Sahwi menurut bahasa berarti lupa atau lalai terhadap sesuatu dan berpaling darinya kepada yang lain (Lisan al ‘Arab)
Sedangkan menurut istilah syar’i, sujud sahwi adalah sujud yang dilakukan di akhir shalat atau sesudahnya untuk menutup kekurangan karena meninggalkan perkara yang diperintahkan atau melakukan sesuatu yang dilarang dengan tanpa sengaja (al Iqna II/89 oleh asy Syarbini)
Nabi ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam pernah lupa dalam shalat karena beliau juga adalah seorang manusia. Berkaitan dengan hal ini beliau pernah bersabda,
“Sesungguhnya aku hanyalah manusia biasa seperti kalian. Aku lupa sebagaimana kalian juga lupa. Jika aku lupa, maka ingatkanlah aku” (Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh al Albani dalam Shahiihul Jaami’ush Shaghiir no. 2339)
Adapun riwayat-riwayat dimana beliau lupa mengerjakan suatu rukun dalam shalat atau beliau mengerjakan jumlah rakaat yang berlebih kemudian mensyari’atkan sujud sahwi adalah sebagai berikut :
Dari ‘Abdullah bin Buhainah radhiyallaHu ‘anHu, ia berkata, “Rasulullah pernah mengimami kami shalat wajib. Pada dua raka’at (pertama) beliau bangkit tanpa duduk (tasyahud awal). Orang-orang lantas ikut berdiri mengikutinya. Ketika beliau telah menyelesaikan shalatnya, sedang kami menunggu beliau salam, beliau bertakbir lalu sujud dua kali dalam keadaan duduk. Setelah itu beliau mengucapkan salam” (HR. al Bukhari no. 1224, Muslim no. 570, an Nasai III/19, Abu Dawud no. 1021, at Tirmidzi no. 389 dan Ibnu Majah no. 1206)
Dari ‘Abdullah radhiyallaHu ‘anHu, ia berkata, “Rasulullah pernah shalat zhuhur lima raka’at. Lalu ada yang berkata kepada beliau, ‘Apakah terjadi penambahan dalam shalat ?’, beliau berkata, ‘Mengapa ?’, dia menjawab, ‘Engkau shalat lima raka’at’. Beliau kemudian sujud dua kali setelah salam” (HR. al Bukhari no. 1226, Muslim no. 572, Abu Dawud no. 1006, at Tirmidzi no. 390, Ibnu Majah no. 1205 dan an Nasai III/31)
Dari Abu Hurairah radhiyallaHu ‘anHu, ia berkata, “Rasulullah pernah salam pada rakaat kedua, lalu berkata Dzul Yadain, ‘Apakah engkau mengqashar shalat atau lupa wahai Rasulullah ?’, Rasulullah bertanya, ‘Apakah benar yang dikatakan oleh Dzul Yadain ?’, orang-orang menjawab, ‘Benar’. Rasulullah lalu bangkit dan shalat dua raka’at lagi. Setelah itu beliau salam lalu bertakbir dan sujud sebagaimana sujudnya (dalam shalat), atau lebih panjang, kemudian beliau bangun” (HR. al Bukhari no. 1228, Muslim no. 573, Abu Dawud no. 995 at Tirmidzi no. 397, an Nasai III/30 dan Ibnu Majah no. 1214)
Dari Abu Sa’id al Khudri radhiyallaHu ‘anHu, Rasulullah ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam bersabda, “Jika salah seorang diantara kalian ragu dalam shalatnya, sehingga dia tidak tahu berapa raka’at yang telah dia kerjakan, tiga raka’at ataukah empat raka’at, maka hendaklah ia tepis keraguan itu, dan ikutilah yang dia yakini. Setelah itu, hendaklah dia sujud dua kali sebelum salam” (HR. Muslim no. 571, Abu Dawud no. 1011 dan an Nasai III/27)
Dari nash-nash yang shahih di atas serta nash lainnya, maka sujud sahwi dapat dikerjakan baik sebelum atau pun sesudah salam (Tata Cara Sujud Sahwi hal. 35-39 oleh Syaikh al Utsaimin)
Sujud sahwi sebelum salam, dikerjakan dalam dua tempat :
(1) Apabila ada kekurangan dalam shalat, berdasarkan hadits Abdullah bin Buhainah radhiyallaHu ‘anHu, bahwa Nabi ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam mengerjakan sujud sahwi sebelum salam ketika beliau tidak mengerjakan tasyahhud awal.
(2) Apabila seseorang ragu-ragu dan dia tidak bisa menentukan mana yang lebih rajih diantara dua perkara tersebut, berdasarkan hadits Abu Sa’id al Khudry radhiyallaHu ‘anHu tentang seseorang yang ragu dalam shalatnya dan dia tidak tahu berapa raka’at dia telah shalat ? Dua raka’at atau tiga raka’at. Kemudian Nabi ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam menyuruh kepadanya supaya bersujud dua kali sebelum salam.
Sedangkan sujud sahwi sesudah salam juga dikerjakan pada dua keadaan :
(1) Apabila ada penambahan dalam shalat, berdasarkan hadits Abdullah bin Mas’ud radhiyallaHu ‘anHu ketika Nabi ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam shalat zhuhur lima raka’at, kemudian para sahabat meningatkan beliau setelah salam, lalu beliau bersujud dua kali kemudian salam.
(2) Apabila seseorang merasa ragu-ragu, tetapi kemudian dia bisa menentukan mana yang lebih rajih diantara dua perkara tersebut. Hal ini berdasarkan hadits Ibnu Mas’ud radhiyallaHu ‘anHu, bahwa Nabi ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam pernah menyuruh kepada orang yang merasa ragu-ragu dalam shalatnya supaya dia menentukan sendiri yang menurutnya benar, lalu menyempurnakan dengan pilihannya tadi. Kemudian salam dan sujud sahwi.
Hukum Sujud Sahwi
Menurut pendapat yang rajih hukum sujud sahwi adalah wajib. Ini adalah pendapat madzhab Hanafiyah, satu pendapat dari Malikiyah dan pendapat yang dipegang oleh kalangan Hanabilah dan Zhahiriyah serta pendapat yang dipilih oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (Majmu’ al Fatawa XXIII/27)
Sujud Sahwi dalam Shalat Jama’ah
Jika Imam lupa lalu sujud sahwi, maka makmum wajib mengikutinya. Ibnu al Mundzir berkata dalam al Ausath III/322,
“Semua ulama yang kami hafal pendapat-pendapat mereka, sepakat bahwa jika imam lupa dalam shalatnya dan bersujud, maka makmum wajib ikut sujud bersamanya. Hujjah mereka adalah, ‘Sesungguhnya imam diangkat untuk diikuti’”
Dan untuk makmum yang masbuq lalu imam sujud sahwi sebelum salam, maka ia sujud bersama imam. Jika imam sujud setelah salam, maka ia meneruskan shalatnya, kemudian ia sujud sahwi. Ini adalah madzhab Malik, al Auza’idan al Laits bin Sa’ad (al Ausath III/323 dan al Mudawwanah I/139)
Maraji’:
Panduan Fiqih Lengkap Jilid 1, Syaikh ‘Abdul ‘Azhim bin Badawi al Khalafi, Pustaka Ibnu Katsir, Bogor, Cetakan Pertama, Jumadil Akhirah 1426 H/Juli 2005 M.
Shahih Fiqih Sunnah Jilid 2, Syaikh Abu Malik Kamal bin Sayyid Salim, Pustaka at Tazkia, Jakarta, Cetakan Pertama Rajab 1427 H/Agustus 2006 M.
Tata Cara Sujud Sahwi, Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin, at Tibyan, Solo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar