Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya):
“Dan karena ucapan mereka (orang-orang Yahudi):
Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul
Allah. Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya,
tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi
mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang
(pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh
itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu,
kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa
yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah
mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Mahaperkasa lagi
Mahabijaksana.” (An-Nisa’: 157-158)
Para pembaca, sangatlah pantas jika orang-orang Yahudi adalah sekelompok manusia yang dilaknat dan dimurkai oleh Allah subhanahu wata’ala.
Perangainya yang licik dan perilakunya yang jahat menjadikan mereka
sebagai umat yang hina dan rendah. Banyak ayat Al-Qur’an yang telah
menjelaskan tentang watak dan sepak terjang Yahudi yang tercela ini.
Di antara kejahatan yang pernah dilakukan oleh orang-orang Yahudi adalah upaya pembunuhan terhadap salah satu nabi utusan Allah subhanahu wata’ala yang mulia, yaitu Isa Al-Masih bin Maryam ‘alaihissalam,
setelah sebelumnya mereka dengki kepada beliau, mendustakan, dan tidak
mau beriman kepada beliau. Begitulah Yahudi, membunuh nabi merupakan
sifat dan kebiasaan mereka sejak dahulu. Kalau para nabi saja mereka
bunuh, maka tentu menumpahkan darah kaum muslimin secara umum merupakan
perbuatan yang lebih ringan lagi bagi mereka. Sehingga tidaklah
mengherankan jika kemudian orang-orang Yahudi di masa kini dengan
mudahnya melakukan pembantaian terhadap saudara-saudara kita kaum
muslimin di Palestina dan di negeri-negeri lainnya.
Orang-orang Yahudi mengklaim telah berhasil membunuh Nabi Isa ‘alaihissalam. Namun ayat 157 surah An-Nisa’ ini membantah pengakuan mereka itu. Allah subhanahu wata’ala menjaga dan melindungi Nabi Isa ‘alaihissalam dari makar jahat mereka. Allah subhanahu wata’ala tidak membiarkan jiwa dan darah Nabi-Nya yang suci itu terkotori oleh tangan-tangan najis orang-orang Yahudi.
Peristiwa Penyaliban Itu
Dalam tafsirnya, al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah menyebutkan bahwa di antara kisah mengenai orang-orang Yahudi -semoga laknat Allah subhanahu wata’ala, kemurkaan, kemarahan, dan adzab-Nya selalu menimpa mereka- adalah tatkala Allah subhanahu wata’ala mengutus Isa bin Maryam ‘alaihissalam
dengan membawa bukti-bukti (kebenaran risalah-Nya) yang nyata dan
petunjuk, mereka (orang-orang Yahudi) dengki kepadanya karena beliau
telah dikaruniai oleh Allah subhanahu wata’ala berupa risalah
kenabian dan berbagai mukjizat yang nyata. Di antara mukjizatnya adalah
dapat menyembuhkan orang yang buta dan orang yang terkena penyakit sopak
(penyakit belang pada kulit), menghidupkan kembali orang yang telah
mati dengan izin Allah subhanahu wata’ala, mampu membuat patung
seekor burung dari tanah liat lalu ia meniupnya dan jadilah patung itu
burung sungguhan dan dapat terbang dengan disaksikan oleh banyak orang
dengan seizin Allah subhanahu wata’ala, serta berbagai mukjizat lainnya sebagai bentuk pemuliaan Allah subhanahu wata’ala tehadap beliau ‘alaihissalam. Berbagai mukjizat tersebut atas kehendak Allah subhanahu wata’ala melalui kedua tangan Nabi Isa ‘alaihissalam.
Walaupun demikian, orang-orang Yahudi
mendustakan beliau dan menyelisihinya, serta berupaya untuk
mengganggunya dengan segenap kemampuan yang mereka miliki. Sehingga hal
ini menyebabkan Nabiyullah Isa ‘alaihissalam tidak bisa tinggal
dalam satu negeri bersama mereka, namun beliau banyak mengembara, dan
ibunya (Maryam) pun ikut mengembara bersama beliau ‘alaihissalam.
Orang-orang Yahudi masih belum puas
dengan keadaan ini. Akhirnya mereka pun berusaha menemui Raja Dimasyq
(Damaskus) di masa itu. Raja Dimasyq adalah seorang musyrik penyembah
bintang, para pemeluk agamanya dikenal dengan sebutan pemeluk agama
Yunani.
Ketika orang-orang Yahudi itu sampai
kepada raja tersebut, mereka menyampaikan (berita dusta) kepadanya bahwa
di Baitul Maqdis terdapat seorang lelaki yang menebarkan fitnah di
tengah-tengah manusia, menyesatkan mereka, dan mengajak mereka agar
memberontak kepada raja. Si raja pun murka demi mendengar laporan
tersebut. Kemudian ia menulis surat kepada wakilnya (kepala daerah) yang
ada di Baitul Maqdis, memerintahkan agar menangkap lelaki yang
dimaksud, lalu menyalibnya, dan meletakkan duri-duri di kepalanya agar
tidak mengganggu orang-orang lagi.
Ketika surat raja itu sampai kepadanya,
ia segera melaksanakan perintah rajanya itu. Lalu ia berangkat bersama
sekelompok orang Yahudi menuju sebuah rumah yang di dalamnya terdapat
Nabi Isa ‘alaihissalam. Ketika itu, beliau bersama sejumlah
sahabatnya, jumlah mereka ada dua belas atau tiga belas orang. Menurut
pendapat yang lain adalah tujuh belas orang. Peristiwa tersebut terjadi
pada hari Jum’at, sesudah waktu Ashar, yaitu malam Sabtu. Mereka pun
mengepung rumah tersebut.
Ketika Nabi Isa ‘alaihissalam
merasa bahwa mereka pasti dapat memasuki rumah itu atau ia (terpaksa)
keluar rumah dan akhirnya pasti berjumpa dengan mereka, maka ia pun
berkata kepada para sahabatnya, “Siapakah di antara kalian yang
bersedia untuk diserupakan dengan diriku? Kelak ia akan menjadi temanku
di surga.” Maka ada seorang pemuda yang bersedia untuk itu. Namun Nabi
Isa ‘alaihissalam memandang pemuda itu masih terlalu kecil untuk
melakukannya. Sehingga ia pun mengulangi permintaannya sebanyak dua atau
tiga kali. Tetapi setiap kali ia mengulangi perkataannya, tidak ada
seorang pun yang bersedia kecuali pemuda itu. Akhirnya Nabi Isa ‘alaihissalam pun berkata, “(Kalau memang demikian), kamulah orangnya.” Maka Allah subhanahu wata’ala menjadikannya mirip seperti Nabi Isa ‘alaihissalam, hingga seolah-olah ia memang Nabi Isa ‘alaihissalam sendiri.
Lalu terbukalah salah satu bagian dari atap rumah itu, dan Nabi Isa ‘alaihissalam tertimpa rasa kantuk yang sangat hingga ia pun tertidur. Dalam keadaan demikian, Allah subhanahu wata’ala mengangkat beliau ‘alaihissalam menuju langit sebagaimana firman-Nya dalam surah Ali Imran ayat 55.
Setelah Nabi Isa ’alaihissalam diangkat ke langit, para sahabatnya keluar. Ketika mereka (orang-orang yang hendak menangkap Nabi Isa ‘alaihissalam) melihat pemuda (yang mirip Nabi Isa ‘alaihissalam) itu, mereka menyangka ia adalah Nabi Isa ‘alaihissalam. Pada malam itu juga mereka menangkap dan menyalibnya, serta meletakkan duri-duri di kepalanya.
Orang-orang Yahudi menampakkan bahwa merekalah yang telah berhasil menyalib Nabi Isa ‘alaihissalam
dan mereka merasa bangga dengan hal ini. Ternyata beberapa kalangan
dari orang-orang Nasrani juga mempercayai hal tersebut (bahwa Nabi Isa ‘alaihissalam disalib) karena kebodohan dan pendeknya akalnya mereka. Kecuali mereka yang ada di rumah tersebut bersama Nabi Isa Al-Masih ‘alaihissalam, mereka tidak mempercayainya karena menyaksikan sendiri bahwa Nabi Isa ‘alaihissalam
diangkat ke langit. Adapun selain dari mereka, semuanya menyangka
sebagaimana yang disangka oleh orang-orang Yahudi, bahwa orang yang
disalib itu adalah Isa Al-Masih putra Maryam ‘alaihissalam.
Hingga akhirnya mereka pun menyebutkan
(sebuah mitos) bahwa Ibunda Maryam duduk di bawah orang yang disalib itu
dan menangisinya. Disebutkan pula bahwa Nabi Isa ‘alaihissalam (yang mereka sangka disalib itu) bisa berbicara dengan ibundanya itu. Wallahu a’lam. (lihat Tafsir Ibnu Katsir)
Mereka Sendiri Meragukannya
Walaupun mereka mengaku telah membunuh dan menyalib Isa Al-Masih ‘alaihissalam, namun sebenarnya mereka sendiri ragu, apakah yang dibunuh dan disalib itu benar-benar Nabi Isa ‘alaihissalam atau bukan. Allah Dzat yang Maha Mengetahui isi hati hamba-Nya menyatakan (artinya):
“Sesungguhnya orang-orang yang
berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam
keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan
tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka,
mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.” (An-Nisa’: 157).
Kini, Orang-Orang Nasrani Telah Menyimpang dari Ajaran Isa Al-Masih
Orang-orang Nasrani yang masih saja mempercayai bahwa Nabi Isa ‘alaihissalam (Yesus menurut mereka) sudah meninggal dalam keadaan tersalib, maka sungguh mereka telah tertipu. Allah subhanahu wata’ala telah menyelamatkan dan mengangkat beliau ke langit. Dengan kehendak dan kemampuan-Nya, Nabi Isa ‘alaihissalam masih hidup hingga sekarang, dan nanti di akhir zaman, Allah subhanahu wata’ala akan menurunkan beliau kembali ke muka bumi dalam rangka menjalankan syariat Islam sebagaimana yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, menyeru umat manusia untuk menauhidkan Allah subhanahu wata’ala, mengajak mereka agar beribadah dan sujud hanya kepada-Nya, serta menjauhkan mereka dari segala bentuk kesyirikan.
Demikianlah sejak awal mula diangkat menjadi rasul, sampai meninggalnya nanti setelah turun ke bumi, Nabi Isa ‘alaihissalam senantiasa mengajak umat manusia agar beribadah hanya kepada Allah subhanahu wata’ala. Nabi Isa ‘alaihissalam tidak akan pernah rela diibadahi dan dipertuhankan. Nabi Isa ‘alaihissalam tidak pernah mengajak umatnya untuk menyembah beliau dan tidak pula mengajak umatnya agar sujud kepada ibundanya. Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya),
“Dan (ingatlah) ketika Allah
berfirman: “Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada
manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku dua sesembahan selain Allah?” Isa
menjawab: “Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang
bukan hakku (mengatakannya).” (Al-Maidah: 116)
Kalau Nabi Isa ‘alaihissalam
menyaksikan keyakinan dan kehidupan beragama orang-orang Nasrani
sekarang, pasti beliau akan mengingkarinya dan akan menyatakan bahwa
mereka adalah orang-orang kafir. Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya),
“Sesungguhnya telah kafirlah
orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah ialah Al-Masih putra
Maryam”, padahal Al-Masih (sendiri) berkata: “Hai Bani Israil,
beribadahlah kepada Allah Rabbku dan Rabb kalian semua.” (Al-Maidah: 72)
Allah subhanahu wata’ala juga berfirman (artinya),
“Sesungguhnya kafirlah orang-orang
yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga”,
padahal sekali-kali tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali
sesembahan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka
katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa
siksaan yang pedih.” (Al-Maidah: 73)
Allah subhanahu wata’ala juga berfirman (artinya),
“Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair
itu putera Allah” dan orang-orang Nasrani berkata: “Al Masih itu putera
Allah.” Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru
perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka ,
bagaimana mereka sampai berpaling?” (At-Taubah: 30)
Ketika turun ke muka bumi ini, Nabi Isa ‘alaihissalam
akan berjuang bersama kaum muslimin untuk menegakkan syariat Islam dan
memerangi kekufuran dan syiar-syiarnya. Beliaulah yang akan membunuh
Dajjal, menghancurkan salib yang merupakan simbol kebesaran dan syiar
kaum Nasrani, membunuh babi-babi, dan beliau tidak menghendaki apapun
dari orang-orang kafir melainkan mereka harus masuk Islam, karena jizyah (upeti) sudah tidak berlaku lagi. Hal ini sebagaimana yang telah diberitakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam:
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَيُوشِكَنَّ أَنْ يَنْزِلَ فِيكُمْ ابْنُ مَرْيَمَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَكَمًا مُقْسِطًا، فَيَكْسِرَ الصَّلِيبَ، وَيَقْتُلَ الْخِنْزِيرَ، وَيَضَعَ الْجِزْيَةَ، وَيَفِيضُ الْمَالُ حَتَّى لاَ يَقْبَلَهُ أَحَدٌ.
“Demi Dzat Yang jiwaku berada di
tangan-Nya (Demi Allah), sungguh telah dekat saatnya Isa putra Maryam
turun di tengah-tengah kalian sebagai hakim yang adil (yang menjalankan
syariat ini), ia akan menghancurkan salib, membunuh babi, meletakkan
(tidak memberlakukan) jizyah, dan harta akan melimpah sampai-sampai
tidak ada seorangpun yang mau menerimanya.” (Muttafaqun ‘Alaihi)
Wallahu a’lam bish shawab.
Penulis: Ustadz Abu Abdillah
Sumber: Buletin Al-Ilmu Edisi No. 20/V/XI/1434 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar