Ketika iman bersemi dalam hati sesuai tuntunan syariat, niscaya hati ini rindu terbang ke jannah dan takut siksa neraka

Minggu, 31 Juli 2011

Hukum Ringkas Puasa Ramadhan Jumat


Menyambut Ramadhan, banyak acara digelar kaum muslimin. Di antara acara tersebut ada yang telah menjadi tradisi yang “wajib” dilakukan meski syariat tidak pernah memerintahkan untuk membuat berbagai acara tertentu menyambut datangnya bulan mulia tersebut.

Puasa Ramadhan merupakan salah satu dari kewajiban puasa yang ditetapkan syariat yang ditujukan dalam rangka taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah subhanallahu wata’ala. Hukum puasa sendiri terbagi menjadi dua, yaitu puasa wajib dan puasa sunnah. Adapun puasa wajib terbagi menjadi 3: puasa Ramadhan, puasa kaffarah (puasa tebusan), dan puasa nadzar.

Fatwa Ulama Islam tentang Penentuan Awal Romadhon & Ied

Sudah menjadi polemik berkepanjangan di negeri kita, adanya khilaf sepanjang tahun tentang penentuan hilal (awal) bulan Romadhon. Karenanya, kita akan menyaksikan keanehan ketika kaum muslimin terkotak, dan terpecah dalam urusan ibadah mereka. Ada yang berpuasa –misalnya- tanggal 12 September karena mengikuti negeri lain; ada yang puasa tanggal 13 karena mengikuti pemerintah; ada yang berpuasa tanggal 14, karena mengikuti negeri yang lain lagi, sehingga terkadang muncul beberapa versi. Semua ini timbul karena jahilnya kaum muslimin tentang agamanya, dan kurangnya mereka bertanya kepada ahli ilmu.

Ramadhan yang Kurindukan


Romadhon sudah diambang pintu. Semua lapisan masyarakat muslim menyambut datangnya bulan penuh berkah ini dengan segala kegembiraan, dan suka cita. Wajah-wajah mereka ceria karena kerinduan yang mendalam ingin bertemu dengan "Bulan Romadhon" ; ingin mengisi hari-hari berkah ini dengan amal sholeh, baik itu berupa sholat tarawih, membaca Al-Qur’an, bershodaqoh, berdzikir, membantu kaum muslimin, memberi makan para fakir-miskin, menyiapkan buka puasa, dan sebagainya.

Bolehkah berpuasa mengikuti ru’yah hilal dari Mekah?


Beberapa tahun belakangan di negeri kita ini seringkali terjadi perbedaan dalam penentuan awal puasa ataupun penentuan hari raya. Sebagian kaum muslimin berpatokan dengan hilal yang dilihat negara lain terutama Saudi Arabia yang jadi kiblat umat Islam di seluruh dunia. Jika Saudi sudah melihat hilal, walaupun di negerinya sendiri belum melihatnya, mereka menganggap hari tersebut sudah mulai berpuasa atau berhari raya disebabkan karena berpatokan pada hilal tersebut. Sehingga karena sebab ini, sebagian orang berpuasa sendiri-sendiri, tidak berbarengan dengan umat Islam lainnya. Bagaimanakah menyikapi masalah ini? Berikut kami bawakan fatwa dari Komisi Tetap Urusan Riset dan Fatwa Kerajaan Arab Saudi.
Pertanyaan Kedua dari Fatwa no. 3686 (10/103-104)
Apakah dibolehkan bagi penduduk Afrika berpuasa mengikuti ru’yah hilal dari penduduk Mekah?
Jawaban:

Sabtu, 30 Juli 2011

Semarak Romadhon Jember


Kajian Semarang


Semarak Romadhon BalikPapan


Kiat-Kiat Agar Rizki Anda Barokah


Pendahuluan Segala puji hanya milik Allah Ta’ala, Dzat yang telah melimpahkan berbagai kenikmatan kepada kita semua. Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad, keluarga, dan seluruh sahabatnya. Amiin.
Betapa sering kita mengucapkan, mendengar, mendambakan dan berdoa untuk mendapatkan keberkahan. Keberkahan dalam umur, keberkahan dalam keluarga, keberkahan dalam usaha, keberkahan dalam harta benda, dll. Akan tetapi, pernahkah kita bertanya, "Apakah sebenarnya keberkahan itu? Dan bagaimana keberkahan dapat diperoleh?"

Perintah Kewajiban Bekerja



Dalil–dalil tentang kewajiban bekerja dan berusaha

Perintah bekerja telah Allah wajibkan semenjak nabi yang pertama, Adam Alaihi Salam sampai nabi yang terakhir, Muhammmad SAW . Perintah ini tetap berlaku kepada semua orang tanpa membeda-bedakan pangkat, status dan jabatan seseorang. Berikut ini akan di nukilkan beberapa dalil dari Al-Qur"an dan Sunnah tentang kewajiban bekerja.

Dalil dari Al-Qur"an

¨ "Kami telah membuat waktu siang untuk mengusahakan kehidupan (bekerja)." (QS. Naba" : 11)

Simpanan yang Tak Akan Sirna


Penulis: Al-Ustadz Abu Muhammad Abdulmu’thi, Lc

Manusia umumnya gemar menumpuk atau menimbun harta. Namun mungkin tak pernah disadari bahwa harta mereka yang hakiki adalah yang disuguhkan pada kebaikan.

Banyak orang berlomba-lomba mencari harta dan menabungnya untuk simpanan di hari tuanya. Menyimpan harta tentunya tidak dilarang selagi ia mencarinya dari jalan yang halal dan menunaikan apa yang menjadi kewajibannya atas harta tersebut, seperti zakat dan nafkah yang wajib.

Di Balik Ujian Kemiskinan (Ujian Kefakiran)


Al Imam an-Nawawi di dalam kitabnya "Riyadhus Shalihin" telah menulis satu bab, yaitu "Keutamaan Fakir". Ada sebagian peneliti kitab ini yang menggarisbawahi bab tersebut, yakni berkaitan dengan ucapan imam an-Nawawi tentang keutamaan fakir. Dia berkata, "Bagaimana seorang fakir memiliki keutamaan sedangkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah berlindung kepada Allah dari kefakiran?"

Jumat, 29 Juli 2011

Adab Makan dan Minum



Islam adalah dien rahmat bagi semesta alam. Dien yang menjelaskan segala bentuk kemaslahatan (kebaikan) bagi manusia, mulai dari masalah yang paling kecil dan ringan hingga masalah yang paling besar dan berat. Demikianlah kesempurnaan Islam yang hujjahnya sangat jelas dan terang, malamnya bagaikan siang. Sehingga tidak ada satupun permasalahan yang tersisa melainkan telah dijelaskan didalamnya. Termasuk dari keindahan dan kesempurnaan agama Islam adalah adanya aturan-aturan dan adab ketika makan dan minum.

Hukum Makan dengan Sendok



حكم الأكل بالملاعق قال الشيخ حمود التويجري – رحمه الله – في كتابه ( الإيضاح والتبيين ) ص 184 ( من التشبه بأعداء الله تعالى استقذار الأكل بالأيدي واعتياد الملاعق ونحوها من غير ضرر بالأيدي(
Hukum makan dengan sendok, Syaikh Hamud al Tuwaijiri dalam kitabnya al Idhah wa al Tabyin hal 184 mengatakan, “Termasuk tasyabbuh dengan para musuh Allah (baca:orang-orang kafir) adalah merasa jijik jika makan dengan tangan dan membiasakan diri makan dengan sendok atau semisalnya padahal tangan tidak bermasalah”.

Rabu, 27 Juli 2011

YANG DIKHAWATIRKAN RASULULLAAH AKAN MELANDA UMMATNYA


Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :  
" Hal-hal yang aku KHAWATIRkan melanda pada ummatku adalah :
" BESAR PERUT,  BANYAK TIDUR,  PEMALAS, dan  LEMAH KEYAKINAN"
( H.R Daruquthni dari Jabir ).

Sahabat Hikmah...

Tata cara sholat orang sakit


Para ulama sepakat bahwa barangsiapa yang tidak mampu melakukan shalat dengan berdiri hendaknya shalat sambil duduk, dan jika tidak mampu dengan duduk, maka shalat sambil berbaring dengan posisi tubuh miring dan menghadapkan muka ke kiblat. Disunnatkan miring dengan posisi tubuh miring di atas tubuh bagian kanan. Dan jika tidak mampu melaksanakan shalat dengan berbaring miring, maka ia boleh shalat dengan berbaring telentang, sebagaimana sabda Nabi shallallahu `alaihi wasallam kepada `Imran bin Hushain:

Senin, 25 Juli 2011

NASEHAT SYAIKH KHALID BIN DHAHAWI AZH-ZHAFIRI HAFIZHAHULLAH TA’ALA






KALIMAT PENUTUP DAURAH MASYAYIKH, YANG DISAMPAIKAN OLEH SYAIKH KHALID BIN DHAHAWI AZH-ZHAFIRI HAFIZHAHULLAH TA’ALA
20 SYA’BAN 1432 H / 21 JULI 2011 M

Bismillahirrahmanir Rahim
Satu kalimat dipagi hari ini, disebabkan karena tidak lama lagi kami akan melanjutkan perjalanan Insya Allah, maka saya berkata:
Pada hakekatnya, kami berterima kasih kepada kalian atas kesungguhan kalian untuk hadir (dalam daurah ini) dan semangat kalian untuk menuntut ilmu, dan perhatian kalian dan kemuliaan kalian dalam menjamu para tamu. Hal ini sangat jarang kami dapati di negeri- negeri yang lain. Sebagaimana yang telah kami katakan: bahwa tidaklah kami keluar meninggalkan negeri ini melainkan kami selalu merasa rindu untuk kembali lagi kepadanya, disebabkan apa yang kami saksikan dari persaudaraan yang jujur, dan perhatian yang besar kepada ilmu dari para ikhwan disini, dan pada kalian seluruhnya insya Allah.
Maka saya ingin wasiatkan kepada kalian wahai saudara-saudaraku karena Allah, aku nasehatkan untuk diriku dan juga kalian:
Pertama: untuk bertaqwa kepada Allah Ta’ala, dan senantiasa ta’at kepada-Nya, menjauh dari berbagai macam syubhat dan syahwat, menjauh dari jalan syaitan, sebab bertaqwa kepada Allah merupakan keselamatan.
Sebagaimana aku nasehatkan kalian untuk perhatian terhadap ilmu, membaca kitab- kitab, dan bersungguh- sungguh padanya, mendengarkan kaset- kaset dan syrah- syarah dari kitab- kitab para ulama yang telah dikenal, dan tidak mengambil dari siapa saja yang didengar dan dibaca kitab- kitabnya, namun harus engkau mengetahui bahwa orang ini termasuk dari kalangan ahli ilmu yang dipercaya ilmu, manhaj dan juga aqidahnya, sehingga engkau tidak terjerumus kedalam syubhat yang dia sampaikan dalam keadaan kamu tidak merasakannya. Kalian harus menambah perhatian terhadap ilmu dan menuntut ilmu.
Kemudian aku nasehatkan pula kalian untuk bersungguh- sungguh pula dalam mempelajari bahasa Arab, cukup banyak dikalangan para ikhwan yang kami datang setiap tahun namun dia tetap saja berada dalam level yang sama dalam bahasa arab (tidak ada peningkatan,pen), tentu ini merupakan satu kekurangan.
Seorang penuntut ilmu, dia tidak mempelajari dan memperluas ilmunya hingga dia benar- benar menekuni bahasa Arab. Mayoritas kitab-kitab para ulama dan kebanyakannya dengan bahasa ini, Al-qur’an dan as-sunnah juga dengan bahasa ini. Kami tidak mengingkari kesungguhan para ikhwan dalam penerjemahan, dan yang semisalnya, namun ini tidaklah mencukupi dari membaca kitab- kitab yang berbahasa Arab, sebab penerjamahan tersebut tergantung pada pemahaman seorang penerjemah dan kepandaiannya dalam bahasa Arab, dan manusia bertingkat-tingkat dalam perkara ini.
Sebagaimana aku wasiatkan kalian untuk semangat dalam persatuan dan persaudaraan diantara kalian, dan saling menasehati diantara kalian dengan cara lemah lembut dan halus, terkhusus diantara para ikhwah salafiyyin, dan menjauh dari sebab-sebab perselisihan, perpecahan, dan sebab yang menyebabkan kalian lalai dalam berdakwah dan mengalami kemunduran dalam berdakwah. Semua itu penyebabnya adalah perselisihan yang terjadi diantara kita. Jika muncul permusuhan atau perselisihan, hendaknya kedua belah pihak berusaha untuk menyelesaikannya dengan berbagai jalan dan usaha.
فلا تنازعوا فتفشلوا وتذهب ريحكم
“Janganlah kalian berselisih sehingga kalian terkalahkan dan hilang kekuatan kalian.”
Dengan perselisihan menyebabkan hilangnya kekuatan, dan dakwah terbengkalai, dan hilang kekuatan islam dan kaum muslimin.
Sebagaimana Aku wasiatkan kalian untuk berhati-hati dari yayasan- yayasan hizbiyah, sebab mayoritas kepentingan mereka terfokus pada kaum muslimin di luar negeri- negeri Arab, perhatian mereka terfokus disini, Indonesia, India, Pakistan, dan kebanyakan negeri- negeri yang jauh dari negeri- negeri Arab. Mereka mengerahkan kesungguhannya hingga mampu memalingkan manusia kepada hizbiyah mereka dan kepada hawa nafsunya, terkhusus apa yang mereka miliki dari fitnah, yaitu fitnah harta, dimana Yayasan Ihya At-Turats datang dan ingin menarik para pemuda dinegeri ini kedalam hizbiyahnya, dan mereka telah berhasil menarik dan menarik sambil membawa apa yang mereka miliki dari dunia, sehingga dakwah mereka tidak memberikan hasil, dan tidak menghasilkan kecuali kehinaan yang disebabkan terperosoknya kedalam lubang hizbiyah yang bid’ah. Demikian pula pada hari-hari belakangan ini Yayasan Darul Birr juga berusaha masuk ke tengah-tengah para ikhwan kita, namun akhirnya merekapun tersingkap walhamdulillah. Yayasan ini juga merupakan yayasan hizbiyah yang merupakan saudara kandung Ihya At-Turats, yang telah memberi bantuan kepada Abul Hasan Al-Ma’ribi dan mengundangnya ke Emirat Arb untuk mengadakan pengajian- pengajian, maka hendaknya berhati- hati dari hizbiyah dan yayasan ini.
Berkata Abdullah bin Mubarak Rahimahullah:
(لا تجعل لصاحب بدعة عليك منة فيميل إليه قلبك )
“jangan engkau menjadikan ahli bid’ah berbuat baik kepadamu sehingga hatimu condong kepadanya.”
Ahli bid’ah jika datang kepadamu, memberikan sesuatu kepadamu, dan berbuat baik kepadamu dengan satu hal, dan memberikan kepadamu harta, pada awalnya mereka berkata: kami tidak menginginkan sesuatu kepadamu, dan kami tidak memberi persyaratan, kami hanya ingin membantumu saja. Namun sedikit demi sedikit hingga akhirnya mereka mampu menarikmu dan menarik dakwahmu, sehingga kamupun membela mereka. Hal ini merupakan hal yang disaksikan dan kenyataan yang terjadi pada kebanyakan mereka.
Engkau mengajar dan belajar dibawah pohon leih baik bagimu daripada binasa bersama hizbiyah – hizbiyah dan yayasan yang binasa ini, engkau tidak akan dapat menghasilkan ilmu, agama dan juga sunnah. Maka sepantasnya seseorang berhati- hati dari hizbiyah ini dan yang lainnya.
Inilah wasiat antuk diri saya pribadi dan juga untuk kalian, saya berharap kalian dapat menerimanya dan menyimaknya. Demikian pula saya ulangi kembali ucapan terima kasih atas kalian dan juga atas semangat kalian. Kami memohon kepada Allah Azza Wajalla agar memberi kami dan juga kalian kekokohan diatas sunnah, dan mematikan kami diatasnya, dan menjadikan penutup hidup kami dengan Laa Ilaaha Illallaaah, dan mewafatkan kami dan kalian dalam keadaan muslim, serta menjauhkan kami dari berbagai fitnah yang jahat baik yang nampak maupun yang tersembunyi berupa syubhat dan syahwat. Kami memohon kepada Allah agar melindungi kami darinya.

Jazakumullah khaeran wabaarakallahu fiikum
Wassalaamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.


Berikut transkrip dalambahasa Arab:
بسم الله الرحمن الرحيم
كلمة في هذا الصباح لأن رحلتنا تكون بعد قليل إن شاء الله فأقول : حقيقة نشكر لكم اجتهادكم في الحضور وحرصكم على طلب العلم واهتمامكم وكرم الضيافة . فهذا قلما نجده في أي بلد من البلدان وكما قلت: ما نخرج من هذا البلد حتى نتشوق إلى القدوم إليها مرة أخرى لما نراه من الأخوة الصادقة والاهتمام بالعلم عند الإخوة هنا وعندكم جميعا إن شاء الله
فأوصيكم إخوتي في لله أوصي نفسي وإياكم :
أولا: بتقوى الله تعالى والاهتمام بالطاعة والبعد عن الشبهات والشهوات والبعد عن سبيل الشيطان فإن تقوى الله هي النجاة
كما أوصيكم بالاهتمام في العلم والقراءة في الكتب والاجتهاد في ذلك وسماع الأشرطة وشروح الكتب من العلماء المعروفين وليس كل من هب ودب يسمع له ويقرأ في كتبه بل لا بد أن تعرف أن هذا الرجل من أهل العلم الموثوق في علمهم ومنهجهم وعقيدتهم حتى لا تهلك بشبهة يلقيها وأنت لا تلقي لها بالا. فلا بد من زيادة الاهتمام في العلم والتعلم. ثم أوصيكم بالاجتهاد أيضا في تعلم اللغة العربيه , كثير من الإخوة نأتي في كل سنة يكون بنفس المستوى في لغته وهذا حقا تقصير.
طالب العلم لم يتعلم ويتوسع في العلم حتى يتقن اللغة العربية , غالب كتب أهل العلم وأكثرها بهذه اللغة, والقرآن والسنة بهذه اللغة, فلا ننكر جهود الإخوة في الترجمة وغير ذلك لكن هذا لا يغني عن القراءة أو قراءة بكتب اللغة العربية , لأن الترجمة ترجع إلى فقه المترجم وإلى فهمه وإلى حسنه للغة . هذا يتفاوت فيه الناس .
كما أوصيكم بالحرص على التآلف والأخوة فيما بينكم ونصح بعضكم بعضا بالرفق واللين,خاصة بين الإخوة السلفيين والبعد عن أسباب الشقاق والفرقة واالأسباب التي تؤدي إلى انتكاس في الدعوة وضعة في الدعوة , كل ذلك يسببه الاختلاف فيما بيننا , فإن حصل عداء أو خلاف يحاول الطرفان في حله بشتى الطرق والسبل فلا تنازعوا فتفشلوا وتذهب ريحكم بالتنازع تذهب الريح وتذهب الدعوة وتذهب قوة الإسلام والمسلمين
كما أوصيكم بالانتباه من الجمعيات الحزبية لأن اهتمامها في الغالب تركز على المسلمين في خارج بلاد العرب, تركزت جهودها هنا في أندونيسيا وفي الهند وفي باكستان وفي كثير من الدول التي تكون بعيدة عن بلاد العرب يبثون جهودهم حتى يستميلون الناس إلى حزبيتهم وإلى الأهواء خاصة بما عندهم من الفتنة وهي فتنة المال فتأتي جمعية إحياء التراث فتريد أن تأخذ الشباب في هذا البلد وقد أخذت وأخذت أن ذهب معها للدنيا فلم تثمر دعوتهم ولم يتحصل منه إلا الخزي بسبب انخراطه في مسلك التحزب والحزبية التي هي بدعة . وكذلك في الأيام الأخيرة حاولت جمعية البر في الدخول على إخواننا ولكنهم انقدحوا والحمد لله هذه الجمعية أيضا جمعية حزبية شقيقة إحياء التراث وهي التي نصر أبا الحسن المأربي وتدعوه تقيم له المحاضرات في الإمارات فينتبه إلى مثل هذه الحزبية والجمعيات. يقول عبد الله بن المبارك رحمه الله:
(لا تجعل لصاحب بدعة عليك منة فيميل إليه قلبك )
صاحب البدعة إذا جاءك وأعطاك وامتن عليك بأمر وأعطاك من المال وهم في البداية يقولون : نحن لا نريد منك شيئا ولا نريد شروطا ونريد أن نساعدك فقط لكن قليلا قليلا حتى يستدرجونك ويستدرجون دعوتك وتكون منهم تدافع عنهم هذا مشاهد وحاصل وهو الواقع في كثير
فلأن تدرس وتدرس تحت كل شجرة خير لك من أن تهلك مع هذه الحزبيات والجمعيات الهالكة , لن تتحصل لا على علم ولا على دين ولا على سنة فينبغي الحذر من هذه الحزبيات وغيرها
هذه وصية لكم لي ولكم أرجو أن تلقى قبولا واستماعا وأعيد الشكر وأكرره لكم وعلى حرصكم , نسأل الله عز وجل أن يثبتنا وإياكم على السنة , وأن يميتنا ويختم لنا بلا إله إلا الله وأن يتوفانا وإياكم مسلمين وأن يجيرنا بشر الفتن ما ظهر منها وما بطن وهو الشبهات والشهوات نسأل الله أن يعيذنا منها
جزاكم الله خيرا وبارك الله فيكم والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
 sumber: http://salafybpp.com/manhaj-salaf/134-nasehat-syaikh-khalid-bin-dhahawi-azh-zhafiri-hafizhahullah-taala.html

Sabtu, 23 Juli 2011

DIMANA ALLAH?

Pada edisi kali ini, kami angkat sebuah topik permasalahyang klasik dan kontemporer, yaitu mengenal Dimana Allah? Karena di sana banyak kita dapatidi antara masyarakat yang menyimpang dalam aqidah (keyakinan) yang agung,prinsip Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam-, dan para shahabat -Ridhwanullah‘alaihim ‘ajmain-, serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik.

Kita mendapati di antara kaum muslimin di zaman ini, bermacam-macamkeyakinannya atas pertanyaan “Dimana Allah?”.

Jumat, 22 Juli 2011

Bahayanya Perlombaan Keagamaan


Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
تَعِسَ عَبْدُ الدِّينَارِ وَعَبْدُ الدِّرْهَمِ وَعَبْدُ الْخَمِيصَةِ إِنْ أُعْطِيَ رَضِيَ وَإِنْ لَمْ يُعْطَ سَخِطَ تَعِسَ وَانْتَكَسَ وَإِذَا شِيكَ فَلَا انْتَقَشَ طُوبَى لِعَبْدٍ آخِذٍ بِعِنَانِ فَرَسِهِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَشْعَثَ رَأْسُهُ مُغْبَرَّةٍ قَدَمَاهُ إِنْ كَانَ فِي الْحِرَاسَةِ كَانَ فِي الْحِرَاسَةِ وَإِنْ كَانَ فِي السَّاقَةِ كَانَ فِي السَّاقَةِ إِنْ اسْتَأْذَنَ لَمْ يُؤْذَنْ لَهُ وَإِنْ شَفَعَ لَمْ يُشَفَّعْ
“Binasalah budak dinar, budak dirham, dan budak khamishah (pakaian tebal dari sutra),

Kaifiat Mandi Junub


Para ulama menyebutkan bahwa kaifiat mandi junub ada 2 cara:
1. Cara yang sempurna, yaitu mengerjakan semua rukun, wajib dan sunnah dalam mandi junub.
2. Cara yang mujzi’ (yang mencukupi), yaitu hanya melakukan yang merupakan rukun dalam mandi junub.
(Lihat Al-Mughni: 1/287, Al-Majmu’: 2/209 dan Al-Muhalla: 2/28)
Kaifiat mandi yang mujzi’:

Bolehnya Kencing Berdiri


bahwasanya Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:Dari Abu Hurairah
اتَّقُوا اللَّاعِنَيْنِ قَالُوا وَمَا اللَّاعِنَانِ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الَّذِي يَتَخَلَّى فِي طَرِيقِ النَّاسِ أَوْ ظِلِّهِمْ
“Takutlah kalian terhadap perihal dua orang yang terlaknat.” Mereka (para sahabat) bertanya, “Siapakah dua orang yang terlaknat itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Yaitu orang yang buang air di jalanan manusia atau tempat berteduhnya mereka.” (HR. Abu Daud no. 25)

Berikut agenda Majelis Ta'lim As Sunnah Madiun dan Sekitarnya :



1. Masjid Al Fatah Jln. MT.Haryono (depan PLN)

- Fathul Majid syarh Kitab Tauhid. Pemateri :Ust.Suyuthi hafizhahullah
  Waktu : Hari Senin pkl.16.30 WIB

- Kitabut Tauhid Pemateri : Ust.Abdurrahman hafizhahullah
  Waktu :Hari Rabu ba'da Maghrib

2. Masjid Al Hidayah Jln. Kemiri

- Arba'in Nawawiyah. Pemateri : Ust.Abu Salamah hafizhahullah
  Waktu : Hari Kamis ba'da Maghrib, minggu ke-3&4

- Fiqh. Pemateri : Ust. Fauzan Nazil Yaman hafizhahullah
  Waktu : Hari Kamis ba'da Maghrib, minggu ke-1&2

3. Pondok Al Hasanah Jln. Gedong no.4 Banjarejo Madiun (CP : 0351 3321218)

- Setiap hari ba'da Maghrib kec.malam Ahad. Materi : Tafsir, adab.Aqidah,fiqh,siroh,riyadhus sholihin

- Kajian ummahat, setiap hari Selasa (satu jam sebelum zhuhur)

4. Masjid Baitussalam Ds.Tawangrejo, Takeran Magetan (CP : 085735203097 )

- Ushul Iman, Pemateri : Ust.Suyuthi hafizhahullah
  Waktu : Hari Selasa pkl.16:30 WIB

-Umdatul Ahkam dan Tafsir, Pemateri : Ust.Abdurrahman hafizhahullah,
 Waktu : Hari Sabtu ba'da Maghrib

5. Musholla Baitul Makmur RT 13/04, Sirapan,Kec/Kab Madiun

- Arba'in Nawawiyah dan Fiqh Pemateri : Ust.Fauzan Abu Faiz, Waktu : hari Sabtu ba'da Maghrib

6. Pondok As Sunnah Dolopo Kab.Madiun (CP 081335600543)

7. Kajian di sekitar Maospati Magetan ( CP 081335710676 )

8. Kajian di desa Jetis, Dagangan, Kab.Madiun (CP 082142143580)

Rabu, 20 Juli 2011

Pelipur Lara di Tengah Keterasingan


Banyak diantara agama, dan sunnah Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam-yang dilalaikan orang pada hari ini sehingga terkadang menjadi sesuatu yang mahjur(ditinggalkan) dan ghorib (asing) di mata pemeluknya sendiri.
Inilah yang pernah diisyaratkan oleh Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam-ketika beliau bersabda dalam sebuah hadits,
بَدَأَاْلإِسْلاَمُ غَرِيْبًا وَسَيَعُوْدُ كَمَا بَدَأَ غَرِيْبًا فَطُوْبَىلِلْغُرَبَاءِ
"Islam muncul dalam keadaan asing, dan akan kembali (asing),sebagaimana ia muncul dalam keadaan asing. Maka beruntunglah orang-orangasing". [HR. Muslim dalam Kitab Al-Iman (232)]

Adakah Bid’ah Hasanah?– Ucapan ‘Umar bin Khatthab



Pendebat menetapkan adanya bid’ah hasanah dengan dalil, ucapan ‘Umar bin Khatthab radhiyallahu’anhu
نِعْمَ الْبِدْعَة هَذِهِ
Sebaik-baik bid’ah adalah ini (tarawih berjamaah).” (HR. Bukhari)

Dalil ini tidak bisa digunakan sebagai penetapan adanya bid’ah hasanah dikarenakan beberapa alasan:
ALASAN PERTAMA:
Anggaplah kita terima dalalah (pendalilan) ucapan beliau seperti yang mereka maukan – bahwa bid’ah itu ada

Senin, 18 Juli 2011

Pamflet

Live Streaming Kajian Asatidz di ma'had AlAnshor

http://www.salafy.or.id/?page_id=1751

PERUBAHAN JADWAL DAUROH KHUSUS ASATIDZAH

July 11, 2011
Terkait dengan adanya beberapa perubahan teknis, diumumkan kepada asatidzah peserta daurah khusus, bahwa daurah tersebut insya Allah menjadi sbb.:

Waktu             : Sabtu—Kamis, 14—19 Sya’ban 1432 H / 16—21 Juli 2011
Tempat           : Kompleks Ma’had Al-Anshar, Wonosalam, Sukoharjo, Ngaglik, Sleman, DIY
Materi             :
1. Asy-Syaikh Ubaid al-Jabiri                   : al-Ushul min Ilmil Ushul
2. Asy-Syaikh Khalid azh-Zhafiri             : al-Qaulus Sadid (Syaikh Abdurrahman as-Sa’di)
3. Asy-Syaikh Muhammad Ghalib : Fadhl Ilmi as-Salaf (Ibnu Rajab)

Download Rekaman Dauroh Nasional Ahlus Sunnah wal Jama’ah 2011 di Masjid Agung Manunggal Bantul

klik disini: http://www.salafy.or.id/?page_id=1813

Kamis, 14 Juli 2011

Ikutilah Jalannya Para Shahabat Dan Nasehat Syaikh al-’Utsaimin kepada para pengikut manhaj salafush shalih




Mengapa para shahabat?

Allåh berfirman:

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ

Kalian adalah umat yang terbaik… (Al-Imraan: 110)

Dijelaskan maknanya oleh Ibnu Abbas, Mujahid, ‘Athiyyah, ‘Ikrimah, ‘Athå dan ar-Rabiy bin Anas:
“Yaitu sebaik-baik manusia bagi manusia lainnya.” (Tafsir Ibnu Katsir)

Sedangkan Råsulullåh shållallåhu ‘alayhi wa sallam bersabda:
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي
“Sebaik-baik manusia adalah yang hidup pada masaku (yakni para shahabat)…” (HR. Bukhariy)
Jelaslah bahwa para shåhabat merupakan sebaik-baik manusia dan umat terbaik.

Berkata Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilaliy:
Jika ditanya :
Ini umum pada umat Islam seluruhnya tidak khusus untuk generasi sahabat saja.

Iqamah (bagian dua)

(ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Ishaq Muslim)


Menyelai iqamah dan shalat dengan pembicaraan atau perbuatan karena kebutuhan

Al-Imam Al-Bukhari t meriwayatkan dari jalur Humaid, ia berkata, “Aku pernah bertanya kepada Tsabit Al-Bunani tentang seseorang yang berbicara setelah diserukan iqamah shalat. Maka ia menyampaikan kepadaku bahwa Anas bin Malik z berkata, ‘Pernah diserukan iqamah shalat, lalu ada seorang lelaki menghadang Nabi n, kemudian ia menahan beliau dari shalat (karena mengajak beliau bicara) setelah diserukan iqamah’.” (HR. Al-Bukhari no. 643)

Iqomah

(ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Ishaq Muslim)


Hukum Iqamah

Dalam pembahasan adzan terdahulu, kita telah mengetahui bahwa hukum iqamah adalah fardhu kifayah dalam shalat berjamaah. Adapun untuk shalat sendiri, hukumnya mustahab (sunnah), dengan dalil sabda Rasulullah n:

إِذَا كَانَ الرَّجُلُ بِأَرْضٍ قِيٍّ، فَحَانَتِ الصَّلاَةُ فَلْيَتَوَضَّأْ فَإِنْ لَمْ يَجِدْ مَاءً فَلْيَتَيَمَّمْ، فَإِنْ أَقَامَ صَلَّى مَعَهُ مَلَكَاهُ، وَإِنْ أَذَّنَ وَأَقَامَ صَلَّى خَلْفَهُ مِنْ جُنُوْدِ اللهِ مَا لاَ يُرَى طَرْفاَهُ

“Bila seseorang berada di tanah yang tandus tidak berpenghuni lalu datang waktu shalat, ia pun berwudhu dan bila tidak beroleh air ia bertayammum.

Adzan dan Iqomat (bagian tiga)





(ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Ishaq Muslim Al-Atsari)





Adzan Dikumandangkan Pada Waktunya


Bila telah masuk waktu shalat, dikumandangkanlah adzan sebagai ajakan untuk menghadiri shalat berjamaah. Namun ada adzan yang diserukan sebelum masuk waktu shalat, yaitu adzan sebelum shalat subuh yang dikenal dengan adzan pertama. Kata Ibnu Hazm t, “Tidak boleh diserukan adzan untuk shalat sebelum masuk waktunya terkecuali shalat subuh saja (adzan pertama, pen.).” (Al-Muhalla, 2/159)

Adzan dan Iqomat (bagian dua)

(ditulis oleh: Al-Ustadz AbuIshaq Muslim Al-Atsari)


Lafadz-lafadz Adzan dan Iqamat

Al-Imam Muhammad bin YahyaAdz-Dzuhli t berkata: “Riwayat yang paling shahih (tentang lafadz-lafadz adzanyang dimimpikan oleh Abdullah bin Zaid z, pen.) adalah riwayat Muhammad binIshaq, yang mendengarkan dari Muhammad bin Ibrahim ibnul Harits At-Taimi, dariMuhammad bin Abdullah bin Zaid bin Abdi Rabbihi, yang mendengarkan dariayahnya, Abdullah bin Zaid, karena Muhammad telah mendengarkan langsung daribapaknya yakni Abdullah.”

Riwayat ini dikeluarkan oleh Al-ImamAhmad t (3/43), Ashabus Sunan kecuali An-Nasa’i t, dan selainnya. At-Tirmidzi tmenukilkan penshahihan Al-Imam Al-Bukhari t terhadap riwayat ini di dalamAl-Ilal. Dishahihkan pula oleh Ibnu Khuzaimah t, beliau menyatakan hadits inishahih dan pasti dari sisi penukilan, para perawinya bukan orang-orang yangmelakukan tadlis (penyebutan secara samar) dalam periwayatannya. (Ats-Tsamar,1/115)

Dalam hadits tersebut, Abdullah binZaid z berkata: Ketika Rasulullah n memerintahkan untuk menggunakan loncengsebagai tanda bagi orang-orang untuk berkumpul guna mengerjakan shalatberjamaah, ada seseorang mengelilingiku dengan membawa lonceng di tangannyadalam keadaan aku tidur saat itu. Aku berkata, “Wahai hamba Allah, apakahengkau menjual lonceng?”

“Apa yang hendak kau perbuat denganlonceng?” tanyanya.

“Kami ingin memanggil orang-orangberkumpul untuk shalat dengan membunyikan lonceng,” jawabku.

“Maukah aku tunjukkan kepadamu apayang lebih baik daripada itu?” tanyanya.

Aku katakan, “Tentu aku mau.”

Orang itu berkata, ”Engkaumengatakan:

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، اللهُأَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ

أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُاللهِ، أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ

حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ، حَيَّ عَلَىالصَّلاَةِ

حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ، حَيَّ عَلَىالْفَلاَحِ

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ

Allah Maha Besar, Allah Maha Besar.Allah Maha Besar, Allah Maha Besar

Aku bersaksi bahwa tidak adasesembahan yang benar kecuali Allah. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahanyang benar kecuali Allah.

Aku bersaksi bahwa Muhammad adalahutusan Allah. Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.

Marilah mengerjakan shalat. Marilahmengerjakan shalat.

Marilah (menuju) kepada kemenangan.Marilah (menuju) kepada kemenangan.

Allah Maha Besar, Allah Maha Besar.Tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah.1

Kemudian ia mundur dariku ke tempatyang tidak seberapa jauh, setelahnya ia berkata, ”Jika engkau iqamat untukshalat, engkau katakan:

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ، أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ

حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ، حَيَّ عَلَىالْفَلاَحِ

قَدْ قَامَتِ الصَّلاَةُ، قَدْقَامَتِ الصَّلاَةُ

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ

Di pagi harinya, aku menemuiRasulullah n untuk mengabarkan mimpiku. Beliau bersabda:

إِنَّهَا لَرُؤْيَا حَقٌّ إِنْ شَاءَاللهُ، فَقُمْ مَعَ بِلاَلٍ فَأَلْقِ عَلَيْهِ مَا رَأَيْتَ فَلْيُؤَذِّنْ بِهِ،فَإِنَّهُ أَنْدَى صَوْتًا مِنْكَ

“Mimpimu itu adalah mimpi yangbenar, insya Allah. Bangkitlah engkau bersama Bilal, sampaikanlah kepadanya apayang kau dapatkan dalam mimpimu agar dia mengumandangkan adzan tersebut, karenadia lebih lantang suaranya darimu.”

Aku bangkit bersama Bilal. Mulailahkusampaikan padanya adzan yang kudengar, lalu ia mengumandangkannya. Umar ibnulKhaththab z mendengar adzan tersebut dari rumahnya. Ia pun keluar denganmenyeret rida’ (selendang)nya, seraya berkata, “Demi Dzat yang mengutusmudengan haq, wahai Rasulullah! Sungguh aku telah bermimpi persis seperti apayang dimimpikan Abdullah bin Zaid.”

“Hanya milik Allah-lah segalapujian,” jawab beliau3.

Dari hadits di atas, kita ketahuibahwa lafadz adzan itu digandakan4 sedangkan iqamat diganjilkan, kecualilafadz:

قَدْ قَامَتِ الصَّلاَةُ، قَدْقَامَتِ الصَّلاَةُ.

Yang lebih menguatkan hal ini adalahhadits Anas bin Malik z, ia berkata:

أُمِرَ بِلاَلٌ أَنْ يَشْفَعَالْأَذَانَ وَأَنْ يُوْتِرَ الْإِقَامَةَ إِلاَّ الْإِقاَمَةَ

“Bilal diperintah untuk menggandakanlafadz adzan dan mengganjilkan iqamat kecuali lafadz iqamat5.” (HR. Al-Bukharino. 605 dan Muslim no. 836)


Disyariatkannya Tarji’ dalam AdzanAbu Mahdzurah

Rasulullah n juga pernah mengajarkanlafadz yang sedikit berbeda yang dikenal di kalangan ahli fiqih dengan sebutanadzan Abu Mahdzurah z. Lafadznya sebagai berikut:

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ

أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُاللهِ، أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ

أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُاللهِ، أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ

حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ، حَيَّ عَلَىالصَّلاَةِ

حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ، حَيَّ عَلَىالْفَلاَحِ

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ

Hadits ini diriwayatkan oleh Al-ImamMuslim t dalam kitab Shahihnya no. 840.

Di awal lafadz adzan ini, kita lihatucapan takbir hanya dua kali, tidak empat kali sebagaimana hadits Abdullah binZaid z yang telah lewat. Namun yang rajih (kuat) dalam hal ini adalah lafadztakbir diucapkan empat kali:

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، اللهُأَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ

dengan beberapa alasan yangmenguatkan:

1. Hadits ini diriwayatkan pula olehselain Al-Imam Muslim t dengan empat kali takbir di awalnya. Yang paling jelasadalah riwayat An-Nasa’i t dalam Sunannya (no. 631) dari jalur syaikhnya, Ishaqbin Ibrahim, semisal riwayat Muslim. Dan Ishaq bin Ibrahim ini merupakan salahsatu syaikh Al-Imam Muslim dalam hadits ini juga6.

2. Abu Dawud t7 dan selainnya meriwayatkanhadits ini dari jalur Hammam dari Amir Al-Ahwal, dari Makhul, dari AbuMahdzurah z yang menyebutkan lafadz adzan yang diajarkan Rasulullah n kepadanyaada 19 kalimat8, sedangkan iqamat ada 17 kalimat. Lafadz adzan sebagaimanaberikut ini:

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، اللهُأَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ

أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُاللهِ، أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ

أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُاللهِ، أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ

حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ، حَيَّ عَلَىالصَّلاَةِ

حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ، حَيَّ عَلَىالْفَلاَحِ

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ

Adapun lafadz iqamat:

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ،اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّاللهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ الله

أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُاللهِ، أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ

حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ، حَيَّ عَلَىالصَّلاَةِ

حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ، حَيَّ عَلَىالْفَلاَحِ

قَدْ قَامَتِ الصَّلاَةُ، قَدْقَامَتِ الصَّلاَةُ

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ.

3. Al-Qadhi Iyadh t berkata ketikamensyarah hadits di atas, “Dalam sebagian jalur-jalur riwayat Al-Farisi,disebutkan adzan itu dengan empat kali takbir (di awal).” (Al-Ikmal, 2/244)

Dengan tiga perkara di atas menjadijelaslah bahwa riwayat yang menyebutkan dua kali takbir di awal adzan teranggapmarjuh (lemah), sehingga yang rajih dari hadits Abu Mahdzurah z adalah empatkali takbir di awal. Ibnul Qaththan t berkata, “Yang shahih dalam hal iniadalah takbir diucapkan sebanyak empat kali. Dengan demikian sesuai biladikatakan adzan itu sembilan belas kalimat, di mana hal ini telah diikat denganhadits itu sendiri.” Beliau juga menyatakan, telah datang dalam sebagianriwayat Al-Imam Muslim t dengan penyebutan takbir empat kali. Sehingga inilahyang sepantasnya dalam Ash-Shahih.

Al-Hafizh Ibnu Hajar t berkata menguatkanperkara ini, “Sungguh Abu Nu’aim telah meriwayatkan dalam Al-Mustakhraj,demikian pula Al-Baihaqi, dari jalan Ishaq bin Ibrahim, dari Mu’adz bin Hisyamdengan sanadnya. Disebutkan dalam hadits tersebut pernyataan empat kali takbir.Al-Baihaqi menyatakan setelah membawakan hadits tersebut, “Hadits inidikeluarkan oleh Muslim dari jalan Ishaq. Demikian juga oleh Abu ‘Awanah dalamMustakhrajnya dari jalan Ali ibnul Madini, dari Mu’adz.” (At-Talkhis, 1/323).

Akan tetapi, adzan dengan dua kalitakbir tersebut telah didukung beberapa syawahid (pendukung) yang menunjukkanada asalnya dalam As-Sunnah9. Wallahu a’lam.

Dari hadits Abu Mahdzurah di ataskita dapat mengambil tiga faedah:

1. Tarji’ disyariatkan dalam adzan,yaitu muadzin mengucapkan syahadatain untuk pertama kali dengan suara rendahyang hanya didengar oleh orang-orang di sekitarnya. Setelah itu ia mengulangilagi syahadatain tersebut dengan suara yang keras/lantang. Tarji’ ini hanyadalam adzan, tidak ada dalam iqamat. Pensyariatan tarji’ ini merupakan mazhabMalik, Asy-Syafi’i, Ahmad, dan jumhur ulama. (Al-Minhaj, 4/303. Subulus Salam2/48,49)

2. Selain mengganjilkan lafadziqamat, dibolehkan pula mentatsniyahnya, yaitu mengucapkan lafadz-lafadznyasebanyak dua kali. Ini merupakan keragaman iqamat shalat, sehingga kedua-duanyabisa diamalkan karena keduanya merupakan Sunnah Nabi n, di mana beliau yangmentaqrir (menetapkan kebenaran) mimpi Abdullah bin Zaid z yang di dalamnyaterdapat lafadz iqamat secara ganjil kecuali قَدْ قَامَتِ الصَّلاَةُ, قَدْقَامَتِ الصَّلاَةُ . Beliau n pula yang mengajarkan lafadz adzan berikut iqamatkepada Abu Mahdzurah z serta memerintahkannya untuk mengumandangkan adzan diMakkah.

3. Beragamnya lafadz adzan. Ada yang19 kalimat sebagaimana hadits Abu Mahdzurah dengan tarji’ dan empat takbir yangawal yang diriwayatkan oleh Al-Jama’ah. Ada yang 17 kalimat sebagaimana haditsAbu Mahdzurah dengan tarji’ dan dua takbir di awalnya dalam riwayat Al-ImamMuslim. Ada yang 15 kalimat sebagaimana hadits Abdullah bin Zaid ibnu ‘AbdiRabbihi. Ini menunjukkan adanya tanawwu’at (berbagai macam lafadz) dalam adzan,sehingga boleh diamalkan salah satu di antaranya. Al-Imam Ahmad dan Ishaqmemandang bolehnya tarji’ dan tidak. Kedua hal itu merupakan sunnah.(Al-Majmu’, 3/102)

Wajib Urutan dalam Melafadzkan Adzan

Ibnu Qudamah t berkata, “Tidak sahadzan kecuali dengan berurutan. Karena bila tidak berurutan lafadznya niscayatujuan yang hendak dicapai dengan adzan tidak akan diperoleh, yaitu sebagaipemberitahuan. Juga, bila tidak berurutan niscaya tidak akan diketahui bahwaitu adalah adzan. Di samping pula adzan memang disyariatkan dengan berurutan,dan Nabi n mengajari Abu Mahdzurah secara berurutan.” (Al-Mughni, kitabushShalah, fashl La Yashihhul Adzan illa Murattaban)

Ibnu Hazm t berkata, “Tidak bolehterbalik dalam melafadzkan adzan ataupun iqamat. Tidak boleh mengedepankankalimat yang semestinya diakhirkan. Siapa yang melakukan hal ini berarti iatidak melakukan adzan dan iqamat, berarti pula ia shalat tanpa adzan dan tanpaiqamat.”

Ibnu Hazm t juga menyebutkan bahwaRasulullah n mengajarkan adzan dan iqamat secara berurutan, kalimat yangpertama kemudian yang berikutnya. Beliau n memerintahkan kepada orang yangbeliau ajarkan untuk mengucapkan seperti apa yang beliau sampaikan. Setelahmengucapkan lafadz yang awal, baru yang berikutnya, demikian sampai keduanyaselesai. Bila demikian keadaannya, maka tidak halal bagi seorang punmenyelisihi perkara Nabi n dalam mengedepankan apa yang beliau akhirkan danmengakhirkan apa yang beliau kedepankan.” (Al-Muhalla, 2/194,195) Wallahuta’ala a’lam bish-shawab.

(insya Allah, bersambung)

1 Ini merupakan adzan orang-orangKufah, dan merupakan pendapat Abu Hanifah, Sufyan Ats-Tsauri, dan Ahmad dalamsatu riwayat sebagaimana hikayat Al-Khiraqi. (Al-Majmu’ 3/102)

2 Artinya: Telah tegak shalat, telahtegak shalat.

3 Hadits ini hasan sebagaimana dalamAl-Irwa’ no. 246.

4 Kecuali takbir yang awal sejumlahempat kali dan tahlil di akhir adzan hanya sekali.

5 Yaitu lafadz: قَدْ قَامَتِالصَّلاَةُ، قَدْ قَامَتِ الصَّلاَةُ

6 Syaikhnya yang lain adalah AbuGhassan Al-Misma’i Malik bin Abdil Wahid.

7 Dalam Sunannya no. 502

8 Adzan ini merupakan adzan pendudukMakkah. Al-Imam Asy-Syafi’i t berpendapat demikian sebagaimana kata At-Tirmidzit dalam Sunannya (1/124). Pendapat ini yang dipilih Ibnu Hazm t (Al-Muhalla2/185).

9 Penduduk Madinah menggunakan adzandengan dua kali takbir di awal, yang merupakan pendapat Al-Imam Malik t dalamAl-Mudawwanah (1/57), berdalilkan hadits Abu Mahdzurah z yang menyebutkan duakali takbir di awal.

Perubahan jadwal dauroh mBantul 2011

Bismillah,

Al-Mar-u fi tafkirin Wallahu fi tadbirin

Manusia hanya bisa merencanakan, Allah lah yang menentukan.

Sehubungan dengan tertundanya kedatangan Syaikh Ubaid maka acara dauroh masyayikh mengalami perubahan jadwal sbb:

1. Untuk Dauroh umum, tgl 16-17 yang bertempat di Masjid Agung Manunggal Bantul insya Allah akan diisi oleh Syaikh Abdullah Al Mar’i dan Syaikh Kholid azh zhafiri. Kemudian pada tgl 24 juli 2011 akan diadakan dauroh bersama Syaikh Ubaid dan Syaikh Muhammad Ghalib.
2. Dauroh Asatidzah dari tgl 16 – 21 juli yang bertempat di Ma’had Al-Anshor diperpanjang sampai tgl 26 juli 2011.

Senin, 11 Juli 2011

Alam adalah Tentara Allah...Bersahabatlah !

Alam adalah Tentara Allah...Bersahabatlah !

Merapi dalam keheningannya..

Sahabat Hikmah...
Alam semesta ciptaan Allah adalah hamba-hamba Allah.
Mereka juga tentara Allah yang sangat tangguh dan patuh.

”Dan kepunyaan Allah-lah TENTARA langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS Al Fath 48:4)

Laut, hujan, angin topan, bumi, gunung, binatang buas…
Hingga serangga kecil yang merayap lambat...
Adalah tentara Allah yang sangat perkasa.
Para tentara Allah itu tunduk patuh kepada Allah,
Mereka bertasbih dan betahmid memuji-Nya.

Alam semesta bertasbih
”Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan berTASBIH dengan MEMUJI-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti TASBIH mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (QS. Al Isra’ 17:44)

Mereka siap diperintahkan oleh Allah...
Untuk menghukum orang kafir sebagai musuh Allah.
Atau melindungi orang-orang beriman sebagai kekasih-Nya.

Kita bisa membaca ayat Al Quran bagaimana Allah mengirimkan tentara-Nya...
Untuk menghukum Fir’aun dan kaumnya yang melampaui batas.

”Maka Kami kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa.” (QS Al A’raf 7:133) Para ahli tafsir mengatakan yang dimaksud darah dalah air yang berubah menjadi darah.

Ilustrasi Nabi Musa membelah Laut Merah
Dan Laut Merah pun bisa bersahabat dengan Nabi Musa,
Tetapi berubah menjadi musuh yang ganas buat Fir’aun dan tentaranya.


Pada kisah Rasulullah yang hijrah dan bersembunyi di Gua Tsur,

Gua Tsur yang kecil, tempat sembunyi Rasulullah dan Abu Bakar
Burung merpati dan laba-laba tunduk atas perintah Allah...
Mereka dengan cepat membuat sarang dan bertelur di mulut gua...
Sehingga musyrikin Mekah tidak menyangka ada manusia di dalam gua.

Demikian juga bagaimana langit dan bumi menjadi tentara Allah ...
Yang dikirim kepada ummat Nabi Nuh yang angkuh dan keras kepala.
Langit menumpahkan bermiliar kubik air, deras dan sangat deras...

Ilustrasi bahtera Nabi Nuh
Dengan disertai angin topan yang sangat kencang.
Bahkan air juga memuncrat hebat dari dalam tanah.
Tiba-tiba bumi menjadi hamparan samudera yang sangat luas.
Yang menenggelamkan kaum Nabi Nuh,
Dan menyelamatkan Nabi Nuh dan pengikutnya.

Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh memanggil anaknya sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: "Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir." Anaknya menjawab: "Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!" Nuh berkata: "Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang". Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.
Dan difirmankan: "Hai bumi telanlah airmu, dan hai langit (hujan) berhentilah," Dan airpun disurutkan, perintahpun diselesaikan dan bahtera itupun berlabuh di atas bukit Judi, dan dikatakan: "Binasalah orang-orang yang zalim." (QS Hud 11:42-44)

Alam semesta dalah sesama ciptaan Allah,
Kita bisa bersahabat dengan alam atas ikatan iman.
Bersama alam kita bertasbih, mengagungkan Allah, memuji-Nya,
Menyembah-Nya dan mengesakan-Nya.

”Tidakkah kamu tahu bahwasanya Allah: kepada-Nya berTASBIH apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) SHALAT dan TASBIHnya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (QS An Nur 24:41)

Bersahabat dengan alam dengan ikatan iman memberikan banyak manfaat.
Diantaranya, alam bisa menjadi pengingat kita setiap saat.
Terutama setelah berbagai musibah datang silih berganti di Bumi Pertiwi.
Alam menampakkan ketundukkannya kepada Sang Khaliq,
Yang tunduk atas perintah-Nya untuk menunjukkan kebesaran-Nya
Bahwa alam adalah TENTARA-Nya...
Bahwa alam juga berTASBIH dan berTAHMID...
Bahkan merekapun SHALAT...

Bersahabat dengan alam dengan ikatan iman...
Mengingatkan kita bagaimana menjalani hidup dengan baik.
Mengingatkan kita dari kesalahan dan dosa.
Bila seluruh isi alam ini beriman selalu bertahmid kepada-Nya.
Alangkah malunya kita, bila selalu bermaksiat kepada-Nya.
Bila seluruh isi alam ini shalat dan bertasbih kepada-Nya.
Alangkah hinanya manusia yang berakal bila tidak shalat dan takabur kepada-Nya.

Ya... semestinya kita malu dengan tanah yang kita injak,
Malu dengan udara yang kita hirup,
Malu kepada matahari yang menerangi kita,
Malu kepada pohon-pohon yang berdiri tenang,
Malu kepad nyamuk-nyamuk yang beterbangan sekitar kita,
Malu kepada semut-semut yang merayap ketakutan,
Bahkan malu kepada bayang-bayang kita sendiri yang selalu mengikuti kita.

”Dan apakah mereka tidak memperhatikan segala sesuatu yang telah diciptakan Allah yang bayangannya berbolak-balik ke kanan dan ke kiri dalam keadaan SUJUD kepada Allah, sedang mereka berendah diri ?
Dan kepada Allah sajalah berSUJUD segala apa yang berada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) para malaikat, sedang mereka (malaikat) tidak menyombongkan diri. Mereka TAKUT kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka).” (QS An Nahl 16:48-50)

Mereka senantiasa bertasbih, bertahmid, sujud dan shalat serta takut kepada Allah...
Sementara kita? Apa yang selama ini kita lakukan kepada Allah?
Tadi pagi... ? Tadi malam...? Kemarin... ? Dulu...? Hari ini...?

Alam memberi kita inspirasi iman yang sangat kaya.
Dalam diamnya, mereka tengah bersuara dengan bahasa yang lain.
Seperti tengah menohok jantung kita, menyadarkan tentang Allah.
Tidak sulit memahami perspektif iman dalam bersahabat dengan alam.
Hanya dibutuhkan sedikit penghayatan dan perenungan...
Serta sedikit waktu untuk berlatih jujur.
Tetapi itu semua akan sulit bagi mereka yang dengan sengaja menutup mata hatinya.

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berAKAL, (yaitu) orang-orang yang BERDZIKIR (mengingat) Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka meMIKIRkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata):
"Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS Ali Imran 3:190-191)

Bila kita perhatikan...
Dari setiap jengkal daratan di bumi...
Dari setiap lereng gunung yang lebat...
Dari setiap hamparan lautan yang luas...
Para tentara Allah tersebut tak pernah lelah MEMBERI...
Berapakah yang telah dinikmati oleh manusia dari alam semesta ini ?
Dan itu semua adalah atas perintah-Nya...
Maka selayaknya kita bersyukur kepada-Nya.

Sehingga bila kita merusak alam dan lalai dan lupa kepada Penguasanya,
Allah akan menegur kita dengan tentara-Nya...
Agar kita kembali bersujud dan bertasbih kepada-Nya.

Korban Merapi
”Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun" (Sesungghnya kami milik Allah dan kepada-Nya kami kembali." Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS Al baqarah 2:155-157)

Dalam seluruh makna tersebut di atas itulah kita menghayati...
Alam semesta adalah tentara Allah yang beriman dan patuh kepada-Nya.
Karenanya kita harus bersahabat dengan mereka dalam ikatan iman.
Bukan sebaliknya malah membuat kerusakan, keonaran....
dan bangga menumpuk dosa di atasnya.
Dan... kita juga harus saling mengingatkan...
Karena 'fitnah' tersebut tidak hanya menimpa orang-orang yang selalu berbuat dosa saja,
Tetapi juga akan menimpa orang-orang yang beriman di sekelilingnya.

”Dan takutlah (peliharalah) dirimu daripada fitnah (bencana) yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zhalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras hukuman-Nya.” (QS Al Anfal 8:25)

Sayyidina Ali bin Abi Thalib memberi nasehat:
“Tidaklah musibah itu turun, kecuali lantaran dosa. Dan tidaklah ia bisa diangkat kecuali dengan taubat”

Kita tidak sedang mengajari siapapun.
Apalagi menggurui para korban bencana yang mencabik-cabik negeri ini.
Kita sangat sadar, untuk tabah atas semua kepahitan ini saja tidak mudah.
Tetapi setelah segala duka nestapa ini...
Tidak adakah umpan balik yang lebih bertenaga ?
Setelah segala kehilangan yang menyakitkan ini...
Haruskah kita kehilangan spirit untuk menghayati rahasia alam dibalik semuanya ?

Kita harus menjadi seorang mukmin, dalam suka maupun duka.
Kita harus menjadi seorang mukmin, dalam karunia maupun bencana.
Allah yang Maha Suci lagi Maha Bijaksana tidak akan salah membedakan...
Mana diantara kita yang diadzab karena dosanya...
Dan mana yang sedang diuji untuk menaikkan derajat keimanannya.
Meski semuanya tercebur dalam satu kubangan bencana yang sama rasanya.
Kita memang harus tetap menjadi seorang mukmin, apappun yang terjadi.
Meskipun ini memang sulit...
Tetapi pilihan lain akan jauh lebih menyakitkann.

Wallahu a’lam bishowab.

Memakan Makanan setelah panasnya hilang

عن قرة بن عبد الرحمن عن ابن شهاب عن عروة بن الزبير عن أسماء بنت أبي بكر:
أنها كانت إذا ثردت غطته شيئا حتى يذهب فوره ثم تقول : إنى سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: “إنه أعظم للبركة يعني الطعام الذي ذهب فوره ” .

Dari Asma binti Abu Bakr, sesunguhnya beliau jika beliau membuat roti tsarid wadahnya beliau ditutupi sampai panasnya hilang kemudian beliau mengatakan, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya makanan yang sudah tidak panas itu lebih besar berkahnya”. [HR Hakim no 7124. Hakim mengatakan, “Hadits sahih sesuai dengan kriteria Muslim”. Pernyataan beliau ini disetujui oleh adz Dzahabi. Hadits di atas dimasukkan oleh al Albani dalam Silsilah Shahihah jilid 1 bag 2 no hadits 392].

و قد صح عن أبي هريرة رضي الله عنه أنه قال: ” لا يؤكل طعام حتى يذهب بخاره .
أخرجه البيهقي بإسناد صحيح كما بينته في ” الإرواء ” 2038

Dalam Silsilah Shahihah jilid 1 bag 2 hal 748, al Albani mengatakan, “Terdapat riwayat yang shahih dari Abu Hurairah, beliau mengatakan “Makanan itu belum boleh dinikmati sehingga asap panasnya hilang”. Diriwayatkan oleh al Baihaqi dengan sanad yang shahih sebagaimana kujelaskan dalam Irwa’ Ghalil no 2038”.

Tidakkah kita ingin makanan yang kita makan itu lebih berkah? Sudahkan kita mengamalkan hadits di atas?


http://artikelassunnah.blogspot.com/2011/01/memakan-makanan-setelah-panasnya-hilang.html

Berbuat baik kepada makhluq berpahala

Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu anhu dia berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menemui Ummu Mubasyir Al- Anshariyah di kebun kurma miliknya. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadanya, “Siapakah yang menanam pohon kurma ini? Apakah dia seorang muslim atau kafir?” Dia menjawab, “Seorang Muslim....” Maka beliau bersabda:

لَا يَغْرِسُ مُسْلِمٌ غَرْسًا وَلَا يَزْرَعُ زَرْعًا فَيَأْكُلَ مِنْهُ إِنْسَانٌ وَلَا دَابَّةٌ وَلَا شَيْءٌ إِلَّا كَانَتْ لَهُ صَدَقَةٌ

“Tidaklah seorang muslim menanam tanaman apapun atau bertani dengan tumbuhan apapun, lalu tanaman tersebut dimakan oleh oleh manusia, atau binatang melata atau sesuatu yang lain, kecuali hal itu akan berniali sedekah untuknya.” (HR. Muslim no. 1552)

Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا إِلَّا كَانَ مَا أُكِلَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةً وَمَا سُرِقَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةٌ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ مِنْهُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ وَمَا أَكَلَتْ الطَّيْرُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ وَلَا يَرْزَؤُهُ أَحَدٌ إِلَّا كَانَ لَهُ صَدَقَةٌ

“Tidaklah seorang muslim bercocok tanam dengan tanaman apapun kecuali setiap tanamannya yang dimakannya bernilai sedekah baginya. Apa saja yang dicuri orang darinya (tanamannya) menjadi sedekah baginya. Apa yang dimakan binatang liar (dari tanamannya) menjadi sedekah baginya. Apa yang dimakan burung darinya menjadi sedekah baginya. Dan tidaklah seseorang mengambil darinya melainkah itu juga akan menjadi sedekah baginya.” (HR. Muslim no. 1552)

Penjelasan ringkas:

Di antara rahmat Allah Ta’ala adalah Dia menjanjikan banyak pahala pada berbagai bentuk amalan kebaikan walaupun yang sifatnya rendah di mata kebanyakan manusia. Allah tidak menjadikan pahala sedekah hanya untuk orang-orang yang kaya, akan tetapi juga menyediakan jalan-jalan sedekah bagi mereka yang biasanya miskin, seperti para petani. Ini semua merupakan bukti nyata bahwa Islam merupakan rahmat bagi sekalian alam.

Lihatlah bagaimana setiap petani -dengan syarat jika dia seorang muslim- bisa mendapatkan pahala yang sangat banyak dari siapa saja yang makan dari hasil pertaniannya, baik itu manusia maupun binatang, baik itu atas seizinnya maupun diambil tanpa seizinnya (dicuri). Ini memperkuat sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam dalam hadits Abu Hurairah radhiallahu anhu:

فِي كُلِّ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أَجْرٌ

“Berbuat baik kepada setiap makhluk hidup adalah berpahala.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Jika hasil tanamannya dimakan oleh orang lain melalui jalur jual beli, apakah petani tersebut tetap mendapatkan pahala?
Wallahu a’lam, lahiriah haditsnya bermakna umum. Dia mendapatkan pahala dari setiap makhluk yang memakan hasil pertaniannya baik dia berikan secara gratis maupun dia jual kepada orang lain.

Sumber: http://al-atsariyyah.com/enaknya-jadi-petani.html

Orang-orang yang di Do'akan Malaikat

Sahabat Hikmah...
Malaikat adalah makhluk Allah yang mulia, Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman tentang malaikat:
"Sebenarnya (malaikat - malaikat itu) adalah hamba - hamba yang DIMULIAKAN, mereka tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah - perintah-Nya. Allah mengetahui segala sesuatu yang dihadapan mereka dan yang dibelakang mereka, dan mereka tidak memberikan SYAFA'AT melainkan kepada orang - orang yang diridhai Allah, dan mereka selalu berhati - hati karena takut kepada-Nya" (QS Al Anbiyaa' 26-28)

Malaikat hanya akan mendoakan hamba Allah yang diridloi-Nya....
Siapakah hamba Allah yang didoakan oleh para Malaikat ?
Tentunya Anda juga mau didoakan oleh Malaikat bukan ?
Inilah hamba-hamba Allah yang didoakan oleh para Malaikat:

1. Orang yang duduk menunggu shalat.
Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SHOLLALLAHU ‘ALAIHI WA SALAM bersabda, "Tidaklah salah seorang diantara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya 'Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia'" (Shahih Muslim no. 469)

2. Orang - orang yang berada di shaf bagian depan di dalam shalat.
Imam Abu Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra' bin 'Azib ra., bahwa Rasulullah SHOLLALLAHU ‘ALAIHI WA SALAM bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang - orang) yang berada pada shaf - shaf terdepan" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud I/130)

3. Orang - orang yang menyambung shaf (tidak membiarkan sebuah kekosongan di dalm shaf).
Para Imam yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah ra., bahwa Rasulullah SHOLLALLAHU ‘ALAIHI WA SALAM bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang - orang yang menyambung shaf - shaf" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/272)

4. Orang yang mengucapkan amiin bersamaan dengan Para malaikat dalam sholat.
Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SHOLLALLAHU ‘ALAIHI WA SALAM bersabda, "Jika seorang Imam membaca 'ghairil maghdhuubi 'alaihim waladh dhaalinn', maka ucapkanlah oleh kalian 'aamiin', karena barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu" (Shahih Bukhari no. 782)

5. Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SHOLLALLAHU ‘ALAIHI WA SALAM bersabda, "Para malaikat akan selalu bershalawat kepada salah satu diantara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat dimana ia melakukan shalat, selama ia belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata, 'Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia'" (Al Musnad no. 8106, Syaikh Ahmad Syakir menshahihkan hadits ini)

6. Orang - orang yang melakukan shalat shubuh dan 'ashar secara berjama'ah.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SHOLLALLAHU ‘ALAIHI WA SALAM bersabda, "Para malaikat berkumpul pada saat shalat shubuh lalu para malaikat ( yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat 'ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat 'ashar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, 'Bagaimana kalian meninggalkan hambaku ?', mereka menjawab, 'Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat'" (Al Musnad no. 9140, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir)

7. Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan.
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummud Darda' ra., bahwasannya Rasulullah SHOLLALLAHU ‘ALAIHI WA SALAM bersabda, "Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata 'aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan'" (Shahih Muslim no. 2733)

8. Orang - orang yang berinfak.
Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SHOLLALLAHU ‘ALAIHI WA SALAM bersabda, "Tidak satu hari pun dimana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu diantara keduanya berkata, 'Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak'. Dan lainnya berkata, 'Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit'" (Shahih Bukhari no. 1442 dan Shahih Muslim no. 1010)

9. Orang yang makan sahur.
Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, meriwayaatkan dari Abdullah bin Umar ra., bahwa Rasulullah SHOLLALLAHU ‘ALAIHI WA SALAM bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada orang - orang yang makan sahur" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhiib wat Tarhiib I/519)

10. Orang yang menjenguk orang sakit.
Imam Ahmad meriwayatkan dari 'Ali bin Abi Thalib ra., bahwa Rasulullah SHOLLALLAHU ‘ALAIHI WA SALAM bersabda, "Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali Allah akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan di waktu malam kapan saja hingga shubuh" (Al Musnad no. 754, Syaikh Ahmad Syakir berkomentar, "Sanadnya shahih")

11. Seseorang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain.
Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily ra., bahwa Rasulullah SHOLLALLAHU ‘ALAIHI WA SALAM bersabda, "Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah diantara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain" (dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Kitab Shahih At Tirmidzi II/343)


12. Orang yang tidur dalam keadaan bersuci.
Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra., bahwa Rasulullah SHOLLALLAHU ‘ALAIHI WA SALAM bersabda, "Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa 'Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci'" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/37)
(Disarikan dari Buku Orang - orang yang Didoakan Malaikat, Syaikh Fadhl Ilahi, Pustaka Ibnu Katsir, Bogor, Cetakan Pertama, Februari 2005)

Minggu, 10 Juli 2011

Shalat 2 Rakaat, Iftrasy atau Tawarruk?

Tanya:
Assalamu ‘alaikum wwb.
Ustadz ‘afwan ana mau tanya dalil yang menerangkan shlat yang dua roka’at dengan duduk iftirosy ?

Uwais bin ‘Amir Al-Qoroni tabiin terbaik

Uwais bin ‘Amir Al-Qoroni adalah tabiin terbaik sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh Imam Muslim[1] dari Umar bin Al-Khotthob ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah bersabda إِنَّ خَيْرَ التَّابِعِيْنَ رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ أُوَيْسٌ وَلَهُ وَالِدَةٌ

Bahaya Bepergian Ke Negara Kafir

Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang telah memuliakan kita dengan Islam. Dan yang memerintahkan kita semua untuk komitmen dengan Islam hingga kita sampai ke Darussalam ( negeri keselamatan di akherat ). Dan saya bersaksi bahwasannya tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata yang tiada sekutu bagi-Nya.

MENGAPA TAUHID DIBAGI TIGA

________________________________________

Penulis: Asy-Syaikh Abdurrozzaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad

Segala puji bagi Allah Rabb Semesta Alam, semoga kesudahan yang baik bagi orang-orang yang bertakwa, shalawat serta salam semoga tercurah kepada imamnya para rasul, pilihan Rabb Semesta Alam, nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, kepada seluruh keluarga dan para sahabatnya.

Pandangan Ulama Tentang Yayasan di Indonesia

Teks pertanyaan:
Bagaimana pandangan Agama Islam
terutama 'Ulama Ahlus Sunnah
wal-Jama'ah tentang yayasan di Indonesia?
Dijawab oleh: Al-Ustadz Dzulqarnain M.
Sunusi

Sabtu, 09 Juli 2011

Jadilah pengusaha yang zuhud

Menjadi pengusaha bukanlah dengan harus menjadi miskin dan menyia-nyiakan harta yang ada, juga bukan dengan mengharamkan apa yang dihalalkan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Akan tetapi, bersikap zuhud adalah

Apa bedanya visioner dengan panjang angan-angan?

Masih banyak yang tidak bisa membedakan. Sebab saat saya sedang berbicara visi, ada yang menganggap itu adalah panjang angan-angan. Padahal bedanya seperti bumi dan langit. Visi membawa kepada kebaikan dan panjang angan-angan membawa kepada keburukan.

Mimpi Sekarang Realita Hari Esok

Benarkah mimpi masa kini adalah kenyataan hari esok? Jika Anda orang optimis, Anda akan mengetujuinya. Tapi mungkin saja Anda masih berpikir, kemudian otak berputar mencari bantahan terhadap ungkapan ini. Bahkan Anda yang membantah bahwa kita tidak boleh sok tahu dengan masa depan, karena itu adalah urusan Allah.

inilah Sahabat Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم yang paling banyak meriwayatkan hadits

Abu Hurairah (wafat 57 H)
Abu Hurairah adalah sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadist Nabi Shallallahu alaihi wassalam , ia meriwayatkan hadist sebanyak 5.374 hadist.
Abu Hurairah memeluk Islam pada tahun 7 H, tahun terjadinya perang Khibar,

Jumat, 08 Juli 2011

ADZAN DI TELINGA KANAN DAN IQAMAH DI TELINGA KIRI BAYI

Adzan di telinga bayi di saat ia baru lahir, hampir termasuk perkara yang disepakati. Fenomena seperti ini, nampak tersebar di Negeri kita yang jauh dari Ulama rabbaniyyin yang mengajarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shohih dari Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam-

Hukum tahnik bayi waktu lahir

Tahnik artinya mengunyahkan kurma ke mulut bayi yang baru lahir dengan cara mengerakkannya ke kanan dan ke kiri secara lembut. Ini merupakan sunnah sebagaimana tersebut dalam beberapa hadits. Dianjurkan agar yang melakukan tahnik adalah orang yang memiliki keutamaan, dikenal sebagai orang yang baik dan berilmu. Dan hendaklah ia mendo’akan kebaikan (barakah) bagi bayi tersebut.

Hikmah Diluaskan dan Disempitkan Rizki

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.

Risalah berikut akan sedikit berbicara tentang masalah rizki. Nasehat ini pun tidak perlu jauh-jauh ditujukan pada orang lain.

Tata Cara Berdoa dengan Mengangkat Kedua Tangan

Ismail bin Marsyud bin Ibrahim Ar-Rumaih

Mengangkat tangan dalam berdoa merupakan etika yang paling agung dan memiliki keutamaan mulia serta penyebab terkabulnya doa.
Dari Salman Al-Farisi Radhiyallahu ’anhu bahwa Nabi Shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Sesungguhnya Rabb kalian Maha Hidup lagi Maha Mulia, Dia malu dari hamba-Nya yang mengangkat kedua tangannya

Shalat Istisqa'


Istisqa’ ialah meminta hujan kepada Allah Ta’ala pada musim paceklik. Para ulama telah sepakat bahwa istisqa’ adalah sunnah yang telah ditetapkan oleh Rasulullah ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam.

Hukum Shalat Istisqa’

Kamis, 07 Juli 2011

Sujud Syukur


Disunnahkan bagi orang yang memperoleh nikmat, terhindar dari bencana, atau menerima kabar gembira agar bersujud sebagai wujud peneladanan terhadap Nabi ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam.

Dari Abu Bakrah radhiyallaHu ‘anHu, dia berkata,

“Jika Nabi mendapat sesuatu yang menggembirakan atau merasa bahagia, beliau menyungkur sujud sebagai rasa syukur kepada Allah Tabaaraka wa Ta’ala” (HR. Ibnu Majah no. 1394, ini lafazhnya, Abu Dawud no. 2757 dan at Tirmidzi no. 1626, dihasankankan oleh Syaikh al Albani dalam Shahiih Sunan Ibni Majah no. 1143)

Disebutkan pula dalam suatu hadits Ka’ab bin Malik radhiyallaHu ‘anHu yang cukup panjang, “Bahwa ketika datang berita gembira kepadanya, yaitu taubatnya diterima oleh Allah, maka ia pun bersujud” (HR. al Bukhari no. 4418 dan Muslim no. 2769)

Hukum sujud syukur ini sama dengan sujud tilawah yaitu mustahab (sunnah) menurut jumhur ulama.

Maraji’:

Panduan Fiqih Lengkap Jilid 1, Syaikh ‘Abdul ‘Azhim bin Badawi al Khalafi, Pustaka Ibnu Katsir, Bogor, Cetakan Pertama, Jumadil Akhirah 1426 H/Juli 2005 M.

Shahih Fiqih Sunnah Jilid 2, Syaikh Abu Malik Kamal bin Sayyid Salim, Pustaka at Tazkia, Jakarta, Cetakan Pertama Rajab 1427 H/Agustus 2006 M

Sujud Sahwi

Sahwi menurut bahasa berarti lupa atau lalai terhadap sesuatu dan berpaling darinya kepada yang lain (Lisan al ‘Arab)


Sedangkan menurut istilah syar’i, sujud sahwi adalah sujud yang dilakukan di akhir shalat atau sesudahnya untuk menutup kekurangan karena meninggalkan perkara yang diperintahkan atau melakukan sesuatu yang dilarang dengan tanpa sengaja (al Iqna II/89 oleh asy Syarbini)

Nabi ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam pernah lupa dalam shalat karena beliau juga adalah seorang manusia. Berkaitan dengan hal ini beliau pernah bersabda,

“Sesungguhnya aku hanyalah manusia biasa seperti kalian. Aku lupa sebagaimana kalian juga lupa. Jika aku lupa, maka ingatkanlah aku” (Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh al Albani dalam Shahiihul Jaami’ush Shaghiir no. 2339)

Adapun riwayat-riwayat dimana beliau lupa mengerjakan suatu rukun dalam shalat atau beliau mengerjakan jumlah rakaat yang berlebih kemudian mensyari’atkan sujud sahwi adalah sebagai berikut :

Dari ‘Abdullah bin Buhainah radhiyallaHu ‘anHu, ia berkata, “Rasulullah pernah mengimami kami shalat wajib. Pada dua raka’at (pertama) beliau bangkit tanpa duduk (tasyahud awal). Orang-orang lantas ikut berdiri mengikutinya. Ketika beliau telah menyelesaikan shalatnya, sedang kami menunggu beliau salam, beliau bertakbir lalu sujud dua kali dalam keadaan duduk. Setelah itu beliau mengucapkan salam” (HR. al Bukhari no. 1224, Muslim no. 570, an Nasai III/19, Abu Dawud no. 1021, at Tirmidzi no. 389 dan Ibnu Majah no. 1206)

Dari ‘Abdullah radhiyallaHu ‘anHu, ia berkata, “Rasulullah pernah shalat zhuhur lima raka’at. Lalu ada yang berkata kepada beliau, ‘Apakah terjadi penambahan dalam shalat ?’, beliau berkata, ‘Mengapa ?’, dia menjawab, ‘Engkau shalat lima raka’at’. Beliau kemudian sujud dua kali setelah salam” (HR. al Bukhari no. 1226, Muslim no. 572, Abu Dawud no. 1006, at Tirmidzi no. 390, Ibnu Majah no. 1205 dan an Nasai III/31)

Dari Abu Hurairah radhiyallaHu ‘anHu, ia berkata, “Rasulullah pernah salam pada rakaat kedua, lalu berkata Dzul Yadain, ‘Apakah engkau mengqashar shalat atau lupa wahai Rasulullah ?’, Rasulullah bertanya, ‘Apakah benar yang dikatakan oleh Dzul Yadain ?’, orang-orang menjawab, ‘Benar’. Rasulullah lalu bangkit dan shalat dua raka’at lagi. Setelah itu beliau salam lalu bertakbir dan sujud sebagaimana sujudnya (dalam shalat), atau lebih panjang, kemudian beliau bangun” (HR. al Bukhari no. 1228, Muslim no. 573, Abu Dawud no. 995 at Tirmidzi no. 397, an Nasai III/30 dan Ibnu Majah no. 1214)

Dari Abu Sa’id al Khudri radhiyallaHu ‘anHu, Rasulullah ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam bersabda, “Jika salah seorang diantara kalian ragu dalam shalatnya, sehingga dia tidak tahu berapa raka’at yang telah dia kerjakan, tiga raka’at ataukah empat raka’at, maka hendaklah ia tepis keraguan itu, dan ikutilah yang dia yakini. Setelah itu, hendaklah dia sujud dua kali sebelum salam” (HR. Muslim no. 571, Abu Dawud no. 1011 dan an Nasai III/27)

Dari nash-nash yang shahih di atas serta nash lainnya, maka sujud sahwi dapat dikerjakan baik sebelum atau pun sesudah salam (Tata Cara Sujud Sahwi hal. 35-39 oleh Syaikh al Utsaimin)

Sujud sahwi sebelum salam, dikerjakan dalam dua tempat :

(1) Apabila ada kekurangan dalam shalat, berdasarkan hadits Abdullah bin Buhainah radhiyallaHu ‘anHu, bahwa Nabi ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam mengerjakan sujud sahwi sebelum salam ketika beliau tidak mengerjakan tasyahhud awal.

(2) Apabila seseorang ragu-ragu dan dia tidak bisa menentukan mana yang lebih rajih diantara dua perkara tersebut, berdasarkan hadits Abu Sa’id al Khudry radhiyallaHu ‘anHu tentang seseorang yang ragu dalam shalatnya dan dia tidak tahu berapa raka’at dia telah shalat ? Dua raka’at atau tiga raka’at. Kemudian Nabi ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam menyuruh kepadanya supaya bersujud dua kali sebelum salam.

Sedangkan sujud sahwi sesudah salam juga dikerjakan pada dua keadaan :

(1) Apabila ada penambahan dalam shalat, berdasarkan hadits Abdullah bin Mas’ud radhiyallaHu ‘anHu ketika Nabi ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam shalat zhuhur lima raka’at, kemudian para sahabat meningatkan beliau setelah salam, lalu beliau bersujud dua kali kemudian salam.

(2) Apabila seseorang merasa ragu-ragu, tetapi kemudian dia bisa menentukan mana yang lebih rajih diantara dua perkara tersebut. Hal ini berdasarkan hadits Ibnu Mas’ud radhiyallaHu ‘anHu, bahwa Nabi ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam pernah menyuruh kepada orang yang merasa ragu-ragu dalam shalatnya supaya dia menentukan sendiri yang menurutnya benar, lalu menyempurnakan dengan pilihannya tadi. Kemudian salam dan sujud sahwi.

Hukum Sujud Sahwi

Menurut pendapat yang rajih hukum sujud sahwi adalah wajib. Ini adalah pendapat madzhab Hanafiyah, satu pendapat dari Malikiyah dan pendapat yang dipegang oleh kalangan Hanabilah dan Zhahiriyah serta pendapat yang dipilih oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (Majmu’ al Fatawa XXIII/27)

Sujud Sahwi dalam Shalat Jama’ah

Jika Imam lupa lalu sujud sahwi, maka makmum wajib mengikutinya. Ibnu al Mundzir berkata dalam al Ausath III/322,

“Semua ulama yang kami hafal pendapat-pendapat mereka, sepakat bahwa jika imam lupa dalam shalatnya dan bersujud, maka makmum wajib ikut sujud bersamanya. Hujjah mereka adalah, ‘Sesungguhnya imam diangkat untuk diikuti’”

Dan untuk makmum yang masbuq lalu imam sujud sahwi sebelum salam, maka ia sujud bersama imam. Jika imam sujud setelah salam, maka ia meneruskan shalatnya, kemudian ia sujud sahwi. Ini adalah madzhab Malik, al Auza’idan al Laits bin Sa’ad (al Ausath III/323 dan al Mudawwanah I/139)

Maraji’:

Panduan Fiqih Lengkap Jilid 1, Syaikh ‘Abdul ‘Azhim bin Badawi al Khalafi, Pustaka Ibnu Katsir, Bogor, Cetakan Pertama, Jumadil Akhirah 1426 H/Juli 2005 M.

Shahih Fiqih Sunnah Jilid 2, Syaikh Abu Malik Kamal bin Sayyid Salim, Pustaka at Tazkia, Jakarta, Cetakan Pertama Rajab 1427 H/Agustus 2006 M.

Tata Cara Sujud Sahwi, Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin, at Tibyan, Solo.

Hukum Mendengarkan Murattal (Bacaan Al Quran) dari Qari’ Hizbiy, Seperti Misyari Rasyid Seorang Qari’ yang Bermanhaj Ikhwani (Ikhwanul Muslimin)

oleh: Al Ustadz Abul Hasan

Beliau hafizhahullahu ditanya apa hukumnya mendengarkan murattal (bacaan Al Quran) dari qari’ hizbiy, seperti syaikh Misyari Rasyid Al Afasy yang mana ia bermanhaj Ikhwanul Muslimin?

Jawab:

Ahsan dijauhi, masih banyak qari’ dari kalangan Ahlus Sunnah. Namun kalau dengan mendengarnya tidak menimbulkan mudharat maka tidak mengapa karena tilawahnya dan qiraahnya sesuai dengan hukum tajwid yang benar, adapun kalau dirasa hal itu memudharatkan seperti menjadi idola atau bahkan membuatnya mengikuti manhajnya maka hal ini harus dijauhi.

Di antara kaidah penting dalam hal ini adalah

دَرْأُ الْمَفَاسِدِ مُقَدَّمٌ عَلَي جَلْبِ الْمَنَافِعِ

"Menolak kerusakan itu lebih didahulukan daripada mengambil kebaikan/manfaat".

Dengan demikian hal ini dilihat dari sisi apakah dengan mendengarkan bacaannya akan memudharatkan ataukah tidak. Kalau hanya sekedar ingin mendengarkan bacaannya yang bagus tidak mengapa.

Perlu diperhatikan hendaknya seorang muslim jangan mencari-cari aib dari saudaranya. Kalau memang ia tidak mengetahui keadaan seseorang jangan mencari-cari kesalahannya. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلا تَجَسَّسُوا وَلا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا

"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain." (Al Hujuraat: 12)

Adapun kalau memang dia sudah tahu keadaan seseorang maka ditimbang apakah perlu dijauhi atau tidak sesuai dengan kaidah syar’i.

Wallahu a’lam.

[Dinukil dari sesi tanya jawab kajian rutin Ahlussunnah di Cikarang]