Banyak orang yang sering mengucapkan "waiyyak (dan kepadamu juga)" atau “waiyyakum (dan kepada kalian juga)” ketika telah
dido'akan atau mendapat kebaikan dari seseorang. Apakah ada sunnahnya
mengucapkan seperti ini? Lalu bagaimanakah ucapan yang sebenarnya ketika
seseorang telah mendapat kebaikan dari oranglain misalnya ucapan
"jazakallah khair atau barakalahu fiikum"?
Benarlah apa yang dikatakan oleh Ulama kita yaitu :
Asy Syaikh Muhammad 'Umar Baazmool, pengajar di Universitas Ummul Quraa
Mekah, ditanya: Beberapa orang sering mengatakan "Amiin, waiyyaak"
(yang artinya "Amiin, dan kepadamu juga") setelah seseorang mengucapkan
"Jazakallahu khairan" (yang berarti "semoga ALLAH membalas kebaikanmu").
Apakah merupakan suatu keharusan untuk membalas dengan perkataan ini
setiap saat?
Beliau menjawab:Ada banyak riwayat dari sahabat
dan dari Rasulullah shallahu 'alaihi wasallam, dan ada riwayat yang
menjelaskan tindakan ulama. Dalam riwayat mereka yang mengatakan
"Jazakalahu khairan," tidak ada yang menyebutkan bahwa mereka secara
khusus membalas dengan perkataan "wa iyyaakum."
Karena ini,
mereka yang berpegang pada perkataan "wa iyyaakum," setelah doa apapun,
dan tidak berkata "Jazakallahu khairan," mereka telah jatuh ke dalam
suatu yang baru yang telah ditambahkan (untuk agama).
Tidak
satu ulama saja yang berfatwa seperti itu kita simak fatwa ullama kita
Al-Allamah Asy-Syaikh Al-Muhaddits Abdul Muhsin Al-Abbad hafizhahullah
Ta’ala ditanya: apakah ada dalil bahwa ketika membalasnya dengan
mengucapkan “wa iyyakum” (dan kepadamu juga)?
Beliau
menjawab:“tidak- ada dalilnya, sepantasnya dia juga mengatakan
“jazakallahu khair” (semoga Allah membalasmu kebaikan pula), yaitu
dido'akan sebagaimana dia berdo’a, meskipun perkataan seperti “wa
iyyakum” sebagai athaf (mengikuti) ucapan “jazaakum”, yaitu ucapan “wa
iyyakum” bermakna “sebagaimana kami mendapat kebaikan, juga kalian”
,namun jika dia mengatakan “jazakalallahu khair” dan menyebut do’a
tersebut secara nash, tidak diragukan lagi bahwa hal ini lebih utama dan
lebih afdhal.”
Asy Syaikh Ahmad bin Yahya An Najmi ditanya:
Apa hukumnya mengucapkan, “Syukran (terimakasih)” bagi seseorang yang
telah berbuat baik kepada kita?
Beliau menjawab:Yang melakukan
hal tersebut sudah meninggalkan perkara yang lebih utama, yaitu
mengatakan, “Jazaakallahu khairan (semoga ALLAH membalas kebaikanmu.”
Dan pada Allah-lah terdapat kemenangan.
Ada beberapa ketentuan
dalam mengucapkan jazakallah:- jazakallahu khairan (engkau, lelaki)-
jazakillahu khairan (engkau, perempuan)- jazakumullahu khairan (kamu
sekalian)- jazahumullahu khairan (mereka)
Dalil sunnah dalam menjawab doa "Jazakallahu khoyron" adalah :
Dari Anas bin Malik rodhiyallohu anhu ia berkata: Usaid bin al-Hudhoir
an-Naqib al-Asyhali datang kepada Rosululloh shollallohu alaihi wa
sallam, maka ia bercerita kepada Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam
tentang sebuah keluarga dari Bani Zhofar yang kebanyakannya adalah
wanita, maka Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam membagi kepada
mereka sesuatu, membaginya di antara mereka, lalu Rosululloh shollallohu
alaihi wa sallam berkata :
“Engkau meninggalkan kami wahai
Usaid, sampai habis apa-apa yang ada pada kami, jika engkau mendengar
makanan mendatangiku, maka datangilah aku dan ingatkan padaku tentang
keluarga itu atau ingatkan padaku hal itu.”
Maka
setelah beberapa saat, datang kepada Rosululloh shollallohu alaihi wa
sallam makanan dari khoibar berupa gandum dan kurma, maka Nabi
shollallohu alaihi wa sallam membaginya kepada manusia. Ia berkata:
kemudian beliau membaginya kepada kaum Anshor lalu makanan itupun
menjadi banyak, lalu ia berkata: kemudian beliau membaginya kepada
keluarga tersebut lalu makanan itupun menjadi banyak.
Lalu
Usaid pun mengucapkan rasa syukurnya kepada Nabi: “Jazakallohu athyabal
jaza’ –atau khoiron- (Semoga Alloh membalasmu -yaitu kepada Rosululloh-
dengan sebaik-baik balasan –atau kebaikan), Ashim (perawi hadits, pent)
ragu-ragu dalam lafadznya, lalu ia berkata : Nabi shollallohu alaihi wa
sallam kemudian membalasnya : wa antum ma’syarol Anshor, fa
jazakumullohu khoiron –atau athyabal jaza’ (dan Kalian wahai sekalian
kaum Anshor, semoga Alloh membalas kalian dengan kebaikan –atau
sebaik-baik balasan), sesungguhnya setahuku kalian adalah orang-orang
yang sangat menjaga kehormatan lagi penyabar…”[HR. an-Nasa’i no. 8345,
ath-Thobroni dalam Mu’jam al-Kabir no. 567, Ibnu Hibban no. 7400 &
7402, Abu Ya’la al-Mushili dalam Musnadnya no. 908, dll. Dishohihkan
syaikh al-Albani dalam ash-Shohihah no. 3096]
Imam
Bukhori rohimahulloh meriwayatkan dalam al-Adabul mufrod dengan
sanadnya dari Abu Murroh, maula Ummu Hani’ putri Abu Tholib:
Bahwasanya
ia berkendara bersama Abu Huroiroh ke kampung halamannya di ‘Aqiiq.
Ketika ia sampai di rumahnya ia berkata dengan mengeraskan suaranya:
“Alaikissalam warohmatullohi wabarokatuh wahai ibuku.”Lalu ibunya
berkata :” wa’alaikassalam- warohmatullohi wabarokatuh.”Ia- berkata
(bersyukur kepada ibunya, pent) : “Rohimakillah (semoga Alloh
merahmatimu wahai ibu), engkau telah merawatku ketika aku masih
kecil.”Maka ibunya berkata : “Wahai anakku wa anta fajazakallohu
khoiron, semoga Alloh meridhoimu sebagaimana engkau berbuat baik
kepadaku saat engkau sudah besar.”[HR. al-Bukhori dalam al-Adabul Mufrod
no. 15, syaikh al-Albani rohimahulloh berkata: “sanadnya hasan” dalam
shohih al-Adabul Mufrod no. 11]
Dalam Thobaqot al-Hanabilah diriwayatkan:
Dari
Salamah bin Syabib, ia berkata : aku ingin pindah ke Mekkah, lalu
akupun menjual rumahku. Ketika urusannya selesai aku pamit kepada
tetanggaku dan mengucapkan salam sambil berdiri di depan pintu rumahnya,
aku berkata: “Wahai tetanggaku, kami telah hidup bertetangga dengan
kalian dan kalianpun telah berbuat baik dalam bertetangga dengan kami,
jazakumulloh khoiron, aku telah menjual rumah kami dan kami akan pindah
ke Mekkah, wa’alaikumussal-am warohmatulloh wa barokatuh.”Lalu-
seseorang dari rumah itu menjawab: “wa antum fajazakumulloh khoiron,
tidaklah kami melihat pada kalian melainkan kebaikan, tapi kami mau
pindah juga karena ternyata yang membeli rumah kalian adalah seorang
Rofidhoh (syi’ah) yang mencela Abu Bakr, Umar dan pada shahabat
rodhiyallohu anhum.”[Thobaqo-t al-Hanabilah 1/65, Maktabah Syamilah]
tidak
itu saja yaa akhi ana juga selalu mengucapkan Assalamu'alaiku-m
warohmatullah tapi antum hanya menjawab wa'alaikumus salam ....
wahai ikhwan wa ukhti apa anti belum membaca surat ini ...
وَإِذَا حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَسِيبًا
Apabila
kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan
itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa).
Sesungguhnya Allah memperhitungkan- segala sesuatu. (Annisa 86)
maka dari itu jawablah salam itu lebih baik atau dengan serupa ..
contoh, Assalamu'alaiku-m silahkan antum jawab wa'alaikumus salam warohmatullah/-tambahkan lagi
atau Assalamu'alaiku-m warohmatullah maka jawablah wa'alaikumus salam warohmatullah wabarokatuh
Makkah 'Isha - 17th November 2024
-
*Makkah Isha *
(Surah Nazi’at: Ayaah 15-46) *Sheikh Sudais*
Download 128kbps Audio
23 jam yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar