semuanya.”
Kemunculan Ya`juj dan Ma`juj merupakan
satu dari tanda-tanda kiamat besar. Ini sebagaimana disebutkan dalam
hadits yang diriwayatkan Al-Imam Muslim rahimahullahu dari Hudzaifah bin
Usaid Al-Ghifari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam muncul di hadapan kami di mana saat itu kami tengah
berbincang-bincang. Maka beliau bertanya: “Apa yang kalian
perbincangkan?” Mereka (para shahabat) menjawab: “Kami sedang berbincang
tentang hari kiamat.”
Lantas Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّهَا لَنْ تَقُومَ حَتَّى تَرَوْنَ قَبْلَهَا عَشْرَ آيَاتٍ، فَذَكَرَ الدُّخَانَ، وَالدَّجَّالَ، وَالدَّابَّةَ، وَطُلُوعَ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا، وَنُزُولَ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَيَأْجُوْجَ وَمَأْجُوْجَ، وَثَلاَثَةَ خُسُوفٍ: خَسْفٌ بِالْـمَشْرِقِ وَخَسْفٌ بِالْـمَغْرِبِ وَخَسْفٌ بِجَزِيرَةِ الْعَرَبِ، وَآخِرُ ذَلِكَ نَارٌ تَخْرُجُ مِنْ الْيَمَنِ تَطْرُدُ النَّاسَ إِلَى مَحْشَرِهِمْ
“Sesungguhnya tidak akan terjadi hari
kiamat hingga kalian melihat sebelumnya sepuluh tanda. Kemudian Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan: Muncul Dajjal, binatang,
matahari terbit dari barat, Isa bin Maryam turun (ke bumi), Ya`juj dan
Ma`juj, tiga khusuf2, yaitu di timur, barat, dan jazirah Arab. Lantas
akhir semua itu muncul api yang keluar dari Yaman yang menghalau manusia
ke tempat berkumpul mereka.” (Shahih Muslim, Kitabu Al-Fitan wa
Asyrathu As-Sa’ah)
Bahkan dalam hadits yang berasal dari
An-Nawwas bin Sam’an radhiyallahu ‘anhu (dalam Shahih Muslim) disebutkan
kemunculan Ya`juj dan Ma`juj ini dalam satu rangkaian dengan kemunculan
Dajjal, Isa bin Maryam, lantas muncul Ya`juj dan Ma`juj. Semua
peristiwa tersebut adalah peristiwa-peristiwa yang akan mendahului
terjadinya hari kiamat.
Nampaklah bahwa peristiwa demi peristiwa
jelang hari kiamat merupakan peristiwa yang tersusun bagai marjan dalam
satu untaian tali. Al-Imam Ahmad rahimahullahu meriwayatkan dari
Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata: Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الْآيَاتُ خَرَزَاتٌ مَنْظُومَاتٌ فِي سِلْكٍ فَإِنْ يُقْطَعِ السِّلْكُ يَتْبَعْ بَعْضُهَا بَعْضًا
“Tanda-tanda hari kiamat (bagaikan)
marjan yang disusun dalam untaian tali. Bila tali itu putus, maka
terikutlah sebagian pada sebagian (lainnya).” (Musnad Ahmad 12: 6-7,
hadits no. 7040. Ahmad Syakir rahimahullahu berkata, “Sanadnya shahih.”
Al-Haitsami rahimahullahu berkata, “Hadits ini diriwayatkan Ahmad dan di
dalamnya terdapat Ali bin Zaid yang bagus haditsnya.” Majma’uz Zawaid,
7/321. Lihat Asyrathu As-Sa’ah, Yusuf Al-Wabil, hal. 246)
Ya`juj dan Ma`juj merupakan anak
keturunan Nabi Adam ‘alaihissalam (manusia). Dalil yang menunjukkan
mereka dari anak cucu Adam adalah hadits yang diriwayatkan Al-Imam
Al-Bukhari rahimahullahu dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu
dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda (yang
artinya):
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Wahai Adam.” Adam menjawab: “Aku sambut panggilan-Mu dan dengan bahagia
aku penuhi perintah-Mu, segala kebaikan berada di tangan-Mu. Kemudian
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Keluarkanlah utusan (penghuni)
neraka.” Adam bertanya, “Apa utusan (penghuni) neraka itu?” Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Dari setiap 1.000 orang ada 999 orang.”
Maka, ketika itu anak-anak kecil rambutnya beruban, yang hamil
melahirkan kandungannya, dan kamu lihat manusia mabuk padahal mereka
tidak mabuk, akan tetapi karena adzab Allah Subhanahu wa Ta’ala yang
teramat keras. Para shahabat bertanya, “Siapa satu yang selamat dari
kita itu, wahai Rasulullah?” Beliau jawab, “Bergembiralah, karena kamu
hanya seorang sedang dari kalangan Ya`juj dan Ma`juj seribu orang.”
(Shahih Al-Bukhari, Kitab Al-Anbiya` Bab Qishshah Ya`juj wa Ma`juj)
Berdasar hadits ini pula, Asy-Syaikh
Abdurrahman As-Sa’di rahimahullahu menyatakan bahwa Ya`juj dan Ma`juj
adalah keturunan manusia. Kata beliau, “Hadits ini jelas sekali
menyatakan bahwa Ya`juj dan Ma`juj adalah keturunan Adam.” Demikian pula
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullahu dalam Tafsiru
Surati Al-Kahfi menyebutkan bahwa dengan hadits ini kita mengetahui
kesalahan mereka yang berpendapat Ya`juj dan Ma`juj bukan berujud
seperti manusia. Sebagian mereka sangat pendek dan sebagian lagi sangat
tinggi tubuhnya. Sebagian telinganya terpentang dan yang lain berlipat.
Semuanya merupakan dongeng Israiliyat. Tidak boleh kita membenarkan
(begitu saja), bahkan harus dikatakan bahwa sesungguhnya mereka termasuk
bani Adam (manusia), hanya saja mereka kemungkinan berbeda seperti
perbedaan (di antara) manusia karena keadaan lingkungannya.” Demikian
kata Asy-Syaikh Al-Utsaimin rahimahullahu.
Karakteristik Ya`juj dan Ma`juj di muka bumi ini adalah melakukan kerusakan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
قَالُواْ يَـٰذَا ٱلۡقَرۡنَيۡنِ إِنَّ يَأۡجُوجَ وَمَأۡجُوجَ مُفۡسِدُونَ فِى ٱلۡأَرۡضِ فَهَلۡ نَجۡعَلُ لَكَ خَرۡجًا عَلَىٰٓ أَن تَجۡعَلَ بَيۡنَنَا وَبَيۡنَهُمۡ سَدًّ۬ا
“Mereka berkata, ‘Hai Dzulqarnain,
sesungguhnya Ya`juj dan Ma`juj itu orang-orang yang berbuat kerusakan di
muka bumi….” (Al-Kahfi: 94)
Kata Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih
Al-‘Utsaimin rahimahullahu, yang dimaksud Al-Ifsad (membuat kerusakan)
di muka bumi mencakup semua perbuatan yang tidak baik dan tidak
memperbaiki. Merusak dengan membunuh, merampok atau merampas,
penyimpangan, kesyirikan, dan dalam segala hal.
Ibnu Katsir rahimahullahu saat memberi penjelasan pada ayat:
حَتَّىٰٓ إِذَا فُتِحَتۡ يَأۡجُوجُ وَمَأۡجُوجُ وَهُم مِّن ڪُلِّ حَدَبٍ۬ يَنسِلُونَ
“Hingga apabila dibukakan (dinding)
Ya`juj dan Ma`juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat
yang tinggi.” (Al-Anbiya’: 96)
disebutkan bahwa (mereka) orang-orang yang cepat dalam berjalan guna membuat kerusakan.
Al-Imam Muslim rahimahullahu dalam
Shahih-nya meriwayatkan dengan memberi tambahan (pada hadits An-Nawwas
bin Sam’an radhiyallahu ‘anhu) setelah lafal “di danau ini pernah ada
air” dengan sabda beliau yang artinya: “Kemudian mereka berjalan hingga
Gunung Khumar, yaitu gunung di Baitul Maqdis, maka mereka (Ya`juj dan
Ma`juj) berkata, ‘Sungguh kita telah membunuh penduduk bumi. Maka,
marilah kita bunuh penduduk langit.’ Lalu mereka melepaskan anak panah
mereka ke langit, kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala kembalikan
anak-anak panah mereka itu kepada mereka dengan berlumuran darah.
(Shahih Muslim, tambahan hadits no. 2937)
Begitulah laku lampah Ya`juj dan Ma`juj.
Destruktif, membuat onar, berbuat kerusakan di muka bumi. Timbul
pertanyaan, kapan Ya`juj dan Ma`juj muncul? Sudahkah Ya`juj dan Ma`juj
muncul di era lalu atau bahkan di zaman sekarang ini?
Ada beberapa kalangan yang berpendapat
bahwa Ya`juj dan Ma`juj telah ada dewasa ini. Seperti dinukil Asy-Syaikh
Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullahu dalam kitabnya Ya`juj wa
Ma`juj wa Fitnatu Ad-Dajjal (hal. 21), bahwa Al-Amir Syakib Arsalan dan
selainnya berpandangan sesungguhnya Ya`juj dan Ma`juj adalah negara
Soviet atau sebagian dari mereka. Tidak diragukan sesungguhnya mereka
adalah bagian dari Ya`juj dan Ma`juj. Demikian diungkapkan Al-Amir
Syakib Arsalan.
Lain halnya dengan Sayyid Quthub. Dia
berpendapat, secara tarjih, bukan yakin, bahwa janji Allah Subhanahu wa
Ta’ala untuk melubangi dinding telah terjadi serta Ya`juj dan Ma`juj
telah keluar. Mereka adalah bangsa Tartar yang muncul pada abad ke-7
Hijriyah. Mereka telah menghancurkan kerajaan-kerajaan Islam dan menebar
kerusakan di muka bumi. (Asyrathu As-Sa’ah, Yusuf Al-Wabil hal. 378)
Dalam hadits An-Nawwas bin Sam’an
radhiyallahu ‘anhu disebutkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala
memberitahukan kepada Isa ‘alaihissalam akan keluarnya Ya`juj dan Ma`juj
yang tidak ada seorang pun mampu memerangi mereka, dan Allah Subhanahu
wa Ta’ala memerintahkan Isa ‘alaihissalam menjauhkan kaum mukminin dari
jalan yang ditempuh Ya`juj dan Ma`juj seraya berfirman: “Kumpulkan
hamba-hamba-Ku ke gunung Ath-Thur.” (lihat Asyrathu As-Sa’ah, Yusuf
Al-Wabil hal. 369)
Berdasarkan hadits An-Nawwas bin Sam’an
radhiyallahu ‘anhu dalam Shahih Muslim, maka akan nampak bahwa
kemunculan Ya`juj dan Ma`juj bersamaan masa dengan kehadiran Isa
‘alaihissalam. Maka apabila Ya`juj dan Ma`juj dinyatakan telah muncul,
tentu akan timbul pertanyaan, bagaimana dengan Isa ‘alaihissalam?
Asy-Syaikh Muhammad Al-Amin bin Muhammad
Al-Mukhtar Asy-Syinqithi rahimahullahu menyatakan setelah beliau
rahimahullahu memaparkan hadits An-Nawwas bin Sam’an radhiyallahu ‘anhu
yang panjang, “Berdasar hadits shahih ini, sungguh aku telah melihat
penjelasan Nabi Shallallahu ‘alahi wa sallam: ‘Sesungguhnya Allah
Subhanahu wa Ta’ala telah mewahyukan kepada Isa bin Maryam perihal
keluarnya Ya`juj dan Ma`juj setelah terbunuhnya Dajjal.’ Barangsiapa
yang menyatakan bahwa mereka (Ya`juj dan Ma`juj) adalah Rusia, dan
dinding itu telah roboh sejak dulu, maka pendapatnya tersebut
menyelisihi apa yang telah dikabarkan Ash-Shadiqu Al-Mashduq
(Rasulullah) Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka batil. Karena
sesungguhnya, yang menentang kabar Ash-Shadiq adalah pendusta yang
membahayakan, sebagaimana dimaklumi. Tidak ada sesuatu yang kuat dalam
Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bisa
memalingkan hadits (An-Nawwas bin Sam’an radhiyallahu ‘anhu, ed.) ini
yang anda telah melihat keshahihan sanadnya serta memberi kejelasan
dalil-dalilnya tentang maksud yang dituju.
Pada hakekatnya, yang menjadi sandaran
bagi orang-orang yang menyatakan bahwa Ya`juj dan Ma`juj adalah Rusia,
dan sandaran orang-orang mulhid (atheis) bahwa Ya`juj dan Ma`juj itu
tidak ada wujudnya, adalah alasan-alasan logika, yang telah menjadi
keyakinan pemiliknya.” (Adhwa`u Al-Bayan fi Idhah Al-Qur`an bi
Al-Qur`an, hal. 141-142)
Menurut mereka, kalau Ya`juj dan Ma`juj
itu sudah ada di balik benteng tersebut, tentu sudah ditemukan
lokasinya. Apalagi dengan adanya kemajuan teknologi yang pesat dan
alat-alat yang canggih untuk mendeteksi keberadaan mereka. Tapi, karena
tidak ada orang yang menemukan mereka atau lokasi mereka, berarti Ya`juj
dan Ma`juj belum pernah ada.
Logika seperti ini dapat dibantah dengan
realita bahwa banyak hal yang masih belum mampu diungkap hakekatnya,
secanggih apapun teknologi yang dikuasai manusia. Ruh misalnya. Ruh,
yang demikian dirasakan keberadaannya, selalu menyertai, tetapi belum
pernah terungkap eksistensi dan substansinya.
Maka, yang menjadi salah satu
tanda-tanda datangnya hari kiamat besar, yaitu keluarnya Ya`juj dan
Ma`juj pada akhir zaman, belum terjadi. Sebab, hadits-hadits yang shahih
menunjukkan bahwa Ya`juj dan Ma`juj keluar setelah Isa ‘alaihissalam
turun ke bumi. Dialah yang berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar
membinasakan Ya`juj dan Ma`juj. Allah Subhanahu wa Ta’ala pun lantas
membinasakan dan membuang bangkai mereka ke laut, serta mengamankan
negara-negara dan hamba-hamba-Nya dari kejahatan Ya`juj dan Ma`juj.
Wallahu ta’ala a’lam.
Penulis: Al-Ustadz Abulfaruq Ayip Syafruddin
———————————————–
1 Lihat keterangan tentang Dzulqarnain di Kajian Utama
2 Lihat keterangan tentang khusuf di Kajian Utama
Sumber : asysyariah.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar